REPRESENTATIONAL SYSTEM
"Eh,
gua mah ga bisa lho kalau diminta ngebayangin sesuatu, secara gua khan bukan
orang visual"
"Ayahbunda
yang berbahagia, jangan paksa ananda belajar seperti dulu ayahbunda belajar,
karena belum tentu tipe ananda sama dengan ayahbunda. Kalau dulu ayahbunda
senang mendengar musik, itu menandakan ayahbunda orang auditori. Jika ananda
senang belajar sambil bergerak, biarkan saja, karena itu tandanya dia adalah
anak kinestetik"
Sidang Pembaca
yang berbahagia, pernahkah Anda mendengar statement
seperti kalimat di atas? Pernah? Atau malah statement tersebut keluar dari
mulut Anda sendiri?
Kalau iya, emang
kenapa? Apa hak Anda bertanya seperti itu?
Nah, maka dari itu
kita perlu mengkaji ulang pemahaman yang selama ini sudah kita yakini.
***
'SISTEM
RE-PRESENTASIONAL'
Manusia menangkap
informasi dari dunia eksternal melalui lima inderanya:
- Visual
(penglihatan),
- Auditory (pendengaran),
- Kinesthetic (perasa),
- Olfactory (pembauan) dan
- Gustatory
(pengecap).
Dan semua
informasi tadi akan di-presentasi-kan
ulang di dalam pikiran dalam bentuk sesuai dengan indera yang
menerimanya. Informasi tadi entah berbentuk visual yang bisa
dipahami atau bisa disimpulkan sebagai sesuatu, atau bentuk kata-kata yang
punya makna tertentu, dll.
Ketika kualitas
dan kuantitas stimulus terhadap indera tadi berbeda, berbeda pula pengalaman
yang terjadi, dan konsekuensi logisnya, akan berbeda pula 'state' (kondisi pikiran/perasaan) yang
muncul.
Berbagai perilaku
dan perasaan kita terhadap sesuatu atau seseorang, dipengaruhi bagaimana kita
merepresentasikan sesuatu atau seseorang di pikiran kita. Berarti, apabila kita
mengubah representasi kita terhadap sesuatu atau seseorang, sikap kita pun akan
ikut berubah.
Di antara pintu
gerbang informasi yang 5 tadi, setiap manusia memiliki kecenderungan yang
berbeda (dominan) ketika menerima informasi. Kecenderungan inilah yang disebut
sebagai 'Sistem Preferensi' (disebut
juga Primary System). Karena jarang
digunakan secara terpisah untuk membangun representasional internal, maka
Olfactory dan Gustatory sering dilebur ke dalam sistem kinestetik sebagai
sensasi rasa.
Jadi dalam
pembelajaran Sistem Representasional selanjutnya kita hanya akan membahas 3
preferensi saja, yaitu:
1. Preferensi Visual
2. Preferensi
Auditori
3. Preferensi Kinestetik
Kenapa kok
istilahnya adalah preferensi yang memiliki kata dasar 'prefer', yang maknanya
adalah 'lebih menyukai'?
Ya karena pada
dasarnya setiap manusia memiliki ketiga (baca ke-5) sistem representasi tersebut,
hanya dalam penggunaan hariannya, manusia memilih untuk dominan dalam
menggunakan salah satunya sahaja.
Kenapa pula
demikian? Ya karena mereka lebih suka
menggunakan salah satu dari Reps System tadi.
Dan kenapa pula
mereka lebih suka salah satunya? Ho ho
ho, kalau masalah satu ini, Anda tidak berhak
mempertanyakannya. Tanya saja kepada rumput yang bergoyang, hehehe.
Dari uraian
sederhana ini, maka satu hal yang selama ini kita yakini perlu diperbaharui,
yaitu tidak ada orang bertipe
visual, auditori, maupun kinestetik!
Yang ada adalah orang dengan preferensi visual,
preferensi auditori dan preferensi kinestetik.
***
'Cara
Mengetahui Preferensi'
Kita dapat
mengetahui sistem preferensi seseorang melalui 3 cara, yaitu:
1.
LINGUISTIK
Dalam linguistik
sendiri kita masih bisa melihatnya dari 2 segmen:
A. Cek predikat yang sering digunakan:
a. Visual: melukiskan, membayangkan, melihat,
cerah, kabur, … dll.
b. Auditori:
suara, membisikkan, teriakan, merdu, mendengar, dll.
c. Kinestetik:
halus, hangat, panas, menggenggam, merasa, wangi, harum
pahit, kecut, mencicipi… dll
B. Cek intonasi saat mereka berbicara:
a. Visual: bicaranya cepat; karena mereka
berusaha mengejar gambar yang ada dalam pikiran mereka
b. Auditori:
berbicara dengan intonasi berirama; karena telinga mereka menikmati irama
tersebut
c. Kinestetik: bicaranya lambat; karena
setiap kata akan memunculkan sensasi tersendiri di dalam diri mereka
2.
BODY LANGUAGE
Cek gerakan tubuh
seseorang ketika berkomunikasi dengan Anda
a. Visual: cenderung mengambil jarak; karena
mereka ingin melihat gambaran besar dari lawan bicara
mereka. Gerakan tangan mereka cepat, dinamis, dan terstruktur.
b. Auditori:
mendekat saat berkomunikasi; karena mereka perlu mendengar dengan lebih jelas
setiap kata yang meluncur dari kawan bicara mereka. Gerakan tangan mengikuti
irama bicaranya.
c. Kinestetik: kerap kali melakukan kontak
fisik, sentuhan-sentuhan kecil; karena dengan cara inilah mereka mendapatkan
informasi lebih jelas. Gerakan tangan mereka cenderung lambat
3.
EYE MOVEMENT
Cek kemana arah
bola mata ketika mereka mengucapkan kata atau kalimat tertentu. Perhatikan
dengan seksama ke arah mana bola mata tersebut bergerak paling dominan.
a. Visual: ke atas, ke kiri atau kanan
b.Auditori:
mendatar, ke kiri atau kanan
c. Kinestetik: ke bawah, ke kiri atau kanan.
Setelah melakukan
cek pada ketiga aspek di atas, lakukanlah kalibrasi.
Jika ketiga aspek
menunjukkan kecenderungan V, maka dipastikan orang tersebut memiliki preferensi
Visual. Demikian juga ketika terdapat 2 aspek yang sama, maka itulah
preferensinya. Misal si Fulan, aspek Linguistiknya (L) V, Body Language (BL)
V, sementara Eye Movement (EM) A, maka preferensi Fulan adalah V.
Si Anu, L-nya K, BL-nya V, EM-nya K, maka preferensi Anu adalah K.
Bagaimana jika
ketiga aspeknya menunjukkan hal yang berbeda. Contoh, si Inu, L-nya A, BL-nya
K, EM-nya V? Ditilik dari jaraknya dengan otak yang mengatur subconscious mind, dan mata adalah aspek
dengan lokasi paling dekat, maka aspek inilah yang paling akurat dan jauh dari
bias.
Mulut bisa dilatih
untuk berbohong, bahasa tubuh juga bisa dibiasakan dengan kondisi yang
diharapkan, namun mata tak pernah ingkar janji. Dengan demikian kita bisa
menentukan bahwa preferensi Inu adalah V.
Sekali lagi saya
tandaskan, ini adalah preferensi,
bukan absolut.
***
'Manfaat
Preferensi'
Sidang Pembaca
yang berbahagia, ternyata penting juga ya bagi kita memahami preferensi ini.
Kalau begitu, apa saja sih manfaatnya?
1.
Untuk Diri Sendiri
Manfaat mengetahui
preferensi tentunya untuk pemberdayaan diri kita sendiri dulu.
Dengan menyadari
konsep ini maka tidak akan ada lagi ujaran seperti contoh pertama di atas, yang
alih-alih memberdayakan justru memperdayakan. Mengacu pada satu presuposisi
yaitu semua orang sudah memiliki sumber
daya untuk sukses, yang perlu dilakukan hanyalah mengenali, memperkuat dan
mengurutkan, maka ketika kita merasa tidak visualpun, sebenarnya kemampuan
visual itu tetap kita miliki. Pertanyaannya adalah, sudahkan kita mengenalinya,
atau bahkan memperkuatnya. Kalau demi pencapaian sebuah goal, tentunya tidak
ada lagi istilah prefer atau tidak. Suka tidak suka, sebenarnya kita mampu kok
mengenali dan memperkuatnya.
Contoh sederhana
lain, bagi kita yang 'right handed'
alias tidak kidal, maka kita akan melakukan banyak hal menggunakan tangan
kanan. Menulis, makan, menyikat gigi, menggunting, membubuhkan tanda tangan dll
dengan mudah akan kita lakukan. Kita sadar bahwa kita juga memiliki tangan
kiri, namun atas dasar banyak pertimbangan (salah satunya adalah moral dan
agama) maka penggunaan tangan kiri sebatas pada istinja'. Mungkinkah suatu saat
kita membutuhkan tangan kiri lebih dari sekedar untuk urusan bebersih diri tadi?
Sangat mungkin!
Bayangkan saja
ketika tangan kanan Anda mengalami celaka sehingga mesti diperban, maka
kemampuannya otomatis akan menurun bahkan lenyap. Saat itulah, prefer or not, Anda akan mengenali
tangan kiri Anda, menguatkan dan mulai menggunakannya.
2.
Untuk Melakukan Pacing
Kegunaan lain
mengenal preferensi adalah untuk melakukan pacing kepada orang lain. Dengan
memahami ketiga aspek penentu preferensi di atas (L, BL, EM) maka agar
mendapatkan trust dari kawan bicara, kita bisa melakukan mirroring dan
matching. Dan hal ini akan sangat bermanfaat dalam selling, coaching, parenting
maupun teaching.
***
'Learning
STYLE'
Sidang Pembaca
yang berbahagia, tahukah Anda bahwa sistem preferensi ini erat kaitannya dengan
cara belajar seseorang. Setiap preferensi memiliki gaya belajarnya
masing-masing.
Karena gerbang
masuknya informasi memang telah dipilih oleh masing-masing preferensi, maka
ketika seseorang menggunakan gerbang yang paling disukainya, informasi yang
tercerap akan lebih banyak, sehingga map yang terbentuk juga lebih lengkap.
Berikut saya kutip dari materi pelatihan Kang Surya Kresnanda mengenai cara
memfasilitasi pembelajaran masing-masing preferensi:
A.
Visual
- Gunakan gambar, video dan media peraga
- Puaskan dengan
warna (tapi jangan berlebihan)
- Gunakan predikat
visual
- Optimalkan
bahasa tubuh untuk menunjuk dan menggambar
- Atur jarak menjauh agar mereka bisa melihat
lebih banyak
B.
Auditori
- Perbanyak menjelaskan, atau beri mereka
kesempatan untuk menjelaskan ulang
- Gunakan predikat
auditori
- Perdekat jarak
agar mereka bisa mendengar lebih jelas
- Atur intonasi mendayu dan gerak tubuh yang
menyesuaikan suaranya
C.
Kinestetik
- Ijinkan mereka menyentuh dan meraba
seperlunya
- Gunakan alat
peraga 3 dimensi.
- Gunakan predikat
kinestetik
- Atur intonasi
lambat dan dalam
- Gunakan bahasa
tubuh lambat
- Sentuh seperlunya (dan sopan)
Oo ternyata itu to
maksud dan manfaat Reps System? Kalau begitu ujaran kedua tadi itu benar atau
salah?
***
Sidang Pembaca
yang berbahagia, bukan salah namun perlu diluruskan pada judgement VAK, menjadi preferensi VAK. Dan meskipun kita sudah
paham mengenai sistem preferensi serta gaya belajar masing-masing preferensi,
namun ketika kondisinya hanya mendukung pada pemenuhan salah satu preferensi
saja, atau terdapat hal yang tidak ekologis, ya perkuat saja sistem preferensi
lain yang masih memungkinkan.
Contoh seorang
anak dengan preferensi kinestetik sedang bermain di taman kaktus, apakah akan
kita biarkan dia menyentuh kaktusnya? Tentu tidak bukan? Ajarkan saja dia
dengan apa yang dia lihat, karena di dalam dirinya toh juga terdapat
kemampuan visualnya.
Karena adanya Bandler
dan Grinder menciptakan NLP (Neuro
Linguistic Programming) adalah untuk memudahkan hidup kita. Jangan karena
terjebak oleh teknik atau dikotomi metodologinya, justru kita mengabaikan sisi
ekologis sekitar kita, sehingga hidup kita makin susyah gegara eN eL Peh.
Sila tebar jika
manfaat
Tabik
-haridewa-
Happiness Life
Coach
No comments:
Post a Comment