12 July 2020
Oleh : Dahlan Iskan
Besok pagi pilot itu sudah bisa terbang pulang ke
Skotlandia. Mengharukan bagi warga Inggris itu sendiri maupun bagi rakyat
Vietnam. Stephen Cameron, pilot 42 tahun itu, dinyatakan sudah kuat terbang
selama 15 jam. Itulah pasien Covid-19 yang paling terkenal di dunia.
Cameron memang sangat parah.
Sampai koma. Lama sekali - dua bulan. Hampir tidak ada harapan. Namun akhirnya
sembuh. Nanti malam ia sudah uji coba terbang: dari Ho Chi Minh City di bagian
selatan Vietnam ke kota Hanoi di bagian utara.
Penerbangan domestik itu hanya 1
jam. Sedikit lebih jauh dari Surabaya-Jakarta. Kalau tidak ada masalah, Senin
pagi besok Cameron diterbangkan dari Hanoi ke Dublin. Di dekat Dublin itulah
kampung halaman Cameron.
Penerbangan Hanoi - Dublin itu
tidak bisa langsung. Harus mendarat dulu di Frankfurt. Harus isi bahan bakar di
kota terbesar di Jerman itu. Berarti, kelihatannya, pesawat yang akan digunakan
adalah jenis Boeing 737 atau Airbus 320.
Di kampungnya itu Cameron tidak
punya keluarga lagi. Orang tuanya sudah tiada. Tidak punya saudara. Juga belum
menikah. Diberitakan, di sana Cameron hanya punya satu sahabat – tidak terlalu
jelas mengenai status sahabatnya itu.
Setelah tiga bulan dirawat di
rumah sakit, berat badan Cameron turun 23 kg. Ia tidak perlu di kursi roda - meski
kursi itu tetap disertakan dalam penerbangan. Sudah seminggu terakhir Cameron
latihan jalan. Otot lengannya sudah kuat tapi otot kakinya belum seberapa.
Meski masih agak lemah kondisi
Cameron sudah tidak perlu lagi tinggal di rumah sakit. Paru-parunya sudah 85
persen berfungsi.
Siapa yang menyangka Cameron bisa
sembuh seperti itu. Komanya begitu lama. Fungsi paru-parunya pernah
tinggal 10 persen. Pernah pula darahnya sampai harus dipompa keluar.
Selama dua bulan. Darah itu
dimasukkan ke ECMO (extracorporeal membrane oxygenation). Untuk diberi oksigen di luar tubuh. Setelah
beroksigen darahnya dimasukkan kembali ke tubuh. Yang seperti itu dijalaninya
mulai 6 April sampai 3 Juni 2020.
Tanpa ia sendiri sadar.
Pun, sudah disiapkan pilihan
terakhir: transplantasi paru-paru. Yang mendaftar sebagai donor sudah puluhan:
asal Cameron sembuh. Itulah satu-satunya pasien yang gawat di Vietnam.
Cameron-lah satu-satunya calon
orang meninggal pertama korban Covid-19 di Vietnam.
Ia tidak
jadi meninggal. Vietnam pun dianggap paling sukses di bidang
penanganan Covid-19. Penduduknya 95 juta jiwa - sangat padat untuk wilayah yang
tidak begitu luas. Tapi yang tertular Covid-19 hanya 360 orang. Yang meninggal:
0.
Dunia sepakat bahwa sukses
Vietnam itu berkat upaya tracking yang serius. Begitu ada seseorang terkena
Covid-19 dilakukanlah pencarian tanpa kompromi: siapa saja yang pernah bertemu
orang itu harus masuk karantina 15 hari.
Sebagai contoh Cameron tadi.
Begitu pilot itu dinyatakan positif, penumpang pesawat yang dipiloti Cameron
pun dicari. Harus masuk karantina. Total
sampai 4.000 orang yang dikarantina terkait dengan Cameron.
Malam itu, Maret tanggal 18,
Cameron baru pulang tugas: terbang dari Hanoi ke Ho Chi Minh City. Ia pun ke
bar. Yang sangat terkenal di sana: Buddha Bar & Grill. Di bar itu memang
lagi ada pesta. Yang banyak hadir adalah orang asing. Itulah malam Saint
Patrick’s Day - yang sangat penting bagi orang Inggris.
Menurut media di Vietnam, orang
asing yang terkena Covid-19 di sana berjumlah 49 orang. Semua sembuh. Bar
tempat pesta itu sendiri akhirnya dinyatakan sebagai tempat penularan Covid-19
terbesar di Vietnam: 19 orang.
Bar, pada umumnya, pula yang
dianggap sarana penular terbesar di Amerika. Yang sampai kemarin, jumlah
penderitanya sudah melampaui 3 juta orang. Yang tiap hari masih terus
membumbung. Dua hari lalu masih 52.000 orang dalam satu hari.
Dalam penerbangan pulang ke
Inggris itu Cameron ditemani 3 orang dokter Vietnam. Dibawa pula 6 tabung
oksigen. Pun peralatan medis lainnya. Itu memang penerbangan khusus. Yang
dicarter oleh perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi itu pula yang menanggung
biaya pengobatan Cameron selama di Vietnam.
Media di Vietnam menyebutkan
perusahaan asuransi itu habis uang lebih Rp
2 miliar untuk pengobatan seorang Cameron. Tepatnya 160.000 dolar Amerika.
Pengobatan di Vietnam memang mahal. Bagi yang tidak ikut BPJS-nya. Ada seorang
pasien asing yang juga mengeluh. Telinga orang asing itu terkena virus. Yakni
setelah berolahraga renang. Biaya pengobatannya sampai Rp 5 juta. "Saya terkena sakit yang sama di Korea
Selatan. Biayanya hanya Rp 300.000," tulis eksekutif asing itu di
media Vietnam.
Tapi bagi asuransi yang menangani
Cameron biaya tadi menjadi tidak mahal. Perusahaan itu mendapat promosi yang
luar biasa besarnya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Cameron?
Itulah yang disebut Cytokine Storm Syndrome (CTS). Itu pula
yang banyak menyerang pasien Covid-19 di seluruh dunia.
CTS muncul di saat sistem imun di
dalam tubuh bereaksi sangat keras menghadapi masuknya virus Covid-19. Saat
itulah tubuh memproduksi terlalu banyak cytokine. Agar bisa segera melumpuhkan
Covid-19.
Tapi cytokine yang terlalu banyak
di dalam darah itu berdampak buruk bagi organ tertentu. Seperti jantung. Untung
Cameron terselamatkan.
Kini, teman dekat Cameron itu
siap menunggu di bandara Dublin. Sang teman membawakannya syal khusus. Ada
tulisan di syal itu: Motherwell.
Itulah nama klub sepak bola di
kotanya. Cameron adalah bonek sejati untuk klub Motherwell.
Sudah 72 hari tidak ada penderita
Covid yang baru di Vietnam. Seperti tim sepak bolanya, Vietnam pun mengalahkan
Indonesia di bidang lain. (Dahlan Iskan)
Pilot Stephen Cameron Siap Pulang
dari Vietnam
https://www.disway.id/r/999/tanpa-keluarga#.XwpYZEunqsg.whatsapp
No comments:
Post a Comment