Berbagi Cahaya
Seorang sahabat dokter di Barat memberi judul bukunya dengan
judul “The extrodinary healing power of the ordinary things” (daya
sembuh luar biasa dari hal-hal yang biasa). Intinya, banyak hal-hal kecil yang
kelihatannya sepele, kecil, sederhana ternyata memiliki efek kesembuhan yang
luar biasa.
Ia bisa berupa doa, puja, nyanyian, senyuman, berjalan di alam
terbuka, bernyanyi bersama anak-anak, bergandengan tangan bersama orang tua,
menikmati matahari terbit, tersenyum penuh rasa terimakasih pada matahari
tenggelam, merawat taman, mencakupkan tangan kepada bunga-bunga yang sedang
mekar, merasakan kegembiraan lumba-lumba yang sedang berlompatan atau kelinci
yang senang berlari-lari, menyayangi binatang serta masih banyak lagi yang
lain.
Apa saja yang dilakukan dengan penuh senyuman, penuh kasih
sayang, penuh rasa syukur yang mendalam, ia memberikan efek kesembuhan yang
sangat mendalam. Runtutan logikanya sederhana. Setiap manusia yang sering
berbuat baik pada siapa saja, di dalam dirinya akan tumbuh perasaan bahwa
hidupnya bermakna serta berguna.
Perasaan berguna dan bermakna ini membuat seseorang bangun pagi
lebih bersemangat, membuat seseorang menjalani keseharian dengan lebih banyak
tenaga, serta berangkat tidur di malam hari bersama rasa syukur yang mendalam.
Secara totalitas, semua ini meningkatkan daya tahan tubuh (immune system), yang
membuat tubuh bisa menyembuhkan dirinya.
Lebih-lebih di zaman di mana hadir kegelapan pekat di sana-sini.
Dari rumah sakit jiwa yang penuh, angka perceraian yang meningkat, sampai
dengan jumlah bunuh diri yang meninggi. Dunia seperti memanggil-manggil agar
sebanyak mungkin manusia berbagi cahaya.
Dengan kata lain, melakukan hal-hal kecil sekaligus sepele
sebagaimana dikemukakan di atas, tidak saja menyembuhkan ke dalam, tapi juga
berbagi cahaya ke luar. Tidak sembarang cahaya, melainkan cahaya-cahaya
kelembutan dan kesejukan yang sangat diperlukan oleh bumi yang memanas di
sana-sini.
Dalam bahasa sederhana namun mendalam, dunia sudah berisi
terlalu banyak kepintaran, dunia memerlukan jauh lebih banyak kebaikan. Jika
kepintaran suka membangun tembok pemisah kami-kamu, kebaikan membangun jembatan
penghubung di sana-sini.
Itu sebabnya zaman ini mengagumi Nelson Mandela, Bunda Teresa,
Mahatma Gandhi, YM Dalai Lama. Mereka memang bertumbuh di tradisi dan negara
yang berbeda, tapi yang sama diantara mereka adalah ketekunan untuk selalu
membangun jembatan yang menghubungkan semuanya.
Siapa saja yang tekun membangun jembatan dalam keseharian, ia
tidak saja sedang menyembuhkan jiwanya di dalam, tapi juga sedang berbagi
cahaya ke dunia. Di kelas-kelas meditasi sering dibagikan pesan seperti ini:
“tangan yang melayani membagikan lebih banyak cahaya dibandingkan dengan bibir
yang berbicara”.
Sayangnya, ini hanya bisa dimengerti oleh mereka-mereka yang
melaksanakannya dengan tekun dan tulus. Tidak mungkin ini bisa dimengerti oleh
ia yang hanya mengerti di tataran logika dan kepala. Sebagai catatan penutup,
sudah cukup mengejar cahaya ke mana-mana, sudah saatnya memancarkan dan berbagi
cahaya.
Penulis: Gede Prama.
No comments:
Post a Comment