KUDETA TAK BERDARAH
Analisa
Lapangan: Apakah KUDETA TAK BERDARAH sedang berlangsung di Indonesia?
Mengamati pergerakan gerakan radikal di
Indonesia saat ini dan “perlawanan” mereka terhadap pemerintahan yang sah maka
sangat jelas terlihat bagaimana taktik mereka berevolusi untuk mencapai tujuan
mereka. Tujuan dari gerakan dengan interpretasi radikal syariat Islam ini tidak
pernah berubah dari menjadikan Indonesia yang berbhineka berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 menjadi sebuah Khilafah dengan prinsip One Mosque, One Ruler and
One Authority.
Gerakan dengan interpretasi radikal di
Indonesia ini sudah melewati beberapa fase.
Fase
pertama adalah fase pasca
kolonialisme yang melahirkan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Ini
adalah fase dimana pergerakan kelompok radikal ini dilakukan dengan taktik
perang konvensional di beberapa daerah di Indonesia. Taktik ini secara natural
dipergunakan karena pada periode berakhirnya kolonialisme di tahun 40an, proses
demobilisasi dan reintegrasi kelompok-kelompok bersenjata di Indonesia kedalam
struktur TNI.
Fase
kedua adalah fase pasca
perang jihad di Afghanistan yang juga diikuti oleh mujahhiden-mujahidden asal
Indonesia. Mereka yang menjadi delusi pasca perang Afghanistan ingin meneruskan
peperangan mereka di Indonesia. Karena keterbatasan persenjataan, maka taktik
yang digunakan adalah taktik perang asimetrik termasuk pembajakan pesawat yang
dilakukan oleh Komando Jihad. Taktik perang asimetrik ini berlanjut sampai pada
fase ke-3 saat runtuhnya rezim orde baru. Teror menjadi taktik yang dipakai
oleh kelompok radikal di fase pasca reformasi ini.
Sampai
di fase ketiga ini,
gerakan-gerakan radikal ini sadar bahwa taktik yang mereka lakukan tidak akan
mampu membuat mereka mencapai tujuan utama mereka yaitu menjadikan Khilafah di
Indonesia. Mereka sadar bahwa disaat kekerasan yang ekstrim maupun terror
(violent extremism and terrorism) yang menjadi taktik mereka mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan harta benda maka itu akan
kontra-produktif upaya mereka untuk mencapai tujuan, bahkan gerakan ini malah
mendapat perlawanan dari ummat Islam Indonesia. Intinya adalah Khilafah akan
sangat sulit diraih dengan memakai kekerasan dan terror di Indonesia, tetapi
bukan berarti Khilafah itu mustahil diraih di Indonesia.
Kalau dengan melakukan kekerasan dan terror
itu adalah taktik yang salah, maka apa taktik yang mungkin dilakukan?
Ini
yang bisa diamati dalam fase keempat saat ini yaitu fase penetrasi ideologi.
Fase keempat yang dilakukan oleh kelompok
dengan interpretasi radikal syariat Islam ini adalah dengan memanfaatkan
keengganan masyarakat Indonesia untuk melawan ideologi yang bersentuhan dengan
keimanan dia. simply put: dengan memakai symbol-simbol Islam maka orang
Indonesia akan enggan untuk melawan, bahkan cenderung permisif terhadap
perkembangan dengan taktik ini. Embrio dari penetrasi ideologi yang dilakukan
oleh gerakan dengan interpretasi radikal syariat Islam ini sudah terlihat
secara laten sejak runtuhnya orde baru. Pilkada DKI, perlawanan terhadap UU
Ormas bahkan reuni 212 kemaren merupakan symbol perlawanan yang dilakukan oleh
gerakan ini untuk mencapai tujuannya.
Kenapa sampai penetrasi ideologi ini
memiliki kemungkinan untuk berhasil melebihi penggunaan kekerasan dan teror?
1. Indonesia adalah negara dengan mayoritas
penduduknya adalah ummat Islam. Penggunaan kekerasan dan terorisme akan memakan
korban sesama ummat Islam juga dan sebagai negara yang relative cukup aman
dengan trend serangan terror yang sangat sedikit dibanding negara-negara di
Timur tengah, korban jiwa akibat terror akan menciptakan penolakan
besar-besaran terhadap gerakan tersebut. Sebaliknya, dengan mengkampanyekan
ideologi dengan memakai simbol-simbol Islam tanpa kekerasan maka taktik ini
masih bisa ditolelir oleh segmen ummat Islam Indonesia dan bahkan akan
menciptakan dilema dan keengganan untuk melawan walaupun hal itu bertentangan
dengan hati nurani;
2. Minimnya akses ke senjata dan bahan
peledak di Indonesia membuat taktik kekerasan dan terror itu menjadi lebih
sulit untuk dieksekusi. Dilain pihak, lemahnya payung hukum di Indonesia
memberikan ruang bagi gerakan radikal ini untuk menyebarkan ideologi mereka
berdasarkan interpretasi radikal syariat Islam;
3. Kudeta terhadap pemerintah dengan
mempergunakan kekerasan itu jauh lebih susah dan akan menciptakan pertumpahan
darah yang luar biasa. Disisi lain, kudeta tak berdarah atau bloodless coup itu
bisa dimulai dari sekarang dan tidak membutuhkan kejeniusan taktik untuk
mengelabui deteksi aparat keamanan;
4. Hancurnya ISIS sebagai salah satu
organisasi teroris terbesar di dunia, salah satunya disebabkan karena ISIS
terlalu cepat menjadikan dirinya sebagai ancaman terhadap keamanan
negara-negara tetangga dan kawasan. Resiko ini bisa diminimalkan dengan
melakukan kudeta tak berdarah dengan menekan korban jiwa yang
serendah-rendahnya dan tidak menjadikan kudeta ini sebagai ancaman negara
tetangga dan kawasan. Semakin kecil korban jiwa maka semakin kecil pula resiko
intervensi negara asing atas nama kemanusiaan;
Harus diingat bahwa tujuan dari
gerakan-gerakan radikal seperti ISIS termasuk yang ada di Indonesia itu bukan
untuk membunuh orang sebanyak-banyak. Tujuan
mereka cuma satu yaitu menjadikan Khilafah sesuai dengan interpretasi radikal
syariat Islam versi mereka. Jadi ada saatnya mereka mempergunakan kekerasan
dan terror, tetapi ada saatnya juga mereka bermutasi dan mengedepankan
penetrasi ideologi untuk mencapai dukungan yang sebesar-besarnya. Teror hanya
dipergunakan untuk menciptakan kesan bahwa pemerintah setempat tidak mampu,
sedangkan penetrasi ideologi dipakai untuk memenangkan hati dari orang-orang
yang yang gampang ditipu dan dibodohin.
Dari ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa
proses KUDETA TAK BERDARAH itu sedang terjadi di Indonesia saat ini, jadi
WASPADALAH!!!
Salam dari Iraq
#IndonesiaTanahAirBeta
#IndonesiaWaspada
Source wag
No comments:
Post a Comment