DUA SSW
Rabu
15 April 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Kita terbelalak melihat cepatnya vaksin Covid-19
ditemukan. Oleh jenderal wanita Chen Wei di Wuhan itu (Baca DI’s Way: Bebas
Wuhan).
Ternyata itu
kalah cepat.
Kemarin TV
pemerintah Tiongkok mengumumkan yang baru lagi: ada satu penemuan vaksin yang
sudah dinyatakan lulus uji klinik tahap kedua.
Sedang vaksin
penemuan Chen Wei baru memasuki uji klinik tahap kedua. Dua hari lalu.
Tapi, menurut
catatan WHO --organisasi kesehatan dunia-- vaksin penemuan Chen Wei adalah
satu-satunya yang tercatat di lembaga itu yang sudah melakukan uji klinik tahap
kedua.
Berarti penemuan
yang lebih cepat itu belum didaftarkan ke WHO --entah dengan maksud apa.
Pemerintah
Tiongkok sendiri menyebutkan vaksin yang lebih cepat ini dikembangkan oleh
perusahaan di Beijing dan Wuhan. Yakni China
Institute Biological Sino Pharmaceutical Group (Wuhan) dan Kexing Zhongwei Biotechnology Co. Ltd
(Beijing).
Jelas sekali di
berita itu, pemerintah mengatakan bahwa vaksin ini adalah gelombang pertama
yang sudah menyelesaikan uji klinik tahap kedua.
Kalau begitu
masih perlu tahap apa lagi? Sebelum diproduksi massal?
Kalau zaman
normal-normal saja berarti tinggal diperlukan satu tahap uji klinik lagi.
Atau
jangan-jangan Tiongkok akan menggunakan klausul pandemik untuk mempercepat
produksi vaksin ini.
Menurut aturan
memang diperlukan tiga tahap uji klinik. Begitulah prosedur penemuan obat
baru.
Uji klinik tahap
pertama untuk melihat bahaya efek samping obat tersebut. Karena itu jumlah
orang yang ikut uji coba tidak perlu banyak.
Dalam hal ini
vaksin yang ditemukan Jenderal Chen Wei sudah lolos. Yakni diputuskan dalam
sidang jarak jauh tanggal 16 Maret lalu. Yang sidangnya hanya berlangsung dua
jam.
Lalu dikeluarkan
izin untuk melakukan uji klinik tahap kedua.
Chen Wei pun
mencari relawan sebanyak 500 orang. Penyuntikan pertama uji klinik tahap kedua
itu sudah dilakukan: tanggal 13 April kemarin. Termasuk kepada kakek berumur 84
tahun.
Mengapa
diujicobakan kepada orang yang begitu tua? ”Karena banyak juga orang setua itu
terserang Covid-19. Padahal dosis vaksin untuk orang umur 80 harus berbeda
dengan yang umur 60,” tulis berita itu.
Uji coba tahap
kedua diperlukan untuk melihat kemanjuran vaksin. Karena itu jumlah orang yang
ikut uji coba lebih banyak lagi.
Di tahap ini
vaksin penemuan Chen Wei kalah cepat dengan yang cepat tadi.
Sedang vaksin
yang ditemukan ahli Amerika Serikat kini masih menunggu hasil uji klinik tahap
pertama. Berarti Amerika kalah dua langkah --dari segi kecepatan. Entahlah dari
segi kualitas.
Sebenarnya saya
masih menunggu perkembangan terbaru dari Tiongkok. Tadi malam. Saya berharap
ada berita susulan: tidak diperlukan lagi uji klinik tahap ketiga. Dengan
alasan ini kan zaman pandemik.
Tapi yang saya
nantikan tidak datang. Padahal saya menunggunya sampai pukul 22.00. Sampai saya
terkantuk-kantuk.
Ya sudahlah.
Mata sudah tidak kuat lagi. Sudah tidak seperti dulu --yang kuat menunggu hasil
pertandingan sepak bola Eropa sampai pukul 1 malam-Uji klinik tahap ketiga itu
sebenarnya ”hanya” untuk extra hati-hati. Tujuannya: apakah vaksin itu secara
keseluruhan bisa menghasilkan seperti yang direncanakan.
Karena itu di
uji coba tahap ketiga ini orang yang divaksin lebih banyak lagi. Seolah seperti
sudah dipergunakan untuk masyarakat luas.
Tujuan lainnya:
untuk dibandingkan dengan obat sejenis di penyakit yang sama.
Lho. Dalam hal
vaksin Covid-19 ini mau dibandingkan dengan vaksin yang mana? Bukankah belum
ada vaksin serupa dengan itu?
Itulah. Sampai saya
menunggu jangan-jangan tahap ketiga itu tidak diperlukan.
”Sebenarnya ada
klausul untuk mempercepat penemuan obat baru. Yakni klausul pandemik,” ujar
satu dari tiga profesor yang saya ajak bicara soal ini tadi malam. Tiga
profesor itu semua aktif di bidang penelitian obat dan virus.
Saya sendiri
menduga kali ini vaksin baru itu dicukupkan uji kliniknya sampai tahap kedua
saja. Berarti proses produksinya akan segera dilakukan. Di Beijing untuk
wilayah utara dan di Wuhan untuk wilayah tengah sampai Selatan.
Sedang uji
klinik tahap ketiganya bisa dilakukan sambil jalan. Ini kan zaman
pandemik.
Dengan dua
penemuan vaksin Covid-19 di Tiongkok ini, maka lengkaplah: untuk yang telanjur
terkena virus sudah ditemukan Carrimycin (Baca DI’s Way: Pusing Ka-Li-Mi-Cin).
Sedang untuk yang belum terkena Vovid-19 bisa divaksinasi.
Tapi kita tetap
saja harus lebih bersabar: menunggu keduanya kapan sampai di Indonesia.
Kita senang
ketika Covid tidak kunjung bisa masuk Indonesia. Dulu itu. Sampai-sampai kita
sangka perizinannya sulit.
Kini kita
berharap perizinan masuknya vaksin nanti bisa SSW --set-set-wet,
meminjam istilah kecepatan gerakan copet yang kini mulai banyak beraksi.
(Dahlan Iskan)
https://www.disway.id/r/901/dua-ssw
No comments:
Post a Comment