THE MUSKETEERS
The Three Musketeers adalah novel tentang petualangan empat orang pemuda di tengah-tengah pergolakan politik di Perancis di abad pertengahan yang dikarang oleh Alexandre Dumas. Empat orang itu adalah D’Artagnan, Athos, Porthos, dan Aramis.
The Three Musketeers adalah novel tentang petualangan empat orang pemuda di tengah-tengah pergolakan politik di Perancis di abad pertengahan yang dikarang oleh Alexandre Dumas. Empat orang itu adalah D’Artagnan, Athos, Porthos, dan Aramis.
Judulnya Tiga
Musketeer, tapi tokoh utamanya kok ada 4?
Hehe, usah bingung kawan, sebelum saya
jelaskan, ijinkan terlebih dulu saya bercerita sedikit mengenai
musketeer.
Musketeer
adalah sejenis tentara infantri di Perancis jaman old. Mereka disebut begitu
karena keahlian mereka menggunakan 'Musket',
sejenis senjata laras panjang.
Kisah ini
diawali dengan kedatangan D’Artagnan ke Paris. Ia berniat menemui De Treville,
komandan satuan Musketeer. Berbekal surat referensi dari ayahnya yang merupakan
teman dekat De Treville, D’Artagnan menuju Perancis dengan semangat membara
untuk menjadi seorang anggota Musketeer. Namun, karena sebuah insiden di tengah
perjalanan, surat referensi itu dicuri orang.
Di Paris,
pemuda yang mudah tersulut emosinya itu harus bersitegang dengan 3 orang
anggota Musketeer seperti yang telah saya sebutkan di atas, Athos, Porthos, dan
Aramis. Akan tetapi, ketika mereka akan bertarung, datanglah tentara-tentara
Kardinal ikut campur. Para tentara Kardinal ini memang sudah sejak lama selalu
mengganggu para Musketeer. Melihat hal itu, D’Artagnan secara naluri justru
bergabung dengan 3 Musketeer itu dan berhasil mengalahkan tentara-tentara
Kardinal tadi.
Sejak saat
itu, D’Artagnan mendapat penghormatan dari 3 Musketeer yang sempat memusuhinya
itu, bahkan De Treville, sang Komandan Musketeer pun ikut menyampaikan pujian.
Meskipun tidak bisa menjadi musketeer dikarenakan surat referensinya yang
hilang di jalan, namun dia selalu diterima untuk ikut berjuang bersama tiga
musketeer tersebut. Jadi meskipun novel tersebut berjudul Three Musketeer,
namun kekompakan ke 4 anggotanya memang tersohor di seantero negeri.
Battle cry mereka yang sangat terkenal dan mampu
menggoyahkan nyali musuh-musuhnya adalah One for all, all for one.
TEORI GESTALT
Teori
psikologi Gestalt adalah sebuah teori
yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen
sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.
Tiga tokoh
utama dari teori psikologi Gestalt adalah Kurt
Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang
Köhler. Ketiga tokoh ini berpendapat bahwa manusia seringkali cenderung
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Dalam
aplikasinya terhadap proses belajar, teori psikologi Gestalt dimaknai sebagai
sebuah proses mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau
totalitas. Data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena atau
gejala.
Manusia akan
cenderung untuk mempersepsikan sebuah gejala dari rangkaian pola-pola yang
mirip sebagai sebuah kesamaan serta satu kesatuan yang utuh.
Salah satu
manfaat dari teori psikologi Gestalt dalam implikasinya ke dalam hubungan
sosial dalam kelompok dan masyarakat adalah membantu kita untuk dapat melihat
segala sesuatu secara lebih terperinci dan detail pada tiap-tiap fenomena yang
terjadi di sekitar kita untuk kemudian memahaminya sebagai sebuah gambaran
besar yang utuh.
Ketika hal
ini berhasil dilakukan, kita akan lebih mudah dalam memahami gambaran sebuah
situasi yang lebih besar, bukan hanya fenomena yang berdiri sendiri-sendiri.
INTEGRATED PART THERAPY
Dalam praktik
psikologi atau hipnoterapi, gejala atau fenomena yang terjadi di dalam
diri manusia biasa dikenal dengan istilah 'part', dan teknik untuk
menyelaraskan part-part tadi disebut Integrated
Part Therapy.
Sepertinya
halnya teori gestalt atau kisah tentang musketeer tadi, ternyata di dalam diri
manusia, tepatnya di dalam pikiran manusia terdapat banyak sekali part yang
dalam satu waktu bisa muncul secara bersamaan.
Kesemua part
tadi merupakan sebuah kesatuan yang pada dasarnya tidak bisa atau bahkan tidak
boleh dipisahkan.
Misal,
pagi hari alarm berbunyi pukul 4, coba Anda ingat begitu mata Anda
terbuka, gagasan apa saja yang terbersit dalam benak Anda nyaris dalam waktu yang
bersamaan?
Buang air
kecil, BAB, ambil air wudhu, ambil air minum, tarik selimut lagi, shalat,
mematikan alarm, dlsb.
Apapun
gagasan yang paling sering Anda ikuti akan mewujud dalam sebuah tindakan. Dan
ketika tindakan itu selalu Anda ulang, maka orang akan mengenal Anda seperti
tindakan yang dominan Anda lakukan tesebut. Anda akan disebut beser jika setiap buka mata langsung
pipis, disebut sholeh ketika Anda
langsung berwudhu untuk shalat, atau si pemalas
kalau kebiasaan Anda adalah tarik selimut.
Kejadian
serupa bisa terjadi ketika suatu siang kendaraan Anda diserempet orang yang
kemudian kabur. Saat itu gagasan berujung tindakan yang mungkin muncul adalah:
marah, memaki, mengejar, tarik nafas dan istighfar, menggigil ketakutan,
dlsb.
Label orang juga
mulai muncul sesuai dengan tindakan dominan yang akan Anda ambil. Pemarah, Penyabar atau malah
Penakut.
Runyamnya
yang terjadi dalam kehidupan sehari hari, orang lain hanya memandang Anda
dari salah satu gejala atau fenomena yang dominan muncul. Padahal di dalam
malas Anda terdapat juga rajin serta sholeh. Di dalam pemarah Anda, pastilah
ada sang penyabar itu jauh di dalam diri (pikir) Anda. Dan menjadi lebih runyam
lagi ketika Anda mengaminkan pendapat orang lain tersebut.
Kenali Musketeer Anda
Manusia
diciptakan Allah sebagai sesempurna sempurnanya makhluk (fii ahsani taqwin), dengan semua karunia pembeda dari makhluk
lain.
Di dalam diri
manusia ada segumpal darah yang jika baik darah itu maka baiklah seluruh tubuh
manusia itu, sebaliknya jika buruk segumpal darah itu maka buruk pulalah
seluruh tubuh manusia itu. Para ulama meyakini bahwa segumpal darah itu adalah
hati.
Saya kok
merasa yang dimaksud sebenarnya adalah OTAK.
Otak
merupakan hardware, dan pikiran merupakan software-nya. Dan tahukah Anda bahwa
gagasan/part yang ada dalam pikiran manusia ternyata sangatlah banyak jumlah
dan ragamnya. Bukan hanya berupa gagasan atau emosi (state), namun juga terdapat pelbagai sisi kreatif, jenius serta terapis, yang kesemuanya itu ketika
sudah kita kenali akan dengan mudah dioptimalkan pemanfaatannya.
Sepertinya
kata sebuah presuposisi (asumsi dasar) dalam NLP bahwa semua manusia
sudah memiliki semua sumber daya untuk sukses. Yang perlu dilakukan
adalah:
- mengidentifikasi,
- memperkuat, kemudian
- mengurutkannya.
***
Menurut kawan
saya seorang Polyglot (orang yang
menguasai lebih dari satu bahasa), cara paling cepat dan mudah belajar bahasa
asing adalah mengidentifikasi sang jenius dalam diri kita, untuk kemudian
memanggil 'part' bahasa asing yang dikehendaki, semisal Inggris, Rusia, Jepang
dll.
Teknik
sederhana mengidentifikasi part tadi adalah melakukan personifikasi, memberi
warna bahkan nama. Semakin banyak indera yang mampu mengenali part tadi akan
semakin mudah part tadi dimunculkan.
Dus, ketika
kita sakitpun sebenarnya kita bisa melakukan resusitasi awal sebelum pergi ke
dokter. Kita bisa memanggil sang terapis untuk melakukan diagnosis dan
mendapatkan tips mengenai tindakan yang perlu diambil agar kondisi kesehatan
kita membaik.
Salah satu
teknik yang sangat ampuh adalah Six Step
Reframming. (Silakan googling sendiri tekniknya)
Saya
mengalaminya ketika melakukan roadshow 10 hari Happiness & NLP di Jogja dan
Jateng bulan lalu. Di hari ke-3 mata kaki kiri saya tiba-tiba saja membengkak.
Saat itu saya sedang mengajarkan mengenai teknik six step reframming ini. Maka
sekalian untuk mencontohkan, saya tanyakan pada terapis di dalam diri saya, what to do?
Dan
jawabannya sangat aneh, saya diminta minum black
coffee tanpa gula (padahal saya tidak pernah minum kopi sebelumnya),
diminta melepas sepatu setelah lunch
break dan duduk ketika mengajar.
Ajaibnya
setelah saya ikuti anjuran sang terapis tadi, menjelang coffee break sore, kaki
saya sudah kembali normal.
Dan luar
biasanya bahkan kaki saya tetap sehat sampai saya menyelesaikan roadshow
tersebut. Owsem.
***
Dalam praktek
lebih advance lagi ternyata teknik part therapy ini juga mampu mengatasi
beberapa gangguan fisik.
Contoh paling
aktual terjadi pada artis Ria Irawan yang divonis kanker serviks. Sel kanker
sebenarnya merupakan bagian diri manusia yang akibat radikal bebas menyebabkan
pertumbuhannya menjadi seolah tanpa kendali lagi. Nyatanya dengan mencoba
mengenali sel kanker tersebut, memberinya nama, bahkan senantiasa
menyapanya. Mengajak ngobrol hingga membujuknya untuk pergi, alhasil dalam
beberapa bulan Ria Irawan dinyatakan sudah terbebas dari kanker serviks.
Tahun 2009,
saya mengalami cholic ureter, yang membuat saya harus dirawat selama 2 hari.
Dari hasil rontgen serta USG, diketahui bahwa terdapat batu ginjal sepanjang
1,5 cm di ureter kanan. Saya lakukan self therapy yang salah satunya juga
membujuk batu ginjal tadi untuk keluar dengan aman dan nyaman. Alhamdulillah
setelah 2 minggu akhirnya batu tadi keluar juga. Tanpa darah. Tanpa rasa sakit.
Owsem.
Dengan
memahami pendekatan ini maka kita selalu memiliki harapan untuk menyelesaikan
sebuah situasi yang kurang memberdayakan diri kita.
Kalau kita
selalu merasa minder ketika berada di ruang publik, yang terjadi sebenarnya
kita hanya belum mengenali Si Pemberani
atau Percaya Diri dalam diri kita.
Ketika kita lebih sering dikendalikan oleh amarah kita, yang sebenarnya terjadi
hanyalah kita belum mengenali si sabar dalam diri kita.
Dari beberapa
literatur yang saya pelajari, juga pengalaman saya melakukan part therapy, kita
tidak boleh berpihak pada salah satu part atau mengalahkan salah satu part
lainnya. Tugas kita adalah melakukan edukasi sehingga tercapai kesepakatan dan
kesepahaman antar part demi mencapai sebuah WFO (Well Formed Outcome) yang membuat mereka lebih
'berdaya'.
Ibarat
musketeer tadi, semua part ini mesti bahu membahu demi tercapainya tujuan
besar mereka. Maka slogan yang dipegang juga mesti sama, yaitu one for all, all for one.
Silahkan
tebar jika manfaat
Tabik
- haridewa -
Happiness
Life Coach
NLP Trainer
FB: Hari
Dewanto
WA:
08179039372
No comments:
Post a Comment