WULING, RIWAYATMU KINI
China dan Korea berbagi teknologi militer dengan
Indonesia, hal itu tidak mengusik Jepang,
karena bukan produsen senjata.
Tetapi dengan masuknya merek mobil China yang berinvestasi lengkap dengan membangun pabrik
dan suku cadangnya yang
bekerja sama dengan vendor lokal, membuat Jepang
terperangah, tapi terlambat. Karena terlalu lama menikmati zona nyaman bersama pendukung-pendukungnya, dengan anggapan kalau membuat
merk Indonesia sendiri tidak
akan laku dan
repot, itulah yang di kampanyekan mereka selama ini.
Jokowi membuka kesempatan pabrikan kakap China invest
lengkap dengan suku cadang di Indonesia,
yang akan merupakan kepanjangan tangan untuk pasar Asteng.
Industri yang ingin dikuasai Indonesia sejak
lama adalah otomotif, hal yang penting
untuk transportasi darat selain KA. Mengingat
teknologinya tidak ada yang baru dan Indonesia telah lama menguasai nya.
Yang jadi masalah adalah bisa memproduksi,
tapi agar laku dijual merupakan masalah
lain lagi, yang melibatkan kepercayaan pembeli, serta pemasaran yang belum dikuasai Indonesia.
Industri otomotif Jepang sudah 50 tahunan bercokol di
Indonesia tapi hingga saat ini tidak mau berbagi produk Indonesia dengan merk
lokal.
Simak tulisan berikut memaksa Jepang berbagi kue otomotif.
Korea,
Taiwan dan China sebagai saingan
utama Jepang, telah berhasil menggeser industri elektronika Jepang. Akibatnya kita saksikan bersama bagaimana dominasi Jepang di industri ini tinggal kenangan.
Kini di industri otomotif Jepang mendapat
lawan serius, dengan masuknya industri otomotif China yang membangun pabrik lengkap. Mereka mencoba
menggeser Jepang dengan strategi handphone, yaitu spesifikasi
lebih OK, harga ringan
dikantong. Akibatnya smartphone bisa dimiliki siapa saja karena bukan lagi
lambang status tetapi berubah jadi kebutuhan.
Begitu juga dengan otomotif, bila strategi ini
diterapkan ke alat
transport maka harga
akan jadi wajar.
Dengan pasar otomotif yang masih 83 mobil/1000
orang (yang terendah
di Asteng), maka pasar Indonesia
terbuka lebar.
Rupanya Jepang masih terlena akibat berkuasa selama 50 tahunan, tetapi dengan masuknya Wuling, merk-merek Jepang yang semula jagoan mobil sejuta umat
dipaksa berhitung dengan cermat .
Tidak cukup Wuling sebagai competitor Avanza cs dan mobil-mobil LCGC, merk lain, Dongfeng sebagai kompetitor Innova
cs tahun depan akan ikut
terjun, memasuki
segmen pasar SUV. Pasar mobil akan riuh rendah dan konsumen
akan jadi raja dan tidak
lagi didekte pasar .
China merusak zona nyaman tidak hanya dari segi harga,
tetapi juga mutu dan spesifikasi yang lebih
tinggi membuat mobil Jepang ketinggalan jaman.
Jepang kelihatan sekali gelagapan di giias di tahun 2017, sepertinya kehilangan
momentum karena China iba-tiba sudah
ada didepan mata siap merebut pasar.
Mereka kukuh berpendapat mutu berbanding
lurus dengan harga, lupa jaman sudah berubah. Contoh:
Di Indonesia VW Mobil mewah setelah difabrikasi di China jadi mobil rakyat .
Dengan adanya kebijakan pemerintah
mengembangkan mobil listrik dalam waktu dekat, beban bagi Jepang bertambah untuk bersiap-siap menghadapi persaingan. Technical Knowledge
mobil listrik
telah dikuasai 90% oleh Indonesia bila minus baterai.
Mari kita saksikan bersama bagaimana kiat Jepang
menghadapi China dan Korea. Korea mendukung
penuh langkah China, yang didukung penuh pula oleh
pabrikan di China dalam berinvestasi
di Indonesia.
Kalau lngkah ini
diikuti pabrikan mobil
Korea dalam berinvestasi membangun pabrik komplit dengan suku cadang, maka lengkaplah
sudah penderitaan Toyota cs, di mana mereka dipaksa berbagi kue pasar otomotif.
Terjadi pertarungan yang menguntungkan
konsumen dan perekonomian
negara secara makro.
Bila uang
semula hanya cukup untuk beli
mobil, karena harga turun sebagian uang
bisa dibelikan produk lain misal assesory
mobil dsb. Perekonomian ikut berkembang,
begitulah hukum ekonomi yang saling kait mengkait.
No comments:
Post a Comment