Gubernur Lemhanas: Isu Komunisme Dimunculkan untuk
Kepentingan Politik – Jurnasnews - 2020/09/29
17:27
Jakarta, Jurnas.com - Gubernur
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Letjen
TNI (purn) Agus Widjojo menilai isu tentang komunisme atau PKI sengaja
dimunculkan untuk memenuhi hasrat politik semata.
Kata Agus Widjojo, polemik
tentang kebangkitan komunisme atau PKI yang menguat setiap jelang 30 September
hanya menguras serta mengorbankan tenaga dan pikiran generasi muda bangsa.
"Karena kemunculan berulang
pada saat yang tetap itu, sulit dipungkiri bahwa isu tersebut sengaja
dimunculkan untuk kepentingan politik," kata Agus dalam webinar tentang `Penggalian
Fosil Komunisme untuk Kepentingan Politik?` yang digelar Political and
Public Policy Studies (P3S) pada Selasa (29/9/2020).
Diskusi itu menghadirkan Direktur
Eksekutif Amnesty Usman Hamid, Direktur Eksekutif P3S Jerry Massie, Direktur
Eksekutif LKIP Eduard Lemanto, Peneliti Senior CSIS J Kristiadi, dan moderator
Frederik Bios.
Agus menyadari sejarah tentang
PKI atau komunisme tidak bisa dihilangkan karena berhubungan dengan pikiran
orang yang sulit untuk ditebak. Ada juga pengalaman perseorangan tentang PKI
sehingga membuat tulisan, memoar buku, atau mengadakan pertemuan dengan teman
senasib pada zaman dulu. Di samping itu, ada yang menganggap dirinya anti-PKI
merasa hal tersebut sebagai sebuah kebangkitan dari komunisme.
Dijelaskan Agus, sebenarnya
konstitusi negara sudah sangat tegas dan jelas mengatur tentang larangan PKI. Tapi MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang
Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Kejahatan Terhadap Keamanan Negara sudah cukup kuat untuk mengebiri
perseorangan atau paham komunis diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena itu, tegasnya,
memperdebatkan tentang PKI merupakan hal yang sia-sia dan hanya membawa bangsa
ini jalan di tempat.
"Polemik yang menguras waktu
tenaga dan pikiran dari aset bangsa yang sebenarnya diperlukan meningkatkan
efektivitas usaha pembangunan nasional. Terasa sekali apabila sebuah postingan
di sebuah media sosial ada provokatif direspons secara defensif oleh pihak yang
berlawanan, maka proses balas membalas ini tidak ada habisnya. Dan terkadang
juga argumentasi dari proses balas membalas postingan itu sangat tidak logis
dan hanya bersifat terkadang juga sindiran kepada pengirimnya dan keluar dari
substansi," kata dia.
Lebih lanjut kata Agus, paham
komunis merupakan antitesis dari kapitalisme. Komunisme bertujuan untuk
mengatasi kemiskinan, pengangguran dan pengungsian, sebagai sistem dari hasil
masa lalu. Karena itu, Agus menyarankan untuk menghadapi kebangkitan komunisme
lebih baik menghilangkan segala isu yang berkaitan tentang kemiskinan dan
pengangguran.
"Jadi bisa dikatakan di samping
kita kewaspadaan yang langsung kita tujukan kepada ideologi komunisme, yang
paling penting dan lebih penting adalah bagaimana pembangunan kita itu bisa
memberikan untuk mengatasi kemiskinan pengangguran pengungsian, dan lebih
penting lagi adalah di antara rakyat," jelas Agus.
Agus menganggap sejarah bangsa
tentang PKI tidak bisa disimpulkan sebagai bagian untuk memposisikan mana pihak
yang salah dan mana yang benar. Agus juga mengingatkan jawaban tersebut juga
tidak perlu proses akademik. Agus juga menilai mewarisi polemik itu hanya akan
merugikan generasi muda.
"Polemik semacam ini yang
tidak mengandung pengertian akademik intelektual, tetapi lebih bersifat politis
untuk menghancurkan lawan," tandas dia.
No comments:
Post a Comment