(
TERJEMAHAN SEBAGIAN )
SOCIAL
DISTANCING TIDAK CUKUP
Kita
memerlukan strategi yang komprehensif untuk mengurangi jenis interaksi yang
dapat menyebabkan lebih banyak infeksi
Oleh: Derek Thompson
COVID-19 telah meningkatkan
serangan terhadap kehidupan publik, khususnya kehidupan di dalam ruangan
(indoor life). Banyak acara-acara yang menjadi penyebar wabah terbesar telah
terjadi indoors - di sebuah gereja di Korea Selatan, sebuah auditorium di Perancis,
sebuah konferensi di Massachusetts. Bahaya
di dalam ruangan bukan sekedar lelucon.
Sebuah makalah di Hong Kong yang
sedang menunggu 'tinjauan sejawat' menemukan bahwa dalam satu kelompok dengan
7.324 kasus yang terdokumentasi di China, hanya satu wabah terjadi di luar
ruangan (outdoor) - yaitu dalam suatu percakapan di antara beberapa pria di
sebuah desa kecil. Menurut penelitian
lain di Jepang infeksi indoors hampir 19 kali lebih tinggi daripada di
lingkungan outdoors.
Secara tepatnya, hampir setiap
ruang publik di Amerika telah ditutup atau, dalam kasus bisnis penting seperti
grosir kebutuhan pokok, diadaptasi untuk pembatasan Social Distancing.
Penutupan ini telah merusak ekonomi, mengubah peta besar kehidupan perkotaan
maupun pinggiran kota menjadi barisan jendela-jendela gelap yang mengerikan.
Hari-hari ini, negara-negara
muncul dari fase krisis lockdown, memasuki periode pembukaan kembali yang tidak
biasa. Tetapi kantor, sekolah, toko, teater, restoran, bar, pusat kebugaran,
dan museum tidak akan memiliki kesamaan normal sampai kita belajar bagaimana
menjadi aman -dan merasa aman- di dalam.
Untuk membuka ruang-ruang ini,
kita harus dibimbing oleh sains dan keahlian. Untungnya, para peneliti
menemukan rahasia bagaimana COVID-19 menyebar dengan kombinasi pemodelan cerdas
dan kerja detektif.
1.
MEMBUAT KANTOR BEBAS-COVID
Pada tanggal 8 Maret, pejabat
kesehatan masyarakat Korea Selatan mengetahui seorang pasien positif COVID-19
yang bekerja di sebuah Call Center di
pusat kota Seoul. Kantor itu terletak di salah satu bagian kota terpadat,
di lantai 11 sebuah gedung serbaguna berlantai 19 dengan ratusan kantor dan
apartemen. Lebih dari 1.000 orang bekerja atau tinggal di gedung itu, berbagi
beberapa lift dan lobi. Kemungkinan infeksi massal tinggi.
Tetapi para penyelidik menemukan
secara mengejutksn bahwa wabah disana terkonsentrasi. Dari 97 orang di gedung
itu yang hasil testnya positif, 94 orang bekerja di satu lantai - di call
center. Sebagian besar dari mereka, kecuali segelintir orang, bekerja di suatu
bank telepon (phone banking) yang padat, di satu sisi lantai itu, dimana
penyakit ditularkan ke duapertiga karyawan. Sisa dari yang positif itu adalah
tidak sampai 5% karyawan sisi lantai yang lain, dan kurang dari 1% yang positif
dari karyawan pada sisa bangunan.
Ini menunjukkan bahwa fasilitator
utama bukanlah titik sentuh yang umum, seperti pintu dan tombol lift, melainkan
wilayah udara umum. Ketika orang berbicara - atau bersin atau batuk - mereka
menyebarkan tetesan cairan pernapasan (respiratory
droplets) yang dapat jatuh masuk di mulut, hidung, dan paru-paru orang
lain. Berbicara selama berjam-jam dalam jarak dekat, di ruang tanpa ventilasi,
dapat menciptakan 'cawan petri' yang
ideal untuk transmisi COVID-19.
Studi Korea ini bisa dipakai
sebagai contoh ilustratif karena temuan utamanya sepenuhnya sejalan dengan
konsensus ilmiah yang muncul. Pada hari Kamis, CDC (Center for Disease
Control & Prevention, USA) memperbarui ringkasan transmisi COVID-19
untuk mengklarifikasi bahwa virus “tidak menyebar dengan mudah” dari menyentuh
permukaan atau benda - seperti misalnya tombol lift. Sebagai gantinya, mereka
menulis, “virus ini diperkirakan menyebar
terutama dari orang ke orang ... melalui 'respiratory droplets'.”
Apa arti sains transmisi
penyakit-dalam-ruangan untuk masa depan tempat kerja 'kerah putih'? Dalam dokumen yang dibagikan kepada Bank
Dunia, pemerintah Korea Selatan menetapkan rencana 50 poin untuk membuat kantor
lebih aman.
Masker direkomendasikan untuk
semua karyawan. Meja dan kursi harus tersebar atau diatur dalam pola
"catur" atau zig-zag sehingga tidak ada dua orang yang duduk
berhadapan secara langsung. Bilik2 (cubicles) karyawan akan menjadi pilihan
utama, karena pemisahan antara rekan kerja menjadi penting untuk memblokir
semprotan vokal dari batuk, bersin dan percakapan telepon yang keras.
Bagaimana dengan
pertemuan-pertemuan kecil, lokakarya langsung, dan makan malam perusahaan? Anda
bisa melupakan gabungan antara pekerjaan dan kehidupan sosial ini. "Segera
pulang setelah bekerja," saran pemerintah Korea. Jalan-jalan di udara
terbuka bisa jadi penyegar..
2.
RESTORAN BEBAS-COVID
Pada tanggal 24 Januari, keluarga
lima orang China duduk makan siang di
sebuah restoran ramai di Guangzhou, kota terpadat di China selatan. Mereka
tiba sehari sebelumnya dari Wuhan. Udara siang di Guangzhou itu nyaman, dengan
suhu meningkat ke 70°F (21°C), dan restoran di lantai tiga pada sebuah gedung
berlantai lima itu dipenuhi lebih dari 80 pelanggan dan tanpa jendela. Keluarga
itu berkumpul di sebuah meja di dinding belakang, di antara dua keluarga
setempat, sementara sebuah AC memompa udara dingin di area ketiga meja
tersebut.
Ketika meninggalkan restoran,
salah seorang anggota keluarga merasa demam dan memeriksakan diri ke rumah
sakit, dimana dia menerima diagnosis positif COVID-19. Dalam waktu dua minggu,
beberapa orang dari setiap keluarga dari tiga meja tersebut telah didiagnosis
dengan penyakit ini, sehingga total ada seluruh pelanggan restoran yang positif
COVID-19 menjadi 10 orang.
Ketika departemen CDC Guangzhou
menyelidiki masalah tersebut, mereka menerbitkan diagram yang menceritakan
kisah sederhana: "Satu orang tanpa gejala di sebuah restoran telah
menginfeksi sembilan orang lainnya di jalur langsung AC. Tidak satu pun dari
puluhan pelanggan lainnya atau pelayan restoran yang sakit."
3.
HIBURAN PUBLIK BEBAS-COVID
(COVID-Proof Public
Entertainment)
Pada malam Selasa, 10 Maret, 61
penyanyi berkumpul untuk latihan paduan
suara di utara Seattle. Itu adalah latihan standar, ketika para anggota
bernyanyi dalam jarak dekat, berbagi makanan ringan, dan menumpuk kursi bersama
pada akhir sesi dua setengah jam.
5 hari kemudian, direktur paduan
suara mengirimkan email penting ke grup. Beberapa anggota menderita demam,
katanya. Latihan hari Selasa berikutnya dibatalkan. Tetapi pengumuman itu sudah
terlambat. 53 dari 61 penyanyi telah jatuh sakit, membuat "tingkat
serangan" sebesar 87%. Tiga anggota paduan suara dirawat di rumah sakit.
Dua orang meninggal.
Dalam sebuah studi yang kemudian
diterbitkan dalam buletin CDC “Weekly
Morbidity and Mortality Report”, para peneliti menekankan bahwa: tindakan
menyanyi itu sendiri', mungkin telah berkontribusi pada penularan, karena
anggota paduan suara cenderung menyemprotkan virus. Beberapa orang - dikenal
sebagai "superemitters" - melepaskan lebih banyak partikel ke udara
ketika mereka berbicara, karena mereka adalah pembicara yang keras atau
ceroboh. Tetapi seseorang yang biasa berbicara normal pun dapat melepaskan
droplets luar biasa banyak jika mereka bernyanyi atau mengekspresikan suara
mereka secara teatrikal.
Kisah-kisah ini dikombinasikan
dengan sains mengenai respiratory droplets dan penularan melalui udara
menunjukkan bahwa sosial distancing saja
tidak cukup: Kita juga perlu mengendalikan air liur.
Negara-negara lain sudah
melakukannya. Jerman dilaporkan telah melarang bernyanyi pada upacara
keagamaan, dan Korea Selatan telah melarang meludah di liga bisbol
profesionalnya.
~~~~~
Ketika Anda menyatukan semua
cerita, penelitian, cetak biru, dan saran-saran ini, itu sama dengan membuat
buku pedoman pandemi yang relatif mudah dimengerti.
Agar mudah diingat, mari kita
buat akronim yang sederhana:
"S A
F E".
- Social
distancing: Jaga jarak yang sehat antara diri Anda dan orang
lain - 1,8 meter (6 ft.) adalah aturan umum yang baik - terutama ketika Anda
berada di dekat mereka untuk waktu yang lama.
- Airflow
awareness: Setiap aktivitas nonkontak - berbicara, makan, berolahraga - menjadi
jauh lebih aman ketika Anda membawanya keluar. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian
Jepang sebelumnya dan survei di Hong Kong, peluang penularan dalam ruang
tertutup adalah beberapa tingkat lebih besar daripada dalam ruang terbuka.
- Face
mask: Kenakan masker! Itu bukan hanya untuk Anda; tapi untuk semua orang di
sekitar Anda.
-
Expectoration: COVID-19 tampaknya menyebar baik melalui droplets
besar misalnya dari bersin, dan transmisi udara melalui tetesan aerosol yang
lebih kecil, misalnya yang menyembur keluar dari mulut pembicara.
Berhati-hatilah terutama pada lingkungan indoors dan aktivitas yang secara
alami mencakup banyak 'gabbing' (percakapan), seperti rapat kantor yang
panjang, bernyanyi (paduan suara), berteriak (seperti gym di sekolah menengah),
atau pernapasan berat (seperti latihan fisik yang intens dalam ruangan).
Menjelang akhir pelaporan saya
untuk artikel ini, saya mengirim email ke seorang pekerja keamanan nasional
yang juga mengajar menyanyi di daerah Washington, D.C.,. Dia mendengar bahwa
menyanyi secara kelompok mungkin terlarang sampai vaksin tersedia secara luas.
Dia mungkin akan menutup pelajaran musik dan vokal selama satu tahun atau
lebih.
"Terlepas
dari semua kekacauan dan berita yang intens, ini adalah hal yang paling
parah," katanya. Jadi, dia berencana menawarkan pelajaran
menyanyi di Zoom.
Ruang publik Amerika harus
menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan yang sama untuk mencapai tahun
berikutnya.
Bahkan ketika Amerika Serikat
dibuka kembali, beberapa ritual lama - seperti pergi ke bar, latihan kelompok,
dan konser penuh sesak - harus tetap di istirahatkan dulu. Orang masih akan
minum, berkeringat dan bernyanyi, hanya dengan cara berbeda.
Read more:
https://www.theatlantic.com/ideas/archive/2020/05/how-will-we-ever-be-safe-inside/611953/