SONY
VERSUS SAMSUNG
Dunia bisnis yang sangat dinamis... Sukses
masa lalu bukan jaminan sukses masa depan: Ini tulisan bagus tentang Jepang vs Korea.
Boleh dibilang ini adalah Perang Asia Abad ke-21. Dulu perang diartikulasikan
sebagai perang senjata, yang kini menjadi perang antar korporasi dari
negara-negara yang ekonominya tergolong maju. Secara spesifik tulisan ini
mengulas perang korporasi Jepang Versus Korea melalui merek-merek andalan
negara masing-masing.
Kisah Sony Xperia dan Lenyapnya Gairah Seksualitas
Setelah Vaio, kini Sony merencanakan juga untuk menjual divisi
Sony Xperia dan divisi televisi Bravia. Vaio, Xperia dan Bravia adalah deretan
brand tangguh. Duka kepiluan terasa membayang menyaksikan kejatuhan brand
legendaris dari Jepang ini.
Sampai kapan Sony mampu bertahan, sebelum maut menjemputnya
untuk tidur dalam keabadian? Dan apa hubungan lenyapnya gairah seksualitas
dengan drama kejatuhan tragis perusahaan Sony?
Rencana Sony untuk melepas divisi smartphone Sony Xperia dan
televisi Bravia (setelah menjual Vaio beberapa bulan lalu) memang terasa amat
perih. Hanya bisnis Playstation yang mungkin menyelamatkan mereka. But how long
can Sony survive?
Salah satu opsi yang amat pahit untuk Sony mungkin adalah ini: membiarkan ikon kebanggaan Jepang ini dicaplok dan diakuisisi
oleh Samsung.
Coba lihat. Profit Samsung tahun lalu tembus Rp 250 triliun. Sony? Rugi 25
triliun. Betapa jauhnya perbedaan kinerja ini, bagaikan langit dan bumi.
Padahal 25 tahun lalu, petinggi Sony selalu tertawa sarkastis
dan penuh hinaan setiap mendengar kata Samsung (dulu, saat Sony masih menjadi
dewa dalam jagat elektronik dunia, dan Samsung hanyalah produsen kulkas dengan
kualitas abal-abal).
Veteran pegawai Samsung berkisah, betapa sakitnya hati mereka
dulu, karena sering di-bully dan dianggap anak kere oleh para manajer Sony
(“Disitu kadang kami merasa sedih”, demikian pegawai Samsung itu bercerita).
Namun rasa sakit hati itu mungkin juga menjelma menjadi dendam
membara. Hampir semua pegawai Samsung selalu punya tekad untuk menaklukkan dan
menghancurkan Sony, suatu hari nanti.
Untuk mewujudkan tekad itu, CEO Samsung pada tahun 1995 merilis
program perubahan besar-besaran (transfromasi masif) untuk meningkatkan mutu
dan inovasi produk Samsung.
Slogan yang mereka usung saat itu bunyinya heroik:
change everyhthing except your wife. Ubah semuanya. Ubah semua proses bisnis,
perilaku dan budaya kerja. Ubah semuanya kecuali istrimu. Demi Samsung yang
lebih hebat.
Kalau slogan kalian mungkin kebalikan dari slogan samsung itu.
Change your wife every two years...
Pada akhirnya, rasa sakit hati dan heroisme Samsung itu itu
mendapatkan validasi. Kini revenue dan profit Samsung jauh diatas Sony.
Profitnya bahkan triliunan kali lipat.
Tak terbayangkan, bahwa kini profit Samsung 250T dan Sony justru
rugi 25T; dan Samsung siap mencaplok Sony. Banyak penduduk Jepang yang akan mbrebes mili jika ikon kebanggaan mereka sampai dicaplok oleh
“perusahaan abal-abal” dari sebuah negeri yang dulu pernah mereka jajah.
Pelajaran dari kisah Sony mungkin ini:
jangan pernah bersikap arogan dan menyepelekan calon rival. Sebab arogansi
hanya akan membawamu dalam ciuman kematian. Arogansi akan pelan-pelan membuatmu
terpelanting dalam kesunyian.
Samsung mungkin sebagian besar telah sukses menggilas Sony (yang
dulu selalu menghinanya dengan ledekan penuh rasa jumawa).
Namun barangkali juga ada faktor lain yang lebih fundamental,
dan ikut membuat Sony limbung.
THE
AGING NATION
Faktor itu adalah fakta bahwa negeri Jepang adalah negeri yang
menua (aging nation). Studi demografis menulis, dalam 40 tahun ke depan
penduduk Jepang akan berkurang 25%. Dan kemudian 90 tahun lagi, penduduk Jepang
akan lenyap hingga 60%-nya.
Ya, bangsa Jepang pelan-pelan akan punah dalam makna yang
sebenar-benarnya.
Kenapa penduduk Jepang pelan-pelan punah? Karena 90% perempuan
muda Jepang enggan menikah dan punya anak. Ribet dan mahal. Mereka lebih suka
menjadi Jomblo Forever.
Yang lebih pahit. Penduduk Jepang yang sudah menikah juga makin
kehilangan gairah seksual dengan pasangannya. Data dari Japan Family Planning
menyebut, lebih dari 50% pasangan Jepang hanya melakukan hubungan seksual
sebulan sekali. Bahkan banyak diantaranya yang hanya tiga bulan sekali. (disitu
kadang saya merasa sedih).
Kombinasi perempuan jomblo yang enggan menikah dan punya anak,
serta pasangan yang makin tidak bergairah secara seksual, membawa akibat fatal.
Apa itu? Jumlah bayi baru yang lahir di Jepang kian merosot.
Apa akibat selanjutnya? Penduduk Jepang lebih didominasi oleh
penduduk yang tua dan uzur. An aging nation. Negeri yang Menua.
Fenomena itu lazim juga disebut sebagai “demographic death
spriral”. Negeri Jepang kian menua, dan pelan-pelan terjebak dalam spiral
kematian yang membuat mereka punah.
Apa implikasi dari “gejala negeri yang menua” ini bagi
perusahaan bisnis? Sama. Perusahaan-perusaaan Jepang juga kian menua. Dalam
arti, pegawainya akan lebih banyak didominasi orang-orang tua (berusia 50 tahun
keatas).
Bagi perusahaan seperti Sony yang bergerak di industri
elektronik dan digital, fenomena itu bisa berarti petaka. Kenapa? Sebab dalam
industri elektronika berbasis digital, dinamika kompetisi dan inovasinya
bergerak dengan kecepatan tinggi bagaikan kilat.
Sementara jika sebuah perusahaan lebih didominasi oleh “pegawai
tua yang senior”, acapkali iklim inovasi tidak bisa tumbuh dengan subur.
Pegawai-pegawai yang senior (dan sudah karatan) acapkali lebih resisten dengan
dengan perubahan. Pegawai yang senior juga sering punya ego tinggi, dan enggan
bekerjasama dengan lainnya. “Sebab hey, gue kan sudah senior dan ratusan tahun
kerja disini” ?
Negeri yang makin menua. Perusahaan dengan mayoritas pegawai
yang kian uzur. Fakta ini yang boleh jadi merupakan salah satu faktor
fundamental dibalik kejatuhan Sony.
Tragisnya : fenomena penuaan alamiah itu dipicu oleh kian
lenyapnya gairah seksual penduduk Jepang.
Tak terbayangkan, sebuah ikon legendaris Jepang yang dulu begitu
digdaya jatuh hanya dalam waktu singkat dan tragis
NASIB
AMERIKA DAN EROPA
Amerika Serikat sudah mendahului kehancuran Jepang! Masih adakah
raksasa consumer eletric company Westinghouse, Frigidaire, dll? Mana IBM
sekarang? Ford, Chevy? Semuanya sudah menjadi sejarah! Jadi bukan hanya Sony,
Sanyo, Toshiba, Hitachi.... Saja, tetapi old Establish companies semua nya
tinggal kenangan!
Sebentar lagi Eropa yang mulai dibanjiri pengungsi dari Timteng
yang akan beranak pinak lebih cepat dibanding orang bule, juga akan menghadapi
masalah besar. Dapat diperkirakan dengan pasti bahwa gambaran populasi dunia 25
tahun kedepan semakin berubah setelah kita sudah almarhum. Tinggal anak cucu
kita yang ada akan wait and see.
Exodus besar-besaran pengungsi dari Timteng dan Asia ke
negara-negara Eropa dan Oz semakin jelas mempengaruhi populasi penduduk di
negara-negara itu. Dalam sebuah karikatur Jerman terlihat segerombolan anak dengan
kulit berwarna mengelilingi seorang anak bule dan bertanya: “Dari mana
asalmu?”... Sarkastis, tapi bisa menjadi sebuah kenyataan.
No comments:
Post a Comment