MENAKAR-NAKAR ASPEK KESEHATAN MINYAK NABATI
PENDAHULUAN
Minyak nabati (vegetable oil)
termasuk minyak makan (edible oil) yang di ekstraksi dari tumbuh-tumbuhan,
Sedangkan bentuk padat dari minyak nabati ini dikenal sebagai lemak. Pohon
kelapa (nyiur) dan pohon sawit merupakan sumber minyak makan di daerah-daerah
atau negara-negara tropis. Minyak kelapa dan minyak sawit banyak digunakan
sebagai minyak goreng rendam (deep frying oil) maupun sebagai margarin.
Di daerah-daerah atau negara-negara
sub-tropis beriklim dingin, jenis minyak yang banyak digunakan berasal dari
kedelai, jagung, bunga matahari dan canola. Minyak subtropis ini dapat juga
digunakan untuk memasak dan membuat margarine.
JENIS-JENIS MINYAK NABATI
Minyak nabati ini terbentuk dari
senyawa–senyawa trigliserida dan berbeda dengan minyak hewan, tidak mengandung
kolesterol. Walaupun demikian, kombinasi dari molekul lemak dengan kadar
tertentu dapat meningkatkan produksi kolesterol oleh tubuh kita. Pada dasarnya
minyak nabati itu merupakan kombinasi dari tiga jenis asam lemak, jakni; asam lemak jenuh (saturated fatty acids
= SFA, seperti yang terdapat pada lemak hewan), asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty acids = MUFA))
dan asam lemak tak jenuh ganda
(poly-unsaturated fatty acids = PUFA)
Lemak jenuh dianggap tidak baik bagi
kesehatan tubuh kita karena meningkatkan LDL (Low Density Lipoprotein) yang
merupakan “kolesterol jahat”. Namun minyak jenuh ini memiliki keunggulan, yaitu
tahan panas, sehingga cocok sekali digunakan sebagai minyak goreng rendam (deep frying oil) pada suhu tinggi.
Asam lemak tak jenuh tunggal maupun
ganda dianggap berpengaruh baik bagi kesehatan. Kedua asam lemak tak jenuh ini
dalam tubuh kita bergabung dengan protein membentuk HDL (High Density Lipoprotein)
yang merupakan “kolesterol baik”. Sayangnya kedua asam lemak itu tidak tahan
terhadap pemanasan dan tidak cocok dipakai sebagai minyak goreng bersuhu
tinggi. Satu struktur molekul asam lemak
tak jenuh sangat mudah rusak karena pemanasan sehingga tidak lagi membawa
manfaat. Jadi kedua jenis minyak ini hanya cocok sebagai minyak selada, atau
untuk tumis-tumis pada suhu rendah dan waktu yang singkat.
PROSES HIDROGENASI LEMAK TAK JENUH
Guna menghilangkan kekurangan minyak
tak jenuh seperti minyak kedelai, jagung, bunga matahari dan canola yang
disebutkan di atas, maka negara-negara di “kubu” minyak subtropis mensiasati
kekurangan ini dengan melakukan proses
hidrogenasi pada minyak tak jenuh
Minyak dan lemak nabati yang tak jenuh dapat dirubah
sifatnya melalui proses hidrogenasi sebagian (partial hydrogenation) atau hidrogenasi lengkap (complete hydrogenation) dengan maksud
meninggikan titik cairnya (melting point).
Proses hidrogenasi ini mencakup ‘penaburan’ minyak tak jenuh dengan atom
hidrogen (H) pada suhu tinggi menggunakan satu katalisator yaitu suatu senyawa
nikel.
Dengan pecahnya setiap ikatan ganda, maka 2 atom H akan
mengikat 2 atom karbon. Penghilangan ikatan ganda dengan menambah atom hidrogen
(H) disebut proses saturasi. Dan
dengan meningkatnya derajat saturasi, minyaknya berubah menjadi minyak atau
lemak yang terhidrogenasi lengkap (fully-hydrogenated)
KELEMAHAN
MINYAK HIDROGENASI
Suatu minyak dapat dihidrogenasi untuk meningkatkan
ketahanan terhadap oksidasi sehingga minyak tidak mudah menjadi tengik (rancid) atau untuk merubah sifat dan
ciri fisik minyak dan lemak. Bila derajat saturasi naik,
maka minyak menjadi lebih kental dan lebih tahan panas.
Penggunaan minyak hidrogenasi dalam makanan tidak pernah
benar-benar memuaskan. Ini disebabkan karena rangkaian tengah senyawa
trigliseridanya agaknya terlindungi oleh ujung dari rangkaian asam lemak ini,
sehingga sebagian besar proses hidrogenasi hanya terjadi pada ujung senyawa
asam lemaknya. Hal ini menghasilkan lemak yang perak (brittle, kurang plastis). Suatu margarin yang diproduksi dari
minyak jenuh alami akan lebih plastis (mudah dioleskan) dibandingkan denga
margarin yang dibuat dengan, misalnya, minyak kedelai yang sudah dihidrogenasi
(hydrogenated soy-oil)
Selain itu, hidrogenasi sebagian (partial hydrogenation) membentuk banyak sekali asam lemak trans (trans fatty acid) dalam campuran minyak
itu, yang sejak tahun 1970-an semakin terbukti membahayakan kesehatan.
Catatan: Di Amerika Serikat telah ditetapkan satu standar
oleh USDA (Unites States Drug Administration) tentang pemberian labek minyak nabati.
Produk yang diberi label ‘Vegetable Oil Margarine’ hanyalah diperbolehjkan
untuk minyak canola, safflower, corn, soybean atau peanut.
Contoh golongan asam lemak:
Asam lemak jenuh: asam palmitat, asam
laurat, asam stearat, asam miristeat dan asam arachideat
Asam lemak tak jenuh tunggal:
asam:oleat, asam palmitoleat
Asam lemak tak jenuh ganda: asam
linoleat, asam linoleneat
PILIH MINYAK NABATI YANG
SESUAI DENGAN KONDISI KESEHATAN ANDA
Minyak sawit (palm olein) memiliki
kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh yang boleh dikatakan seimbang. Oleh
karenanya minyak sawit merupakan minyak goreng yang paling aman bagi kesehatan
dan telah digunakan secara luas dalam industri makanan gorengan bila
dibandingkan dengan ancaman bagi kesehatan yang ditimbulkan oleh minyak tak
jenuh yang melalui proses hidrogenasi (hydrogenated
oil)
Minyak kelapa dan minyak inti sawit
mimiliki kandungan asam lemak jenuh paling tinggi dan hanya sedikit mengandung
asam lemak tak jenuh. Oleh karenanya kedua minyak ini tergolong minyak tahan
panas dan cocok untuk digunakan sebagai minyak goreng rendam, Kedua minyak ini,
minyak sawit dan minyak kelapa berasal dari tanaman yang tumbuh di daerah
tropis sekitar katulistiwa.
Minyak yang berasal dari biji kapuk,
kacang, zaitun, jagung, kedelai, bunga matahari dan canola memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh lebih tinggi, sehingga tidak bisa digunakan sebagai minyak
goreng rendam. Agar minyak-minyak ini dapat digunakan sebagai minyak goreng
rendam, maka mereka harus melalui proses hidrogenasi. Minyak-minyak ini sehat
bila digunakan untuk salad dressing, tumis-tumis atau dikonsumsi langsung
Ditinjau dari komposisi asam
lemaknya, maka minyak hewani memiliki kemiripan dengan minyak nabati. Hanya
saja perbedaannya terletak pada kandungan kolesterolnya. Minyak hewani
mengandung kolesterol, sedangkan minyak nabati tidak.
Mau pakai yang mana? Itu terserah
pada keperluan anda dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan anda dan dampak
dari penggunaan setiap jenis minyak bagi kesehatan
Semoga bermanfaat
Jakarta, 25 Oktober 2013
© Mimuk Bambang Irawan
No comments:
Post a Comment