ULAMA ITU BERNAMA SYAFII MAARIF
Lelaki tua itu mendekati meja petugas dan bertanya “Masih lama saya antrinya?”. Sembari berjalan memeriksa lokasi chek up si pegawai menjawab “Masih pak, karena lagi banyaknya pasien,”.
Mungkin itu percakapan biasa di
sebuah rumah sakit. Namun bayangkan jika sosok tua itu adalah Buya Ahmad Syafii
Maarif, ketua umum PP Muhammadiyah 1997-2005, dan rumah sakit yang
dimaksud adalah RS PKU Muhammadiyah, rumah sakit milik organisasi yang dulu
pernah dipimpin oleh Buya Syafii.
Buya pun kembali duduk di deretan
bangku antri pasien. Sama seperti kebanyakan pasien lainnya. Biasanya setiap
jadwal chek-up rutin, Buya mengantri seorang diri.
Sosok berusia 85 tahun itu tidak
menunjukkan wajah marah meski harus antri lama. Apalagi merasa harus
diperlakukan istimewa. Justru Buya tak pernah mau diperlakukan lebih dan
diprioritaskan.
Para pegawai RS PKU mungkin
pernah ingin memberi akses terlebih dahulu ke Buya Syafii, dan para pasien lain
tentu akan sangat memaklumi. Justru Buya-nya sendiri yang tidak mau
diistimewakan seperti ini. Berkebalikan dengan layaknya kebanyakan elit dan
para pejabat hari ini, senang dan minta untuk terus dilayani.
Bukan kali ini saja, sudah
berulang kali di berbagai tempat, Buya Syafii membuat banyak orang
terkagum-kagum. Pernah ‘tercyduk’ makan di angkringan, membeli sabun cucian di
warung, berangkat ke acara seminar dengan mengayuh sepeda, naik kereta umum ke
Istana Negara, hingga momen lain berbaur dengan rakyat jelata.
Semua itu menjadi biasa bagi
Buya. Namun sangat tidak biasa di tengah situasi bangsa yang kerap kehilangan
teladan dan kearifan. Para elit justru mempertontonkan kemewahan dan
keserakahan di tengah kesengsaraan rakyat. Minta dilayani dan diperlakukan
melangit, padahal konstribusinya untuk bangsa sungguh tidak seberapa
Seperti beliaulah contoh seorang
Ulama.
Kelembutan yang dibawakan beliau
bagaikan mutiara di tengah tumpukan sampah, dan kepada orang seperti beliaulah
para pejabat negeri ini seharusnya banyak belajar.
Juga bagi sebagian orang yg
mengaku dirinya sebagai ulama, tapi berperilaku kasar suka menghina, menghasut,
memfitnah dan menebar berita2 bohong...
Salam hormat pak Buya Syafii
Maarif.. Minal 'aidin walfa'izin. Ma'af lahir & bathin...
Wassalam... !!!
No comments:
Post a Comment