Habibie
Berkisah
Cerita BJ Habibie yang mengharukan
ketika berkunjung ke Garuda Indonesia
Dik, anda tahu, saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka
pembicaraan dengan gaya khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan
kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjuntukan “Presiden Soekarno,
Bapak Proklamator RI, orator paling unggul, itu sebenarnya memiliki visi yang
luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai
Insinyur, Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan
Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi
Dirgantara.
Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan
berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk
menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan
kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai
negara.
Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat
tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya
tertarik dengan ‘How to build a Commercial Aircraft’ bagi
Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjuntukan
saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’
berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan
strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.
Sekarang Dik, anda semua lihat sendiri, N-250 itu bukan pesawat
asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘Dutch Roll’
(istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, teknologi pesawat
itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5
tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang
mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini.
Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah
terbang lebih dari 900 jam dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA.
IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar
negara-negara itu. Namun, orang
Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa
mungkin orang Indonesia mampu bikin pesawat terbang??
Tiba-tiba, Presiden ke 2 memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu
pula dengan industri strategis lainnya.
Dik tahu... di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri
strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina dan Indonesia.
Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri
sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di
Bazil, Canada, Amerika dan Eropa.
Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua?
… Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan
N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier,
Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun!!.
Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang
berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang
beli pesawat negara mereka!!...
Pak Habibie menghela nafas, dan melanjuntukan
pembicaraannya….
… Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines
narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena
anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing
pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi
pesawat terbang. Kalau saja N-2130 jadi diteruskan, kita semua tak perlu
tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia.
Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,
− Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas
tinggi dan konsisten
− C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar
mampu bersaing dengan produsen sejenis
− D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome
berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu! Itu
saja!!
Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:
..Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1
lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD
tidak begitu Dik, organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya
QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung
bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik... dengan
hati”
Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat
sesuatu…
…Dik, saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya
ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya
menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya
tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana
saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.
Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri,
you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya, saya mau
kasih informasi.. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3
hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar
dari ibu.
Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat
emosional serta mengalami luka hati yang mendalam, seisi ruangan hening dan
turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie...
Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan…
…Dik, kalian tahu, 2 minggu setelah ditinggalkan ibu, suatu
hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang
keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu… Ainun…. Ainun …….. Ainun ……..saya
mencari ibu di semua sudut rumah.
Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu
berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…’ mereka
bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie.
Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya
diberinya 3 pilihan;
Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya
dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di RS
Jiwa!
Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya
harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi
obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus…
Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja
mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.
Saya pilih opsi yang ketiga…
Saya pilih opsi yang ketiga…
Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun….dan hari ini
persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari
Jerman ke tanah air Indonesia.
Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…..
saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari
momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya.
Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri
maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah
Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke
tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu
kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima
kasih atas bantuan Garuda Indonesia.
Seluruh hadirinn terhenyak dan tak kuasa lagi membendung air
mata……
(sumber:khozanah.wordpress.com)
No comments:
Post a Comment