HABISLAH ORANG
PANDAI INDONESIA
(Tulisan ini saya
buat 3 tahun silam, 21 Mei 2010)
Nasib Sri Mulyani sebagai orang
pintar dan berprestasi di negeri ini sungguh memprihatinkan. Ia dipercaya,
ditunjuk, dan diangkat untuk memegang amanah sebagai pengatur keuangan negeri
ini. Dan saya yakin sebagian besar masyarakat Indonesia telah merasakan hasil
kinerja beliau dengan tidak terpuruknya Indonesia dalam krisis ekonomi dunia
jilid 2.
Tapi kita sama-sama tahu bahwa ada
segelintir orang yang mengatas-namakan rakyat Indonesia menjadikannya
bulan-bulanan, dikuyo-kuyo dalam kasus Century dan akhirnya menyudutkannya
sebagai pesakitan dan dianggap bertanggung jawab atas bail out bank bobrok itu
dengan menggelontorkan 6,7 trilyun rupiah.
Selanjutnya kita sama-sama tahu apa
yang terjadi. Sri Mulyani hengkang diganti Agus Marto. Kita kehilangan
....again and again... orang pintar yang sejatinya bisa memajukan bangsa dan
negara yang kita cintai ini.
Dalam suatu sistim manajemen, tak
mungkin keputusan seorang eksekutif yang menyangkut dana yang besar tidak
diketahui sang atasan, si chief executive.
Dalam perusahaan, seorang chief executive pasti menjadi final decision maker jika menyangkut pengeluaran uang yang
strategis sifatnya. Bukankah tugas dan tanggung jawab seorang presiden sebagai
kepala eksekutif pemerintahan identik dengan CEO sebuah perusahaan? Mengapa kita tidak melihat presiden membela
Sri Mulyani?
Begitukah bangsa besar ini
mengapresiasi anak bangsa yang pandai, berprestasi, outstanding, menegakkan
kebenaran, berpegang pada prinsip, jujur dan teguh memegang amanah ini? Saya
merasa terusik atas drama yang saya saksikan di media massa. Terusik karena ada
pembiaran orang menzalimi orang lain demi kepentingan sekolompok orang yang
pegang kekuasaan atau punya kartu truf untuk memenangkan permainan politik yang
kotor dan keji.
Di mana kau Pak presiden? ...... di
saat bawahan merintih dan bernapas sesak di bawah tekanan kezaliman kepentingan
kekuasaan? Ya...di mana kau...saat Bapak
sebenarnya bisa, tapi tidak mau menggunakan kekuasaan Bapak untuk beramal saleh
dan ber-nahi mungkar? Lupakah Bapak bahwa sebagian besar rakyat Indonesia
memilih Bapak karena percaya bahwa Bapak adalah pemimpin yang bisa mengatasi
carut marut, ke tidak tertiban di negeri ini? Termasuk carut marut hukum
beserta para penegaknya.
Kenapa Bapak tidak berani garang
pada saat Bapak harus menggunakan kegarangan? Sungguh saya terusik dan kecewa
pada kepemimpinan Bapak yang tidak membela bawahan yang Bapak bilang sendiri
adalah orang yang berdedikasi, pintar dan berprestasi..... Sungguh sebuah kepemimpinan yang lemah yang
telah Bapak pertunjukkan.....
Saya juga menyaksikan di media TV
betapa banyak orang pintar Indonesia tidak bermanfaat dalam memajukkan bangsa
ini dan memilih berkerja untuk bangsa lain, karena berbagai alasan. Yang paling
dirasakan karena tidak adanya apresiasi untuk orang pintar. Berbagai perangkat
sistim di Indonesia tidak mendukung peranan orang pintar dalam kemajuan bangsa.
Amat sering kita lihat bagaimana orang pintar justru dipinggirkan, karena tidak
memiliki satu jenis kepintaran yang diperlukan untuk survive dalam negeri ini,
yaitu berkompromi dan bernegosiasi kepentingan....
Namun saya masih optimis bahwa ini
bisa diperbaiki, di mana kita akan melihat orang yang benar-benar pintar dan
jujur berperan besar dalam memacu kemajuan bangsa ini. Mengalahkan mereka yang
sarat kepentingan kekuasaan dan uang. Semoga hal ini bisa kita saksikan dalam
kurun waktu yang tidak terlalu lama. Pak presiden masih ada waktu sekitar 4
tahun lagi untuk mengkoreksi diri dan bangsa ini dengan belajar dari kasus Sri
Mulyani ini.
Jangan sampai justru karena kasus
ini tidak ada lagi orang yang pantang berdedikasi demi negeri ini. Jangan ada
menteri yang takut-takut melakukan langkah yang tidak popluler tapi perlu.
Jangan ada menteri dan pejabat yang jadi safe player, ndak berani kepentok.
Untuk Pak Agus Marto, sampean jangan seperti itu ya. Jangan sampai anda melakukan sesuatu yang
tadinya pantang dilakukan Sri Mulyani (WALAUPUN BELAKANGAN DITENGARAI OLEH KPK
AKAN TERKUAK BAHWASANYA SRI MULYANI BERADA DALAM TEKANAN KEKUASAAN SAAT
MENGAMBIL KEPUTUSAN) dalam kapasitasnya sebagai menkeu saat kemarin.
No comments:
Post a Comment