Wednesday, May 27, 2020

SOCIAL DISTANCING IS NOT ENOUGH

( TERJEMAHAN SEBAGIAN )

SOCIAL DISTANCING TIDAK CUKUP

Kita memerlukan strategi yang komprehensif untuk mengurangi jenis interaksi yang dapat menyebabkan lebih banyak infeksi

Oleh: Derek Thompson

COVID-19 telah meningkatkan serangan terhadap kehidupan publik, khususnya kehidupan di dalam ruangan (indoor life). Banyak acara-acara yang menjadi penyebar wabah terbesar telah terjadi indoors - di sebuah gereja di Korea Selatan, sebuah auditorium di Perancis, sebuah konferensi di Massachusetts. Bahaya di dalam ruangan bukan sekedar lelucon. 

Sebuah makalah di Hong Kong yang sedang menunggu 'tinjauan sejawat' menemukan bahwa dalam satu kelompok dengan 7.324 kasus yang terdokumentasi di China, hanya satu wabah terjadi di luar ruangan (outdoor) - yaitu dalam suatu percakapan di antara beberapa pria di sebuah desa kecil. Menurut penelitian lain di Jepang infeksi indoors hampir 19 kali lebih tinggi daripada di lingkungan outdoors.

Secara tepatnya, hampir setiap ruang publik di Amerika telah ditutup atau, dalam kasus bisnis penting seperti grosir kebutuhan pokok, diadaptasi untuk pembatasan Social Distancing. Penutupan ini telah merusak ekonomi, mengubah peta besar kehidupan perkotaan maupun pinggiran kota menjadi barisan jendela-jendela gelap yang mengerikan.

Hari-hari ini, negara-negara muncul dari fase krisis lockdown, memasuki periode pembukaan kembali yang tidak biasa. Tetapi kantor, sekolah, toko, teater, restoran, bar, pusat kebugaran, dan museum tidak akan memiliki kesamaan normal sampai kita belajar bagaimana menjadi aman -dan merasa aman- di dalam.

Untuk membuka ruang-ruang ini, kita harus dibimbing oleh sains dan keahlian. Untungnya, para peneliti menemukan rahasia bagaimana COVID-19 menyebar dengan kombinasi pemodelan cerdas dan kerja detektif.

1. MEMBUAT KANTOR BEBAS-COVID

Pada tanggal 8 Maret, pejabat kesehatan masyarakat Korea Selatan mengetahui seorang pasien positif COVID-19 yang bekerja di sebuah Call Center di pusat kota Seoul. Kantor itu terletak di salah satu bagian kota terpadat, di lantai 11 sebuah gedung serbaguna berlantai 19 dengan ratusan kantor dan apartemen. Lebih dari 1.000 orang bekerja atau tinggal di gedung itu, berbagi beberapa lift dan lobi. Kemungkinan infeksi massal tinggi.

Tetapi para penyelidik menemukan secara mengejutksn bahwa wabah disana terkonsentrasi. Dari 97 orang di gedung itu yang hasil testnya positif, 94 orang bekerja di satu lantai - di call center. Sebagian besar dari mereka, kecuali segelintir orang, bekerja di suatu bank telepon (phone banking) yang padat, di satu sisi lantai itu, dimana penyakit ditularkan ke duapertiga karyawan. Sisa dari yang positif itu adalah tidak sampai 5% karyawan sisi lantai yang lain, dan kurang dari 1% yang positif dari karyawan pada sisa bangunan.

Ini menunjukkan bahwa fasilitator utama bukanlah titik sentuh yang umum, seperti pintu dan tombol lift, melainkan wilayah udara umum. Ketika orang berbicara - atau bersin atau batuk - mereka menyebarkan tetesan cairan pernapasan (respiratory droplets) yang dapat jatuh masuk di mulut, hidung, dan paru-paru orang lain. Berbicara selama berjam-jam dalam jarak dekat, di ruang tanpa ventilasi, dapat menciptakan 'cawan petri' yang ideal untuk transmisi COVID-19.

Studi Korea ini bisa dipakai sebagai contoh ilustratif karena temuan utamanya sepenuhnya sejalan dengan konsensus ilmiah yang muncul. Pada hari Kamis, CDC (Center for Disease Control & Prevention, USA) memperbarui ringkasan transmisi COVID-19 untuk mengklarifikasi bahwa virus “tidak menyebar dengan mudah” dari menyentuh permukaan atau benda - seperti misalnya tombol lift. Sebagai gantinya, mereka menulis, “virus ini diperkirakan menyebar terutama dari orang ke orang ... melalui 'respiratory droplets'.”

Apa arti sains transmisi penyakit-dalam-ruangan untuk masa depan tempat kerja 'kerah putih'? Dalam dokumen yang dibagikan kepada Bank Dunia, pemerintah Korea Selatan menetapkan rencana 50 poin untuk membuat kantor lebih aman.

Masker direkomendasikan untuk semua karyawan. Meja dan kursi harus tersebar atau diatur dalam pola "catur" atau zig-zag sehingga tidak ada dua orang yang duduk berhadapan secara langsung. Bilik2 (cubicles) karyawan akan menjadi pilihan utama, karena pemisahan antara rekan kerja menjadi penting untuk memblokir semprotan vokal dari batuk, bersin dan percakapan telepon yang keras. 

Bagaimana dengan pertemuan-pertemuan kecil, lokakarya langsung, dan makan malam perusahaan? Anda bisa melupakan gabungan antara pekerjaan dan kehidupan sosial ini. "Segera pulang setelah bekerja," saran pemerintah Korea. Jalan-jalan di udara terbuka bisa jadi penyegar..

2. RESTORAN BEBAS-COVID

Pada tanggal 24 Januari, keluarga lima orang China duduk makan siang di sebuah restoran ramai di Guangzhou, kota terpadat di China selatan. Mereka tiba sehari sebelumnya dari Wuhan. Udara siang di Guangzhou itu nyaman, dengan suhu meningkat ke 70°F (21°C), dan restoran di lantai tiga pada sebuah gedung berlantai lima itu dipenuhi lebih dari 80 pelanggan dan tanpa jendela. Keluarga itu berkumpul di sebuah meja di dinding belakang, di antara dua keluarga setempat, sementara sebuah AC memompa udara dingin di area ketiga meja tersebut.

Ketika meninggalkan restoran, salah seorang anggota keluarga merasa demam dan memeriksakan diri ke rumah sakit, dimana dia menerima diagnosis positif COVID-19. Dalam waktu dua minggu, beberapa orang dari setiap keluarga dari tiga meja tersebut telah didiagnosis dengan penyakit ini, sehingga total ada seluruh pelanggan restoran yang positif COVID-19 menjadi 10 orang.

Ketika departemen CDC Guangzhou menyelidiki masalah tersebut, mereka menerbitkan diagram yang menceritakan kisah sederhana: "Satu orang tanpa gejala di sebuah restoran telah menginfeksi sembilan orang lainnya di jalur langsung AC. Tidak satu pun dari puluhan pelanggan lainnya atau pelayan restoran yang sakit."

3. HIBURAN PUBLIK BEBAS-COVID

(COVID-Proof Public Entertainment)

Pada malam Selasa, 10 Maret, 61 penyanyi berkumpul untuk latihan paduan suara di utara Seattle. Itu adalah latihan standar, ketika para anggota bernyanyi dalam jarak dekat, berbagi makanan ringan, dan menumpuk kursi bersama pada akhir sesi dua setengah jam.

5 hari kemudian, direktur paduan suara mengirimkan email penting ke grup. Beberapa anggota menderita demam, katanya. Latihan hari Selasa berikutnya dibatalkan. Tetapi pengumuman itu sudah terlambat. 53 dari 61 penyanyi telah jatuh sakit, membuat "tingkat serangan" sebesar 87%. Tiga anggota paduan suara dirawat di rumah sakit. Dua orang meninggal.

Dalam sebuah studi yang kemudian diterbitkan dalam buletin CDC “Weekly Morbidity and Mortality Report”, para peneliti menekankan bahwa: tindakan menyanyi itu sendiri', mungkin telah berkontribusi pada penularan, karena anggota paduan suara cenderung menyemprotkan virus. Beberapa orang - dikenal sebagai "superemitters" - melepaskan lebih banyak partikel ke udara ketika mereka berbicara, karena mereka adalah pembicara yang keras atau ceroboh. Tetapi seseorang yang biasa berbicara normal pun dapat melepaskan droplets luar biasa banyak jika mereka bernyanyi atau mengekspresikan suara mereka secara teatrikal.

Kisah-kisah ini dikombinasikan dengan sains mengenai respiratory droplets dan penularan melalui udara menunjukkan bahwa sosial distancing saja tidak cukup: Kita juga perlu mengendalikan air liur. 

Negara-negara lain sudah melakukannya. Jerman dilaporkan telah melarang bernyanyi pada upacara keagamaan, dan Korea Selatan telah melarang meludah di liga bisbol profesionalnya.

~~~~~

Ketika Anda menyatukan semua cerita, penelitian, cetak biru, dan saran-saran ini, itu sama dengan membuat buku pedoman pandemi yang relatif mudah dimengerti. 

Agar mudah diingat, mari kita buat akronim yang sederhana: 

"S A F E".

- Social distancing: Jaga jarak yang sehat antara diri Anda dan orang lain - 1,8 meter (6 ft.) adalah aturan umum yang baik - terutama ketika Anda berada di dekat mereka untuk waktu yang lama.

- Airflow awareness: Setiap aktivitas nonkontak - berbicara, makan, berolahraga - menjadi jauh lebih aman ketika Anda membawanya keluar. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Jepang sebelumnya dan survei di Hong Kong, peluang penularan dalam ruang tertutup adalah beberapa tingkat lebih besar daripada dalam ruang terbuka.

- Face mask: Kenakan masker! Itu bukan hanya untuk Anda; tapi untuk semua orang di sekitar Anda.

- Expectoration: COVID-19 tampaknya menyebar baik melalui droplets besar misalnya dari bersin, dan transmisi udara melalui tetesan aerosol yang lebih kecil, misalnya yang menyembur keluar dari mulut pembicara. Berhati-hatilah terutama pada lingkungan indoors dan aktivitas yang secara alami mencakup banyak 'gabbing' (percakapan), seperti rapat kantor yang panjang, bernyanyi (paduan suara), berteriak (seperti gym di sekolah menengah), atau pernapasan berat (seperti latihan fisik yang intens dalam ruangan).

Menjelang akhir pelaporan saya untuk artikel ini, saya mengirim email ke seorang pekerja keamanan nasional yang juga mengajar menyanyi di daerah Washington, D.C.,. Dia mendengar bahwa menyanyi secara kelompok mungkin terlarang sampai vaksin tersedia secara luas. Dia mungkin akan menutup pelajaran musik dan vokal selama satu tahun atau lebih.

"Terlepas dari semua kekacauan dan berita yang intens, ini adalah hal yang paling parah," katanya. Jadi, dia berencana menawarkan pelajaran menyanyi di Zoom.

Ruang publik Amerika harus menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan yang sama untuk mencapai tahun berikutnya. 

Bahkan ketika Amerika Serikat dibuka kembali, beberapa ritual lama - seperti pergi ke bar, latihan kelompok, dan konser penuh sesak - harus tetap di istirahatkan dulu. Orang masih akan minum, berkeringat dan bernyanyi, hanya dengan cara berbeda.

Read more:

https://www.theatlantic.com/ideas/archive/2020/05/how-will-we-ever-be-safe-inside/611953/

No comments:

Post a Comment