DOSEN
ASING DI KAMPUS TANAH AIR
Berbagi postingan dari
Prof. Nadirsyah Hosen, Monash University.
Dosen
Asing di Kampus Tanah Air
1.
Saya mau ikutan bahas topik ini. Sekitar 13 tahun saya berkarir di dunia
akademik Australia, semoga pengalaman saya sejak post-doc sampai menjadi dosen
tetap di negeri Kangguru, bisa jadi bekal untuk sedikit berbagi cerita
2.
Saya tentu mendukung upaya pemerintah RI untuk meningkatkan kualitas dunia
perguruan tinggi di tanah air baik dari sudut teaching maupun research. Tapi apa
perekrutan dosen asing merupakan jawabannya?
3.
Jawabannya bisa iya dan tidak, tergantung seberapa serius Pemerintah
mempersiapkan program ini, dan seberapa jauh Pemerintah melihat dan menjawab
akar persoalannya
4.
Menurut saya perekrutan dosen asing untuk bekerja di tanah air harus melalui
proses seleksi yang ketat dan sesuai dengan kebutuhan kampus di tanah air.
Tidak bisa asal comot, mentang-mentang bule terus dianggap lebih berkualitas
dibanding dosen lokal
5.
Ini agar jangan sampai TKA yang bekerja sebagai dosen di tanah air hanyalah
kualitas buangan yang tidak laku di negaranya. Itulah yang terjadi di banyak
negara asia dan timur tengah. Jangan sampai terulang di tanah air
6.
Kita tidak mau pengalaman sepakbola Indonesia terulang kembali dimana sejumlah
klub hanya merekrut pemain asing terkenal yang sudah di penghujung karirnya.
Gak perlu saya sebut nama pemain dan klub bolanya. Jangan sampai dunia
pendidikan juga seperti itu
7.
Saya jadi dosen di Australia berkompetisi dengan ratusan pelamar dari seluruh
dunia. Saya ikuti semua proses seleksi, dari mulai melamar memenuhi kriteria,
tahap interview, presentasi/mengajar, sampai cek surat referensi
8.
Begitupula tidak ada perbedaan gaji maupun fasilitas antara saya sebagai
pelamar asing dengan dosen lokal orang Australia. Semua yang lolos seleksi
diperlakukan sama. Tidak ada diskriminasi. Kewajiban dan haknya sama
9.
Kalau dosen asing mau dibayar 60 juta per bulan di tanah air, saya usul dosen
lokal di tanah air juga harus mendapatkan gaji dan fasilitas yang sama. Tidak
boleh ada diskriminasi.
10.
Jadikan program dosen asing ini sebagai pintu memperbaiki kualitas dan
birokrasi kampus di tanah air. Kalau keberadaan dosen asing tidak dibarengi
dengan perubahan internal maka gak akan ngefek hasilnya
11.
Selama ini birokrasi kampus kita luar biasa njelimet dengan beban SKS yang
berat dan birokrasi yang rumit. Apa mau dosen asing juga dikenai aturan yang
njelimet itu? Terbukti, aturan njelimet itu tidak bisa membuat dosen lokal
produktif berkarya
12.
Saya khawatir kalau ini tidak dibenahi maka dosen asing yang bekerja di tanah
air, dengan gaji yang fantastis itu, malah jadi mandul dan tidak produktif
berkarya kalau harus terkena aturan yang njelimet di kampus tanah air. Membebaskan mereka dari aturan, ini namanya
diskriminasi.
13.
Ibaratnya kalau Messi dan Ronaldo main di klub-klub bola tanah air, tanpa
perbaikan sistem internal, maka kedua pemain top dunia ini bisa mandul mencetak
gol. Jangan-jangan bakal patah kaki mereka.
14.
Banyak yang menyangka iming-iming menjadi dosen di luar negeri itu karena gaji
dollar. Bukan cuma itu sebenarnya. Yang lebih penting justru iklim akademik
yang kondusif yang ditawarkan kampus top dunia. Ini yang harus dipahami
Pemerintah RI
15.
Dosen di Luar Negeri mengajar hanya 6-9 jam per minggu, selebihnya kami riset.
Tidak banyak waktu terbuang urusan administrasi seperti pengisian borang, dll. Urusan teknis disupport
oleh pihak admin kampus.
16.
Saya hanya wajib berada di kampus Monash University pada hari saya mengajar,
tidak ada absensi kehadiran apalagi pakai sidik jari segala. Di luar jam
mengajar, saya membimbing disertasi mahasiswa atau menulis paper dan buku.
17.
Suasana kondusif mengajar dan meneliti ini yang harus diperbaiki dulu sebelum
program 60 juta bayar dosen asing bisa berjalan mulus di tanah air. Tanpa
perbaikan internal dan persiapan matang, program ini gak bakal ngefek.
18.
Jangankan cuma 60 juta, warga Indonesia yang sudah mapan menjadi dosen di luar
negeri, dibayar 100 juta per bulan pun akan mikir-mikir mau balik mengajar ke
tanah air karena sistem birokrasi kampus yang tidak kondusif sulit membuat kami
produktif berkarya
19.
Tanpa perbaikan dan pembenahan sistem, rekrutmen dosen asing hanya akan
mendatangkan “orang bule buangan” yang mereka sendiri tidak terpakai di negaranya,
dan hanya akan timbulkan kecemburuan dosen lokal akan gaji & fasilitas yang
diberi ke dosen asing
20.
Menggenjot publikasi riset itu bukan dengan mengadopsi gaya sepakbola kita yang
merektur pemain asing, tanpa membenahi sistem pembinaan pemain lokal sendiri.
Hasilnya gak ngefek kan?
21.
Uang negara akan habis merekrut dosen asing, sementara tujuan menggenjot angka
publikasi riset gak akan tercapai, apabila kita fokus dengan gaya “pemain cabutan”. Sebaiknya jadikan
program dosen asing ini sebagai pembuka pintu masuk pembenahan dunia pendidikan
kita.
22.
Sementara ini dulu sekadar berbagi cerita dan masukan untuk Pemerintah RI.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Monash
Law School
No comments:
Post a Comment