ANAK MOGOK SEKOLAH
Mungkin anda pernah menghadapi anak/cucu yang mogok tidak mau
sekolah. Sebagai orangtua bagaimana kita menyikapi hal tsb .....
Ahli parenting Ayah Edy mengatakan, jauh lebih bahaya jika
anak tak punya mimpi dan cita-cita ketimbang tak mau belajar di sekolah.
Sekali waktu, Anda sebagai orangtua tentu pernah menghadapi si
kecil yang enggan berangkat sekolah dengan alasan tak suka pada semua pelajaran
di sekolah. Atau, si kecil tiba-tiba mengaku tak ingin kembali ke sekolah
lantaran tak memahami segala yang dijelaskan gurunya di dalam kelas.
Pengamat parenting yang aktif bermedia sosial dan akrab disapa
Ayah Edy mengatakan, beberapa anak akan mengalami hal-hal seperti yang
digambarkan di atas. Dengan kondisi demikian, lanjut Ayah Edy, tak jarang ada
anak yang secara ekstrem memutuskan untuk benar-benar berhenti dari sekolahnya.
“Bagi saya, seorang anak yang memutuskan dengan berani berhenti
dari sekolahnya, berarti dia adalah anak yang istimewa. Sebab, dia pasti tahu
apa yang diinginkan untuk masa depannya. Namun masalahnya, kebanyakan orangtua
akan senewen dan stres ketika menghadapi anak-anak yang bersikap demikian,”
papar Ayah Edy , dalam sebuah talkshow “Perencanaan Pendidikan Anak” di
Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut pandangan Ayah Edy yang juga dikenal sebagai salah satu
pakar di dunia pendidikan di Indonesia, penting sekali bagi anak untuk memiliki
mimpi dan cita-cita, ketimbang belajar. “Memupuk mimpi adalah modal bagi
seorang anak, siapa pun dia, dari latar belakang apa pun dia,” kata Ayah Edy.
Di sisi lain, lanjut Ayah Edy, orangtua ingin anak-anak mereka
sukses di masa mendatang. Sayangnya, banyak orangtua tidak memahami apa yang
menjadi mimpi dan cita-cita sang anak. Sehingga banyak orangtua, baik disadari
maupun tidak, pada akhirnya justru jadi tidak mendukung atau tidak membiarkan
anak-anaknya meraih mimpi dan cita-cita.
“Anak yang tidak memiliki mimpi akan sangat bahaya . Dan
sebaliknya, justru tidak akan jadi bahaya jika anak tidak mau belajar atau
tidak mau sekolah. Sebab anak yang tidak memiliki mimpi akan tersasar dalam
memilih sekolah di jenjang yang lebih tinggi, dan tersasar dalam mewujudkan
cita-citanya,” papar Ayah Edy seraya mengatakan, soal mimpi dan cita-cita ini
ia terangkan pula dalam bukunya, “Memetakan Potensi Anak Sejak Dini”.
Oleh karena itu, Ayah Edy menegaskan, jika seorang anak menolak
untuk kembali ke sekolah lantaran merasa tidak berminat pada semua mata
pelajaran di sekolah, jangan paksa anak untuk terus bersekolah. “Dampaknya,
anak akan semakin tidak termotivasi untuk belajar. Hasilnya, nilai pelajaran
anak akan semakin berantakan dan tidak memuaskan orangtua.”
Namun demikian, ketika anak sudah tak mau sekolah, bukan berarti
berhenti begitu saja. “Gali apa yang menjadi mimpi dan cita-cita sang anak.
Cari dan ketahui apa yang menjadi minat terbesar dari sang anak. Setelah itu,
petakan potensi unggulnya,” sarannya.
Setelah memetakan potensi unggulnya, anak dapat diajak membuat
rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mewujudkan mimpi dan
cita-citanya. “Jika si anak suka sekali menari, ya, masukkan dia ke sekolah
menari, tapi tarafnya harus yang internasional. Jika si anak suka melukis,
masukkan ke sekolah seni yang tarafnya juga internasional. Jangan
tanggung-tanggung!” tegas Edy.
Atas izin Tuhan, jika orangtua mau mendukung apa yang menjadi
mimpi dan cita-cita anak, kata Edy, maka pada waktunya sang anak akan menemukan
apa yang Edy sebut sebagai “jalan takdir”. “Saya sebut sebagai jalan takdir,
karena ketika ada kemauan keras untuk menggapai sesuatu, pasti akan selalu ada
jalan untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita sang anak, atas seizin Tuhan,”
tandasnya.
Semoga bermanfaat.
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Jakarta, 4 April 2015
Jakarta, 4 April 2015
No comments:
Post a Comment