Tuesday, December 1, 2020

BALADA SEBUAH MASTERPIECE

Banyak orang meragukan daya hidup kembar siam pasca operasi, paling banter cuma bertahan satu atau dua tahun, tapi Profesor Padmosantjojo, dokter ahli bedah saraf, bertekad untuk "melawan" takdir itu.

Hari itu, 21 Oktober 1987, dokter Padmo tengah merancang takdirnya sendiri. Tidak kurang dari 40 dokter yang terlibat dalam operasi paling rumit dalam sejarah kedokteran Indonesia ini. Sebuah operasi saraf  dempet kepala vertikal (kraniopagus), yang direncanakan selesai di atas 10 jam!

Tim spesialis, yang dipimpin langsung oleh dokter kelahiran Kediri tahun 1937 itu, harus memisahkan selaput otak (duramater) dan membelah pembuluh darah vena (sinus sagitalis) di otak menjadi dua bagian untuk kedua bayi tersebut. Jelas ini rumit dan butuh tingkat presisi tinggi. Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Pemisahan itu "seperti membelah uang kertas tanpa merusak gambar pada masing-masing sisinya," ujar Padmo.

Prestian Yuliana dan Prestian Yuliani lahir pada tanggal 31 Juli 1987 di Rumah Sakit Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Mengetahui bahwa kedua putrinya dempet kepala, Tularji, yang berprofesi sebagai tukang dan buruh, serta istrinya Hartini nyaris pingsan. Mereka stres dan menyerahkan segala urusan anaknya kepada rumah sakit.

Karena tak tersedia peralatan kedokteran yang memadai, kembar itu diboyong ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Pasca operasi, kedua bayi itu sementara dititipkan di sebuah ruangan khusus milik Departeman Sosial. Setiap hari dokter Padmo mengontrol kebutuhan nutrisi mereka. Selama di Jakarta seluruh biaya ditanggung oleh dokter berambut gondrong tersebut, termasuk menyediakan penginapan bagi kedua orang tuanya.

Bagi Padmo, Yuliana dan Yuliani adalah karya puncaknya sebagai dokter bedah saraf. "Aku tak ingin karyaku rusak. Aku harus openi (merawat)," katanya. Sudah terlalu banyak energi dan biaya pribadinya yang dipertaruhkan dalam "proyek" mahal ini. Itu sebabnya ia tak ingin sia-sia. 

Dan Yuliana - Yuliani?

Kedua kembar ini hidup sehat dan normal. Mereka berprestasi di sekolahnya. Setiap kenaikan kelas dan hasil ujian selalu mereka laporkan kepada Padmo, yang mereka panggil Pak De, YANG MENANGGUNG BIAYA SEKOLAH MEREKA.

Yuliana kini doktor ilmu nutrisi dan teknologi pakan lulusan IPB Bogor, sementara Yuliani lulus sebagai dokter dengan cum laude (IPK. 4.0) dari fakultas kedokteran Universitas Andalas, Padang. Sekarang dia bekerja di sebuah puskesmas di kota Padang.

Sebuah masterpiece yang sempurna...

(foto: dokter Padmosantjojo dan istri bersama Yuliana dan Yuliani)

Sumber: Darwati Utieh

No comments:

Post a Comment