TENTANG EPILEPSI
(PENYAKIT AYAN)
PENGANTAR
Menurut kamus Kedokteran Medilexicon's, epilepsi adalah: 'gangguan kronis yang
ditandai dengan disfungsi otak sementara karena kelebihan aktifitas saraf, dan
biasanya berkaitan dengan beberapa perubahan pada kesadaran...' Suatu
penelitian di Swedia menemukan bahwa orang-orang muda yang melakukan latihan
keras memiliki risiko lebih kecil untuk mengidap epilepsi di kemudian hari dalam
hidupnya.
Kata 'epilepsi' berasal dari kata Yunani epi
berarti 'di atas, pada, dekat di atas', dan kata Yunani leptos yang bermakna
'serangan'. Dari akar kata-kata itu, muncul istilah Perancis kuno “epilepsie”, dan kata Latin “epilepsia” serta
kata Yunani “epilepsia” dan “epilepsia” dan “epilepsies”
Penderita epilepsi cenderung mengalami serangan
berulang. Serangan terjadi disebabkan adanya aktivitas gelombang listrik yang
mendadak dalam otak karena kelebihan
beban listrik di dalam otak. Akibatnya terjadi gangguan sementara dalam sistem pengantaran
pesan antara sel-sel otak. Selama serangan kejang
otak pasien menjadi 'terhenti' atau 'kacau balau'.
Setiap fungsi dalam tubuh kita dipicu oleh sistem
pengantaran pesan dalam otak kita. Apa yang dialami pasien epilepsi selama terjadinya
kejang tergantung pada bagian dari otak mana yang memulai aktivitas epilepsi,
dan seberapa luas dan cepatnya terjadi penyebaran dari daerah itu. Oleh karena itu ada beberapa jenis serangan kejang dan
setiap pasien epilepsi akan mengalami serangan kejang yang memiliki keunikan
masing-masing.
EPILEPSI DAN HARAPAN HIDUP
Kematian usia dini 11 kali lebihsering terjadi
di antara orang-orang dengan epilepsi dibandingkan dengan populasi selebihnya.
Hal ini dilaporkan oleh para peneliti
dari Universitas Oxford dan University College London dalam majalah The Lancet.
Para peneliti menambahkan bahwa risiko akan
semakin besar jika seseorang dengan epilepsi juga memiliki penyakit mental.
Kasus
bunuh diri, kecelakaan dan tindakan kekerasan menyumbang 15,8% kematian usia
dini. Diantara 15,8% kematian ini, sebagian besar telah didiagnosis adanya
gangguan mental.
Kepala
peneliti, Seena Fazel menyatakan:
'Hasil penelitian kami memiliki implikasi yang
bermakna bagi kesehatan masyarakat, karena sekitar 70 juta orang di seluruh
dunia mengidap epilepsi, dan kami menekankan bahwa kehati-hatian dalam menilai
dan memperlakukan gangguan kejiwaan sebagai bagian dari pemeriksaan standar bagi
pasien dengan epilepsi dapat membantu mengurangi risiko kematian pada pasien
ini. Penelitian kami juga menyoroti pentingnya kasus bunuh diri dan kecelakaan non-kendaraan
untuk dicegah sebagai penyebab utama kematian pada penderita epilepsi.'
TIPE
SERANGAN EPILEPSI
Ada tiga jenis diagnosis yang
mungkin dibuat dokter ketika mengobati pasien dengan epilepsi:
- Idiopatik - tidak ada penyebab yang jelas.
- Kryptogenik - dokter memperkirakan kemungkinan
besar adanya satu penyebab, tetapi tidak dapat memastikan apa penyebabnya
yang tepat.
- Simptomatik - dokter mengetahui apa
penyebabnya.
Ada tiga deskripsi serangan kejang, yang
tergantung di belahan (hemisphere) otak yang mana aktivitas epileptik dimulai:
- Serangan kejang parsial (sebagian) - Aktivitas
epileptik berlangsung hanya dalam sebagian dari otak pasien. Ada dua jenis
serangan parsial:
- Serangan parsial sederhana - Pasien sadar selama kejang. Dalam kebanyakan kasus pasien juga sadar akan lingkungan dirinya, meskipun serangan sedang berlangsung. - Serangan parsial kompleks - Kesadaran pasien mengalami gangguan. Pasien pada umumnya tidak ingat adanya serangan, dan walaupun ingat, ingatannya kabur. - Serangan
kejang umum - Kedua belahan otak mengalami aktivitas epileptik. Kesadaran
pasien hilang saat serangan kejang berlangsung.
- Serangan kejang
umum sekunder – aktivitas epileptik dimulai sebagai serangan
parsial, tapi kemudian menyebar ke kedua belahan otak. Saat perkembangan ini terjadi, pasien kehilangan
kesadarannya
APA
SAJA GEJALA EPILEPSI?
Gejala utama epilepsi adalah kejang yang berulang. Ada beberapa gejala yang dapat menunjukkan seseorang mengidap epilepsi. Jika satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini muncul maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama jika gejala-gejala tersebut kambuh:
- Kejang-kejang tanpa demam
- Kehilangan ingatan (blackout)
yang berlangsung singkat, atau ingatan yang kacau balau.
- Jatuh pingsan secara berulang, di
mana terjadi kehilangan kontrol atas usus/anus atau kandung kemih. Gejala
ini sering diikuti oleh kelelahan ekstrim.
- Tidak responsif untuk jangka pendek terhadap perintah
atau pertanyaan.
- Tiba-tiba menjadi kaku tanpa sebab yang jelas
- Tiba-tiba jatuh tanpa sebab yang jelas
- Serangan mata berkedip yang tiba-tiba tanpa stimuli
yang jelas
- Serangan mengunyah yang mendadak tanpa alasan yang
jelas
- Tampak bingung dan hilangnya kemampuan
berkomunikasi untuk waktu yang singkat
- Berulang-ulang melakukan gerakan
yang tampak tidak sesuai
- Timbul ketakutan untuk alasan
yang tidak jelas, bahkan pasien mungkin menjadi panik atau marah
- Perubahan aneh dalam pengindraan,
seperti penciuman, raba dan pendengaran
- Lengan, kaki, atau tubuh
mengalami sentakan, pada bayi gejala ini akan muncul sebagai rangkaian
sentakan yang cepat
Kondisi berikut harus disingkirkan
karena menunjukkan gejala yang sama dengan epilepsi, dan kadang-kadang di
diagnosa salah sebagai epilepsi:
- Demam tinggi dengan gejala
seperti epilepsi
- Pingsan
- Narkolepsi (sering
tertidur di siang hari dan sering terganggu tidurnya di malam hari)
- Katapleksi (serangan
kelemahan umum yang ekstrim untuk beberapa waktu yang seringkali dipicu
oleh adanya kejutan, ketakutan dan kemarahan.
- Gangguan tidur
- Mimpi buruk
- Serangan panik
- Keadaan fugue (= gangguan kejiwaan yang
jarang terjadi, ditandai dengan serangan amnesia tentang identitas pribadi
yang bisa pulih kembali)
- Kejang psikogenik (satu keadaan klinis
yang tampak seperti kejang epilepsi, tapi sebetrulnya bukan. Rekam EEG normal saat serangan, dan perilaku
sering dikaitkan dengan gangguan kejiwaan, seperti gangguan konversi)
- Keadaan napas tertahan
(ketika seorang anak merespon satu kemarahan, ia mungkin akan menangis sekuat-kuatnya
sehingga terjadi sesak napas dan sianosis (kekurangan oksigen). Anak
kemudian berhenti be nafas dan terjadi
perubahan warna kulit disertai dengan kehilangan kesadaran)
No comments:
Post a Comment