MBURU
UCENG KELANGAN DELEG
Dulu waktu kita kecil, orang tua
kita sering menasihati agar kita “jangan hanya memburu uceng tapi kelangan
deleg”. Perumpamaan Jawa Ini artinya kurang lebih sebagai berikut: Jangan
memburu atau mengejar uceng (ikan kecil) tetapi melupakan deleg (ikan yang
lebih besar). Atau dengan perkataan lain, jangan mengejar hal-hal sekunder
tetapi yang primer terlupakan
Begitu juga dengan orang yang
mengejar kebahagiaan hidup, di mana ia sering mengutamakan bagaimana caranya
untuk memiliki harta yang banyak dan berlimpah agar hidupnya mudah dan tak
mengenal susah sampai tak habis 7 turunan. Namun di satu sisi lainnya,
kewajiban yang lebih penting tidak diperhatikan dan terlewatkan seperti
mendalami ajaran agama, mendampingi dan mendidik anak agar memiliki akhlaq yang
baik, membina kedekatan anggota keluarga dan silaturahim dengan sanak saudara
dan teman handai taulan. Itulah orang yang memburu uceng kelangan deleg.
Dengan perkataan lain, kenikmatan
dunia yang digambarkan sebagai ‘uceng’ hanyalah
sebesar jarum namun dikejar mati-matian, siang dan malam agar jaya
berwibawa bahkan dengan menghalalkan segala cara. Melupakan “Sang Pemberi
Nikmat Rejeki” (deleg) atau Allah Subhaanahu wa ta’ala yang sama sekali tidak
digubris dan dilupakan.
Hendaknya kita senantiasa merasa
butuh untuk dekat denganNya, butuh untuk memohon pertolonganNya dan ridhoNya, menjadi
tempat kita kembali kepadaNya nanti dengan selamat sejahtera. Itulah ‘deleg’
yang harus kita cari dalam kehidupan di dunia.
Semoga kita tidak tergolong orang
yang hanya memburu uceng tapi melupakan deleg.
Aamiin ya Rabbal’aalamiin
Semoga bermanfaat
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Jakarta, 19 Mei 2014
No comments:
Post a Comment