SEDIKIT BICARA BANYAK BEKERJA
Sedikit Bicara Banyak Bekerja, Apakah Masih Valid?
Lima puluh tahun lalu mungkin peribahasa itu benar. Padanan
peribahasa yang mirip- mirip itu: “Diam adalah emas”. Tetapi, saat ini, bicara
adalah berlian. Semua hal berkaitan dengan komunikasi, semua orang dituntut
untuk mampu bicara, semua pelaku peran wajib: bicara! Jangan menjadi
terpengaruh oleh jargon iklan yang sekedar jual produk.
Untuk memenangkan persaingan masa depan, kita musti
berkomunikasi dengan dunia luar. Untuk bisa berkomunikasi, kita harus ‘banyak
bicara’. Mengapa harus banyak bicara? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan
pertanyaan: apakah dengan diam, kita bisa terdengar diantara jutaan yang sedang
bicara? Supaya diam kita diketahui, kita harus terlihat, supaya terlihat kita
harus bicara. Maka tetap saja kita harus bicara!
Perhatikan, mengapa Michael Schumacher bisa menembus tujuh kali
juara dunia di balap F1? Mengapa Kimi Raikkonnen hanya satu kali juara dunia
disepanjang karir F1? Apa bedanya Schumi dan Kimi karena mereka berdua secara
individu sama-sama hebat di belakang setir Ferrari. Mereka punya tunggangan
yang sama- sama hebat, tim yang mendukung sama kuat, manager teknik mereka sama
piawainya, tetapi kok prestasi mereka berbeda? Mengapa bisa beda adalah karena
masalah kecakapan komunikasi.
Scumi sangat aktif bicara. Ia selalu berkomunikasi dengan
manajer teknik, dengan seluruh anggota team pit stop, ia bicara dengan seluruh
crew. Apa yang dia bicarakan? Harapannya atas kinerja mobil, keluhan dan saran
atas performa mobilnya bila melibas tikungan, getaran di jalur lurus, sudut
aerodinamikanya. Ia bicara apa saja yang membuat seluruh anggota team menjadi
penuh energi, bersemangat membantunya mewujudkan ambisi seluruh team: menjadi
yang terbaik di trek.
Bagaimana Kimi? Kimi seratus delapan puluh derajat beda dengan
Schumi, ia contoh dari ‘talk less do more’. Ia yakin kalau ia membalap di trek
sebaik-baiknya bakal mendulang prestasi sebaik-baiknya. Tetapi ia lupa, bahwa
banyak orang yang bekerja sebelum dan selama mobilnya melaju di atas trek. Ia
sangat minim komunikasi, ia tidak mengeluarkan harapan dan keluhan performa
mobilnya ke seluruh team. Orang-orang yang bekerja untuknya tidak tahu apa yang
perlu dilakukan khusus untuk mendukung performanya. Orang-orang, manajer dan
seluruh crew menjulukinya ‘the Iceman’. Si manusia es yang tidak mau ngomong.
Kimi telah membuktikan pada Kita: sedikit bicara banyak kerja adalah salah
total.
Kita harus bicara sembari melakoni pekerjaan kita. Kita
membutuhkan orang lain tahu apa yang sedang kita lakukan. kita perlu tahu orang
lain sedang melakukan apa dengan cara bagaimana dan apa kira-kira harapan
outputnya.
Berbuat dan bicara adalah dua hal yang saling memperkuat. Tentu
jika hal yang dibicarakan selaras dengan yang sedang dikerjakan. Terutama bila kita
membutuhkan orang lain untuk mendukung kelancaran pekerjaan kita. Lihat, ribuan
hasil karya orang tidak pernah bermanfaat bagi kehidupan karena tidak pernah
terdengar oleh orang-orang lain, karena tidak pernah disuarakan.
No comments:
Post a Comment