BERHALA JAMAN NOW
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, OLEH: Muhammad Arifin Ilham
Kontennya
menjangkau peristiwa yang akan datang.
"Akan
datang suatu zaman atas manusia, perut-perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka.
Perempuan-perempuan mereka menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar (uang) mereka
menjadi agama mereka. Dan kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka."
Para sahabat
menyimak penuh khidmat. Lanjut Sang Nabi, "Waktu
itu, tidak tersisa dari iman kecuali namanya saja. Tidak tersisa dari Islam
kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Al Quran kecuali
sebatas kajiannya saja. Masjid-masjid mereka makmur, tetapi hati mereka kosong
dari petunjuk (hidayah- Nya). Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Allah yang
paling buruk di permukaan bumi."
Tergurat dari
wajah para sahabat, rasa sedih dan cemas. Dipandanginya lekat-lekat wajah
Rasul, disimaknya kalam-kalam bertutur manusia pilihan tersebut. Hingga
sampailah Sang Murabby Agung itu menggambarkan keadaan apa yang akan terjadi
nanti jika sudah sedemikian menyedihkan kondisi umatnya.
"Kalau
sudah terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dan menimpakan
kepada mereka empat perkara (azab). Pertama, kekejaman tak berperi dari para
penguasa. Kedua, kekeringan tak terhingga yang sangat lama. Ketiga,
beraneka kezaliman para pejabat kepada rakyat jelata. Dan keempat, pisau hukum
para hakim tumpul, sekarat, dan berkarat."
Atas tuturan ini,
para sahabat pun terheran-heran. Mereka bertanya, "Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini para penyembah
berhala?"
"Ya!
Bagi mereka, setiap dirham (uang) menjadi berhala (dipertuhankan/disembah)" pungkas Nabi SAW.
Hadist yang cukup
panjang riwayat Bukhari Muslim yang muttafaq alaih ini pun akhirnya menjadi renungan
kita semua. Berhala itu bukan lagi patung- patung atau arca. Berhala zaman now itu berupa uang.
Kini, kita lihat
bagaimana keadaan kita. Hari-hari kita fokusnya selalu uang. Detik, menit, dan
jam dihitungnya dengan standar uang. Berangkat pagi pulang malam, bahkan hingga
tidak pulang, yang dicari dan dikejar adalah uang.
Pemimpin dan para
pejabatnya berusaha mati-matian untuk mengekalkan zona nyamannya; ternyata
pengorbitnya adalah uang. Para hakim kehilangan muruah agungnya.
Hukum dipermainkan
atas kepentingan pemilik modal. Jika modal kuat, pisau hukum kelihatan tumpul.
Sebaliknya terhadap pihak yang tidak ada modal pisau hukum sangat tajam.
Ujung-ujungnya bisa ditebak semua karena uang.
Ikhwah fillah,
mari sadarkan diri kita semua. Uang memang bisa membeli rumah, tapi tidak bisa
membeli ketenangan. Uang bisa membeli dunia, tapi tidak akan pernah bisa
membeli bahagia. Bahagia dan surga hanya bisa dibeli dengan 'sekadar uang' yang
dikuasakan oleh ketaatan yang sempurna kepada Allah dan rasul-Nya.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment