KULIAH SALAH JURUSAN
Dari Pambudi, temen BPPT and ex HR Chief
Tsel..
HELPING YOUR CHILDREN TO BUILD THEIR FUTURE
Dua hari yang lalu, saya berada di
Singapore. Dan saya berkesempatan untuk minum kopi bersama seorang sahabat
saya, yang menjadi profesor di sebuah Universitas terkemuka di Singapore.
Sebut saja namanya Henry. Kami janjian
ketemu di Le Paul di Takashimaya. Kebetulan saya lagi kangen makanan Perancis.
Dan mulailah kami ngobrol sana sini,
tentang disruption, tentang dunia pendidikan, tentang reward system untuk
innovation program ...etc ...etc.
Sampai tiba-tiba Henry bertanya, ”Pam, anakku
baru kelas 1 SMA dan
dia bertanya, sebaiknya nanti dia kuliah apa ya?”
I said,”Why you asked me this question? You
are the one who is a professor in a famous university!”
Henry meneruskan,”Well, Pam tahu kan,
kadang-kadang apa yang dihasilkan dunia pendidikan dan yang dibutuhkan oleh
industry bisa berbeda.
I want to make sure that my daughter will
be in the right path.
Apalagi dengan era disruption sekarang, begitu
banyak pekerjaan yang akan hilang!
Terus anak saya harus kuliah apa dong!”
Good question!
Tetapi, apakah pertanyaan itu perlu
ditanyakan? Bukankah pada akhirnya nanti kita semua akan menjadi HIMASALJU ?
(Himpunan Mahasiswa Salah Jurusan?)
Ijasah temen saya Teknik Kimia, sekarang jadi
CEO bank.
Ijasah saya Computer Engineering, jadi HR
Director, dan saya punya teman lulusan Kedokteran
Umum yang menjadi dosen dan konsultan management.
So what?
The most important thing will be your agility, kemampuan mempelajari hal hal yang baru.
Suatu saat saya membantu client saya merekrut Telco
Troubleshooting engineer di Jepang.
Dan yang mendaftar adalah seorang dokter
(lulusan Kedokteran Umum).
Dan saya tanya dia,”Ngapain dokter
mendaftar sebagai Telecom engineer?”
Dan dia menjawab ,”Saya sudah belajar untuk
troubleshoot tubuh manusia, kalau anda kasih saya buku petunjuk-nya Mobile
Switching Center, saya akan pelajari dan saya akan troubleshoot your MSC!”
Voila, anything can be learned. Selama anda
mau belajar dan bekerja keras di field yang baru!
Henry meneruskan,”Tapi kan bukan berarti
kita kuliah sembarang jurusan kan Pam? Memang ada banker yang dari Akunting atau
Teknik Kimia. Tapi kan gak ada banker yang dari jurusan seni rupa atau seni
tari kan?”
Ok, ok, setuju!
Jadi gimana?
Ok, lets make it very simple.
Kuliah apapun, jurusan apapun, di
universitas apapun, tidak akan ada yang bisa membekali anda dengan kemampuan
yang membuat anda “siap kerja!”.
Di perusahaan anda nanti, anda masih harus
di training lagi agar anda siap melakukan pekerjaan anda!
Makanya yang penting adalah agility, kemampuan anda mempelajari hal hal baru (seberapa cepat anda mampu
absorb pengetahuan baru dan menerakannya).
Nah di situlah kita tetap perlu belajar
tentang :
- logical thinking
- system thinking
- analytical skills
- big picture thinking
karena , in the end of the day, kita memang
akan mempelajari sebuah “system” dan menganalisa bagaimana “system” itu akan
interract dan interlink dengan yang lain.
Terserah apapun sistemnya.
Bisa banking system, supply chain,
manufacturing atau apapun. Tetapi in the end of the day this is what you will
do, mempelajari2 sebuah “system” dan menganalisa bagaimana “system” itu akan
interract dan interlink dengan yang lain!
Itulah mengapa seorang lulusan Teknik Kimia
bisa menjadi CEO bank, karena di Teknik Kimia mereka mempelajari “proses”, jadi
mereka bisa menerapkan knowledge mereka tentang “proses” ke banking
system.
Kalau orang-orang yang masih
bermental “jadoel” gak akan ngerti itu, dan mereka akan komentar seperti ini
- Ngapain lulusan
Kimia ke bank?
- Kasihan amat, kuliah 5 tahun gak dipakai ilmunya?
- Kok kerjanya bisa
kesasar begitu?
Orang-orang yang bermental begitu masih
terjebak dalam paradigma lama, dan masih berfikiran dengan pola “mesin uapnya James
Watt. Padahal kita
sekarang sudah masuk jaman Industrial 4.0, bayangin telat berapa generasi tuh
orang !
Ok, sekarang kita kembali ke Henry, apa
yang harus Henry lakukan untuk memberikan advice yang tepat pada anaknya ....
Kita coba beberap langkah di bawah ini ...
a) Find their passion
Pertama kali, cari passion mereka apa.
Ingat orang yang mengerjakan sesuatu sesuai dengan passionnya akan perform
lebih bagus.
Lihat, mata pelajaran apa yang nilainya
lebih bagus.
Dan tanyakan 2-3 mata pelajaran yang dia
paling sukai.
b) Help them draw their dream
Nah, kemudian tanyakan cita-cita hidupnya
apa.
Bidang apa yang akan dia sukai
Ingat, you are helping them to build their
own dream and not yours!
c) Help your children to choose one
field with their passions and connect to their dream
Help them to connect the dots. Usahakan
agar apa yang mereka sukai akan nyambung dengan apa yang mereka ingin kerjakan di masa depan.
Jadi lihatlah apakah anak anda:
- Hobby berkutat
dengan mobil-mobilan dan gadget electronic?
- Berkomunikasi dan Berinteraksi dengan
orang?
- Lebih banyak fokus di kegiatan fisik dan
olahraga?
- Bekerja sendiri dan berkreasi?
Observasi anda akan membantu anda
mengarahkan bidang apa yang akan dipelajari mereka di bangku kuliah.
Berdasarkan pengamatan tentang apa yang
mereka sukai, bidang apa nilai mereka lebih bagus dan cita-cita yang ingin
mereka capai, arahkan mereka ke jurusan yang akan mereka pilih.
Dont worry too much. Jurusan itu bukan
membuat mereka terpaku seumur hidup mereka, masih banyak kemungkinan bahwa
mereka akan bekerja di bidang yang (sealah-olah) tidak ada hubungannya.
Jadi paradigmanya bukanlah “saya akan
menjadi insinyur kimia yang baik”, tetapi paradigma sekarang adalah,”Saya akan belajar system and design
thinking, dan saya memghunakan kasus-kasus di jurusan teknik kimia sebagai
simulasi untuk memecahkan permasalahan !”
d) They have to build the emotional and social
intelligence
Sampaikan bahwa selain kuliah, mereka juga
harus belajar tentang leadership dan teamwork.
Intinya bagaimana mengendalikn emosi
sendiri dan bagaimana mereka memahami orang lain.
Hal ini bisa dipupuk dengan seringkali
mengikuti kegiatan organisasi di kampus, senat, kegiatan kemahasiswaan, atau
apapun yang membuat mereka berhubungan dengan orang-orang lain yang akan
melatih social skills mereka.
Suatu saat nanti mereka akan mengerti bahwa
kemampuan mereka
dalam teamworking dan leaderahip ternyata akan sama pentingnya dengan kemampuan
akademis mereka!
e) Tell them to build their agility
Last but not least, tell them to build
agility, by learning something new every time.
Dunia akan berubah begitu cepat, mereka
juga harus belajar dengan irama yang lebih cepat lagi.
Untuk melatih itu mereka harus selalu
mempelajari sesuatu yang baru.
Apa yang bisa mereka pelajari?
Anything! Bahasa asing, memasak, berkuda,
olahraga baru, menggambar, ...etc.
It does not matter WHAT they learn.
What matters is HOW they continuously stimulate their brain to learn something
new and to puck up new knowledge/skills.
This will be very useful in the future.
Jadi ingat, untuk lebih mempersiapkan
anak-anak anda untuk masa depan mereka, lalukan kelima langkah di bawah ini:
a) Find their passion
b) Help them draw their dream
c) Help your children to choose one
field with their passions and connect to their dream
d) They have to Build the emotional
and social intelligence
e) Tell them to build their agility
Salam hangat
Pambudi Sunarsihanto
(sekarang jadi VP HR di AQUA)