P E C A H
Seperti biasa anakku Boy Steven
Luther John Damanik kalau jam makan siang, pasti pulang ke rumah, tidak makan
dikantornya. Lidahnya lebih cocok dengan makanan rumah. Saat dia
makan, di layar tv berita tentang permohonan keluarga korban tenggelamnya
KM Sinar Bangun, untuk tidak menghentikan pencarian mayat yang tenggelam, meskipun sudah 2 minggu lebih.
Aku jadi teringat beberapa tahun
lalu, Boy ke Bali untuk ujian mendapatkan "SIM"
menyelam "naik tingkat" menyelam lebih dalam. Saat itu barulah
aku tau, ternyata bukan cuma bawa mobil, motor, truk, pesawat,
kereta api yang ada SIM nya. Menyelam pun gak boleh sembarangan. Selain
bahaya, taruhan nyawa, mahal pula biaya untuk ujian dan mendapatkan
SIM. Sampai juta jutaan.
Saat kutanya, ngapain buang buang duit
untuk sesuatu yang berbahaya.
Jawab Boy : "Nggak semua
orang beruntung bisa melihat keindahan laut di kedalaman tertentu, mah. Dan itu gak
bisa dinilai dengan uang"
Hmmm.. Masih gak masuk
diakalku, secara aku memang gak suka air.Lalu teringat peristiwa
tenggelamnya ratusan orang di Danau Toba. Aku jadi serius nanya ke
Boy.
"Teringatnya Boy, sampai
kedalaman berapa meter loe bisa nyelam?"
"30 meter mah,
kenapa?"
"Emang paling dalam berapa meter
orang bisa nyelam?"
"50 meter"
"Lebih dari 50 meter?"
"Ya matilah mah, pecah
pembuluh darahnya. Tekanan di air itu lebih berat dari pada tekanan di
udara. Perbandingannya 1 : 1000, 1 meter di dalam air sama
dengan 1000 meter di udara, makanya meski sudah ribuan meter di
udara, kita tidak begitu pengaruh, paling kuping agak mendenging
dikit"
"Jadi gak bisalah orang nyelam
sampai kedalaman 450 meter?"
"Oalaah maah. Di kedalaman
50 meter aja, kita gak bisa lama lama. Paling lama sekitar belasan menit. Mama
tau gak. Kalau nyelam itu, mesti pelan pelan turunnya gak bisa langsung
buru buru kedasar. Setiap 5 meter berhenti, menyesuaikan tekanan
udara. Kalau kita bawa botol air mineral, itu akan terlihat
menciut. Semakin kedalam semakin menciut. Pembuluh darah kita juga begitu
juga.Trus setelah di kedalaman 30 meter, gak bisa lama lama Mah.. Persediaan
oksigen juga tertentu waktunya. Saat naik kembali ke atas pun
sama. Tidak bisa buru buru, setiap 5 meter berhenti. Kalau
mendadak langsung naik, tekanan udara naik. Pembuluh darah pecah.
Mati kontan mah.."
Waduuh..! Segitunya ya
Boy. Patutlah tak ada yang nyelam ke bawah. Kasihan mama liat orang
orang yang masih menunggu, keluarganya diangkat dari danau"
"Susah ngasi pengertian sama
keluarga yang berduka. Kita dianggap gak punya perasaan. Kalaupun mayat
itu bisa didapat, ya sudah hancurlah kalau diangkat kepermukaan. Sebaiknya
memang dihentikan. Kan sudah tau lokasinya, ya bersyukurlah bisa tau tujuan
berjiarah"
Hhhhh... Tiba tiba dadaku yang jadi
sesak.Lalu aku bertanya, ingin tau apa jawaban Boy.
"Kalau seandainya mama yang
tenggelam di danau itu, gimana Boy?"
"Ya.. Gimana lagi, ya di
ikhlaskanlah. Toh udah mati, mau diapain lagi?"
Sambil ngomong gitu, Boy cium guwe lalu permisi
kembali ke kantornya.
Tinggallah awak sendiri dimeja makan, merenung. Enteng
aja Boy menjawab begitu. Mak jadi ngeri kali kurasa mendengar cakap
anak awak itu begh.. Yang salah ajarnya ini, pikirku pulak. Tapi setelah
kurimang rimangi, iyalah pulak.
Boy itu kan sudah mengerti tentang
kenapa sulit untuk mengevakuasi korban meskipun sudah tau lokasi kapal
tenggelam. Kedalaman 450 meter itu luar biasa. Untuk menyelam di kedalaman
50 meter saja perlu 2 tabung oksigen. Tidak ada yang bisa menyelam ke 450
meter sana kecuali robot dan peralatan canggih. Itupun kata Boy belum
tentu bisa dapat.
Aiiiih... Berat memang di
situasi seperti ini. Kita bukan orang yang pesimis. Kita adalah orang
yang
berpengharapan, orang yang optimis. Namun berhikmadlah. Jadilah orang yang
optimis realistis. Relakanlah. Toh mereka tidak kemana mana,
semua kembali ke PenciptaNya. Ikhlaskanlah.
Selamat malam.
No comments:
Post a Comment