Wisanggeni
dan Ahok
Untuk orang yang gak suka Ahok sperti saya krena mulut embernya,
mungkin baik untnk nyimak tulisan ini.
Tulisan aktual dari VN. Susilowati, postingan Salim Said, salah
satu pengamat militer senior Indonesia.
To: Salim Said <bungsalim43@gmail.com>
Subject: Wisanggeni Yang Mampu Membasmi Para Siluman Jahat
Itu Bernama Ahok
ISLAMTOLERAN.COM - Wisanggeni berarti bisanya api, berasal dari
kata wisa yang artinya bisa dan geni yang artinya
api. Tak peduli siapapun pasti dibakarnya. Musuh atau sodara, teman atau
tetangga bila menyimpang dari kebenaran akan dilawan. Kriteriannya hanya satu,
membela kebenaran! Dan kebatilan adalah musuhnya.
Karakter Wisanggeni adalah mungkak kromo (tidak bisa
menggunakan bahasa kromo / halus ketika bicara dengan siapapun),
sama seperti Bima. Dia bicara selalu terbuka, blak-blakan, apa adanya dan
jarang berbasa-basi.
Dalam Kitab Mahabharata, Wisanggeni adalah anak Arjuna dari Dewi
Dresanala. Wisanggeni lahir dan besar seketika di tengah api kawah Candradimuka
dan langsung diasuh oleh banyak orang sakti termasuk Semar Badranaya dan
Hanoman.
Wisanggeni tumbuh dibesarkan oleh 2 guru sakti yaitu Batara
Baruna (Dewa Penguasa Lautan) dan Hyang Antaboga (Rajanya Ular yang tinggal di
dasar bumi), yang menjadikan Wisanggeni punya kemampuan yang luar biasa. Di
jagat pewayangan, dia bisa terbang seperti Gatotkaca dan masuk ke bumi seperti
Antareja dan hidup di laut seperti Antasena
Kelahiran Wisanggeni dalam jagad pewayangan adalah di luar
kehendak dewa. Sebab Wisanggeni adalah manusia edan dalam arti bukan yang
sebenarnya. Wong edan yang selalu menempatkan kebenaran di atas segalanya. Wong
edan yang sering tidak peduli situasi dan siapa yang dihadapi. Wong edan yang
sama sekali tidak mengenal takut. Dan keedanan Wisanggeni ini bahkan telah
menyebabkan ketakutan para dewa akan tuah yang dibawa.
Setelah Wisanggeni lahir maka Wisanggenilah yang sering
menggebuk para dewa jika mereka melakukan kesalahan dan ketidakadilan pada umat
manusia termasuk para Pandawa. Saking saktinya, bahkan Raja Dewa yaitu Sang
Mahadewa Syiwa atau Bhatara Guru saja kalah oleh Wisanggeni. Dalam peristiwa
kelahiran Wisanggeni diceritakan Bhatara Guru sampai lari ke dunia karena di
kayangan semua dewa di buat babak belur oleh Wisanggeni yang menggungat
menuntut kebenaran
Sifatnya yang tidak bisa berbahasa krama/halus, selalu terbuka
(to the point), tidak mengenal takut serta sering menggoncangkan dunia wayang
dan dunia para dewa atas tindak-tanduknya yang tanpa kompromi di dalam membela
kebenaran menyebabkan tokoh wayang Bambang Wisanggeni ini diidentikkan dengan
tokoh Basuki Tjahya Purnama alias Ahok, Gubernur DKI Jakarta saat ini.
Karakter Wisanggeni yang percaya diri, lebih suka bertindak
sendiri dan tidak terikat golongan manapun semakin membuat dia mirip dengan
Ahok yang tidak mau terikat kepentingan partai/golongan mana pun didalam
menjalankan tugasnya kepada rakyat.
Jika rakyat adalah penonton sebuah pagelaran wayang, maka ibarat
Lakon Wisanggeni Gugat yang mempertontonkan seorang Gubernur Ahok
dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat, pelayan kebenaran dan
keadilan. Kebenaran dan keadilan yang transparan dan tanpa kompromi dan
Panggung sepenuhnya menjadi miliknya…! Tanggung jawab dari SUMPAHNYA kepada rakyat…!
Sang Wisanggeni meneriakkan syair-syair tembang yang indah dan lantang seperti
:
• ”Saya lebih baik dipecat
daripada meloloskan dana siluman..”
• ”Saya akan lawan DPRD meski saya sendirian..”
• ”Mereka tidak akan ribut seperti ini jika saya setuju. Tapi hati nurani saya menolak..”
• ”Saya akan lawan DPRD meski saya sendirian..”
• ”Mereka tidak akan ribut seperti ini jika saya setuju. Tapi hati nurani saya menolak..”
Sebuah syair yang penuh keberanian, kejujuran dan ketulusan…
Ungkapan kemuak-an yang dituturkan dengan garang. Mencerminkan makna SUMPAH
seorang Pemimpin…..
Dan Ahok meneriakkannya dengan lantang dan ganas. Seganas ajian
Wisanggeni (Bisa Api) yang dia keluarkan untuk membakar seluruh musuh rakyat
yang korup... untuk membakar semangat rakyat agar lebih kritis dan waspada
terhadap para wakil dan pemimpinnya... Sekaligus untuk menerangi Indonesia dan
memberi contoh kepada para pejabat dan kepala daerah lain agar bertindak
serupa. Ketika Ahok terus memainkan api nya. Api itu akan terus menyala,
tidak pernah mati dan akan terus berkobar mencari mangsa para oknum penjahat
dan koruptor sambil berteriak “LAWAN” ...
Ahok adalah lonceng penanda kebangkitan. Ketika KPK mulai
runtuh…, HARUS ada yang berteriak lantang supaya rakyat tetap terjaga bahwa
kita dalam situasi berbahaya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi tangan kita
terkepal ?
Api yang dinyalakan Ahok telah menjebol dinding pertahanan
kemunafikan. Bagaikan melihat tarian sang Wisanggeni Gugat yang telah membuat
Para Dewa-dewa kahyangan merasa takut kalau sampai Ahok menjadi ikon baru dalam
perlawanan terhadap kejahatan dan penyimpangan dalam pemerintahan.
Permainan anggaran sebenarnya sudah lazim dilakukan di semua
daerah di Indonesia, namun baru Gubernur Ahok-lah satu-satunya yang berani
mengungkapkan praktik yang merugikan negara itu. Sudah saatnya daerah-daerah
lain juga berani mengikuti langkah Ahok ini.
Para kepala daerah tidak berani melaporkan permainan anggaran
yang terjadi di daerahnya. Tindakan Gubernur Ahok yang menyoroti dana siluman
dalam APBD DKI tentu akan menjadi barometer dan acuan bagi masyarakat untuk
terjadi juga di daerahnya. Ahok baru beberapa bulan dilantik jadi gubernur tapi
apa yang dia lakukan saat ini jadi barometer untuk wilayah
lainnya.
Fakta mengenai adanya permainan anggaran di seluruh daerah
Indonesia bahkan di pusat ini tentu membenarkan anggapan bahwa Indonesia sudah
bersih dari korupsi masih jauh dari kenyataan. Kalau ada lembaga independen
yang memasukkan Indonesia ke dalam negara korup dan masih jauh di bawah
Singapura dan Malaysia, mungkin kita tidak perlu sakit hati.
Justru para anggota DPRD dan DPR dengan tulus perlu berupaya
mengubah sikap agar tingkat anti korupsi Indonesia bisa diperbaiki. Mencari-cari
kesalahan Gubernur Ahok atu berupaya menjatuhkannya agar APBD bisa dinikmati,
justeru akan memperpanjang kondisi Indonesia dimasukkan ke dalam negara korup
di bawah Singapura itu.
Kalau memang permainan anggaran ini masih terjadi di seluruh
daerah wajar saja kalau kekayaan Indonesia itu belum bisa dinikmati oleh
seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa itu. Untuk itu
perlu dilakukan gerakan agar DPRD dan kepala daerah tidak boleh lagi
mempermainkan anggaran rakyat. Semoga segera bermunculan pemimpin–pemimpin yang
lain yang seperti Wisanggeni, senantiasa berani dan tanpa kompromi untuk
membela kebenaran dan keadilan dalam rangka melindungi kepentingan rakyat yang
dipimpinnya.
Di Indonesia tidak ada kepala daerah yang bisa memenangkan Pilkada
tanpa dukungan partai Politik, dan Ahok tahu itu. Baginya tidak ada gunanya
ikut partai Politik bila tidak berguna untuk rakyat. Dari sini jelas bahwa Ahok
bertindak benar-benar tanpa pamrih, dia tidak butuh terpilih lagi jadi Gubernur
DKI, dia hanya berpikir untuk berbuat yang terbaik untuk rakyat. Supaya
dikenang selamanya bahwa Indonesia pernah memiliki Gubernur yang berani
menentang Aggaran Siluman yang diajukkan DPRDnya. Bahwa Ada seorang Gubernur
yang berani bilang "Nenek Loe" kepada wakil rakyatnya yang gak bener
Penulis: Vega Nur Susilowati
Note: Sebagai orang Jawa yang kebetulan senang wayang rasanya
analogi Ahok seperti tokoh Wisanggeni ini lebh cocok untuk saya. Semoga dia
betul-betul seperti Wisanggeni.
No comments:
Post a Comment