DIALOG PUNAKAWAN
Di hari Ngahad Legi, Punakawan berkunjung ke Karang Kedempel, rumah Ki
Lurah Semar. Dan seperti biasa, terjadi dialog punakawan kecil-kecilan..
Gareng: "Romo pernah dicaci-maki
seseorang?"
Semar : "Pernah....!"
Petruk : "Pernahkah dimusuhi
seseorang, Mo..?"
Semar : "Pernah....!"
Bagong : "Apa pernah dibenci
seseorang, Mo?"
Semar : "Pernah....!"
Gareng : "Sampeyan juga pernah dihujat
seseorang, Mo..?"
Semar: "Pernah....!"
Petruk : "Apakah semua itu dilakukan secara terang-terangan, Mo..?"
Semar : "Ada yang dilakukan secara terang-terangan, ada juga yang
hanya dilakukan secara diam-diam dari belakang.."
Bagong : "Lantas apa yang Romo perbuat terhadap orang-orang
itu..?"
Semar : "Thole,.. anak-anakku cah bagus, podo dirungokno yo..! Aku
tidak balik mencaci-maki dia, aku pun tidak merasa harus memusuhinya, tidak
pula akan membencinya dan aku juga tidak berpikir akan membalas
hujatannya.."
Gareng (penasaran) : "Kenapa bisa demikian, Mo..?"
Semar (sambil membetulkan duduknya) : "Itu karena pikiran serta
hatiku tidak terfokus pada siapa yang mencaci-maki, siapa yang memusuhi, siapa
yang membenci dan siapa yang menghujat.
Pikiran dan hatiku hanya terfokus pada siapa yang menggerakkan lidah mereka
sehingga mencaci-maki aku, siapa yang menggerakkan jiwanya sehingga memusuhi
aku, siapa yang menggerakkan hatinya sehingga membenci aku dan siapa yang
menggerakkan pikirannya sehingga membuat mulutnya menghujat aku..."
Petruk : "Dia itu siapa, Mo..?"
Semar : "DIA-lah GUSTI ALLAH Maha Pencipta. DIA-lah sebagai Maha
yang berkuasa atas segala sesuatu yang sudah, belum, sedang dan yang akan
terjadi
Ya hanya DIA-lah satu-satunya yang memberi kemampuan dan kekuatan pada
orang-orang itu sehingga lidahnya bisa mencaci maki, jiwanya bisa memusuhi,
pikirannya bisa membenci dan bibirnya bisa menghujat diri ini.
Tanpa-NYA tentu mustahil bisa terjadi. Sehingga aku beranggapan, sebenarnya
cacian, kebencian, permusuhan dan hujatan itu
sengaja dihadirkan GUSTI ALLAH agar jiwaku menjadi kuat melewati rintangan dan hatiku
menghebat tatkala menghadapi ujian.
Jadi adalah salah besar, jika aku menyalahkan orang-orang itu apalagi
membalasnya. Oh... Bagiku itu tidak perlu.. bahkan aku berkeyakinan bahwa
segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan ini tidak mungkin terjadi secara
tiba-tiba, semua sudah diatur sedemikian rupa oleh NYA, maka apapun kenyataan
yang aku terima kemarin, hari ini atau suatu hari nanti, tidak ada kata sia-sia,
bahkan dibalik semua itu, pasti ada hikmah terbaik yang bisa merubah
kehidupanku agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Karena aku tahu, sesungguhnya GUSTI ALLAH itu MAHA BAIK
Anak²ku kowe kabeh... Jangan Terpengaruh kalau Dihina… Jangan Hati
Melambung kalau Dipuji… Tidak Penting Dianggap Baik, Yang Penting Terus
Belajarlah Menjadi Orang Yang Bertanggung Jawab. Ngono thole.. hehehe..
Blegeduweg sa ugeg ugeg sadulito humel-humel..
Gareng, Petruk, Bagong: “Matur nuwun Romo Semar”.
Dialog punakawan selesai, monggo diambil hikmahnya.
No comments:
Post a Comment