HADIAH
BANGSA CINA
Habibie: Hadiah Terbesar Bangsa Cina ke Indonesia adalah Islam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ketiga RI
BJ Habibie menjelaskan mengenai awal kehadiran Islam di Nusantara. Menurut dia,
Islam datang ke Indonesia dan diperkenalkan pertama kali lewaat bangsa Cina,
melalui laksamana Cheng Ho.
"Hadiah terbesar bangsa Cina ke Indonesia adalah agama
Islam," kata Habibie ketika memberikan ceramahnya di Masjid Lautze, Pasar
Baru, Jakarta, Jumat (29/8/2015).
Habibie menjelaskan, Islam lahir 14 Abad silam. Saat itu, Islam
memang belum sampai ke jazirah Tiongkok. Baru ketika jalur perdagangan dibuka
700 tahun kemudian Islam sampai di Cina. Kemudian, Laksamana Cheng Ho datang ke
Nusantara membawa misi damai dan Islam pun dikenal masyarakat Indonesia ketika
itu.
"Ini yang sering saya katakan ketika saya bertemu siapa
pun, termasuk tokoh dunia. Ketika saya ke Cina, saya diberitahu, umat Islam
yang saya temui ini lah orang-orang yang memperkenalkan Islam ke negara
Anda," kata dia.
"Saya bilang ke pimpinan Beijing, saya bilang ke pimpinan
Jerman, agama Islam datang ke Indonesia damai bukan peperangan," kata
dia.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia tak bisa dilepaskan dari
jasa Walisongo (wali sembilan). Banyak versi mengenai kisah para wali ini,
salah satunya versi yang menyatakan mereka berasal dari Cina. Tahun 1968,
Profesor Slamet Mulyana menulis versi yang tidak populer itu dalam bukunya
"Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di
Nusantara", namun dilarang beredar karena dinilai dapat memicu perdebatan
SARA (Suku, Agama, Ras dan Antaragama).
Menurut Mulyana, orang yang mendirikan kerajaan Islam pertama di
Jawa adalah orang Tionghoa, yakni Chen Jinwen atau yang lebih dikenal dengan
Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu). Ia adalah pendiri
kerajaan Demak di Jawa Tengah.
Walisongo dibentuk oleh Sunan Ampel pada tahun 1474. Mereka
terdiri dari sembilan orang wali; Sunan Ampel alias Bong Swie Ho, Sunan Drajat alias
Bong Tak Keng, Sunan Bonang alias Bong Tak Ang, Sunan Kalijaga alias Gan Si
Cang, Sunan Gunung Jati alias Du Anbo-Toh A Bo, Sunan Kudus alias Zha Dexu-Ja
Tik Su, Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/ Tan Eng Hoat, dan
Sunan Giri yang merupakan cucu dari Bong Swie Ho.
Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias Raden Rahmat lahir pada tahun
1401 di Champa (Kamboja). Saat itu, banyak sekali orang Tionghoa penganut agama
Muslim bermukim di sana. Ia tiba di Jawa pada 1443. Tiga puluh enam tahun kemudian,
yakni pada 1479, ia mendirikan Mesjid Demak.
Belanda, yang sempat ‘berperang’ dengan para wali itu sempat
tidak mempercayai bahwa sultan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa.
Untuk memastikannya, pada 1928, Residen Poortman ditugaskan oleh pemerintah
Belanda untuk menyelidikinya. Poortman lalu menggeledah Kelenteng Sam Po Kong
dan menyita naskah berbahasa Tionghoa. Ia menemukan naskah kuno berusia ratusan
tahun sebanyak tiga pedati.
Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis buku yang
juga kontroversial, Tuanku Rao. Slamet Mulyana juga banyak menyitir dari buku
ini. Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dalam Serat
Kanda Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun, yang dalam Babad Tanah Jawi
disebut sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian
berarti ‘orang kuat’. Cucu Raden Patah, Sunan Prawata atau Chen Muming/ Tan Muk
Ming adalah Sultan terakhir dari Kerajaan Demak. Ia berambisi meng-Islamkan
seluruh Jawa, sehingga apabila ia berhasil maka ia bisa menjadi "Segundo
Turco" (seorang Sultan Turki ke II), sebanding sultan Turki Suleiman I
dengan kemegahannya.
Kata Walisongo yang selama ini diartikan sembilan (sanga/songo)
wali, ternyata masih memberikan celah untuk versi penafsiran lain. Ada yang
berpendapat bahwa kata ’sanga’ (dilafalkan sebagai ‘songo’ dalam Bahasa Jawa)
berasal dari kata ‘tsana’ dari bahasa Arab, yang berarti mulia. Pendapat
lainnya menyatakan kata ’sanga’ berasal dari kata ’sana’ dalam bahasa Jawa yang
berarti tempat.
Kata Sunan yang menjadi panggilan para anggota Walisongo,
dipercaya berasal dari dialek Hokkian ‘Su’ dan ‘Nan’. ‘Su’ merupakan kependekan
dari kata ‘Suhu atau Saihu’ yang berarti guru. Disebut guru, karena para wali
itu adalah guru-guru Pesantren Hanafiyah, dari mazhab Hanafi. Sementara ‘Nan’
berarti berarti selatan, sebab para penganut aliran Hanafiah ini berasal dari
Tiongkok Selatan.
Perlu diketahui juga bahwa sebutan ‘Kyai’ yang kita kenal
sekarang sebagai sebutan untuk guru agama Islam, dulu digunakan untuk memanggil
seorang lelaki Tionghoa Totok, seperti pangggilan ‘Encek’. Dan, sadar atau
tidak, baju muslim yang kerap digunakan oleh laki-laki muslim Indonesia sangat
mirip dengan pakaian ala China. Baju Koko dan penutup kepala putih dianggap
berasal dari China, karena di negeri asal Islam, Timur Tengah, pakaian ini
tidak dikenal.
Sangat dimungkinkan bahwa cerita ini mengandung kebenaran (walaupun
mungkin tidak semua Walisongo dari Cina), karena saat itu penduduk lokal Jawa
adalah masih Hindu-Buddha dan tentunya apabila ada suatu kebudayaan baru yang
masuk maka pastilah dibawa oleh pendatang dari luar. Mengingat bahwa saat itu
Cina sudah menjelajah ke berbagai belahan dunia termasuk di tanah Jawa maka
dimungkinkan salah satu dari mereka adalah pembawa syiar agama Islam tersebut.
Sumber:
* D. A. Rinkes "De heiligen van Java"
* Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin"
* B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang
* Utrecht: Den Boer – G.W.J. Drewes, 1969 The Admonitions of Seh Bari : a 16th Century Javanese Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague: Martinus Nijhoff
* De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java"
* "Islamic states in Java 1500 -1700?.
* Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa”
* D. A. Rinkes "De heiligen van Java"
* Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin"
* B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang
* Utrecht: Den Boer – G.W.J. Drewes, 1969 The Admonitions of Seh Bari : a 16th Century Javanese Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague: Martinus Nijhoff
* De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java"
* "Islamic states in Java 1500 -1700?.
* Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa”
No comments:
Post a Comment