Sahabat pembelajar yang berbahagia, apakah Anda
pernah memperhatikan bahwa, pada berita yang ditayangkan TV kita lebih banyak
berisi kabar negative, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada informasi positif
yang disajikan? Apakah benar demikian? Sebenarnya sih tidak juga, masih banyak
informasi bermanfaat yang tersaji, namun pikiran kita memang lebih suka
mendengar kabar buruk.
Menurut Dr. Rick Hanson dalam
bukunya Hardwiring Happiness (Penginstalan Kebahagiaan), kita
memiliki apa yang disebut bias negatif. Sejak awal terlahirnya peradaban umat
manusia di muka bumi ini, kita selalu tertarik pada informasi negative,
dibandingkan dengan yang positif.
Tapi jangan khawatir, pilihan
tetap berada di tangan kita. Kita bisa mengatasi bias ini dan belajar bahagia.
Untuk membantu Anda memahami hal
tersebut, berikut ini saya sajikan resume dari buku Dr. Hanson tersebut. Dalam
ringkasan buku ini, kita akan belajar tentang kecenderungan bawaan kita untuk
memperhatikan segala sesuatu yang mengganggu diri kita dan mengabaikan segala
sesuatu yang membuat kita tersenyum.
Kita akan mempelajari bagaimana
struktur otak dapat menciptakan pikiran bahagia atau sedih, dan bagaimana
menerapkan beberapa teknik sederhana dapat mendorong pemikiran positif dan memperkuat
kebahagiaan.
Buku Hardwiring Happiness ini
juga mengajarkan tentang:
• mengapa umpan balik positif sulit melekat dalam
pikiran Anda;
• bahwa
otak kita berfungsi seolah-olah sedang dikejar oleh pemangsa yang ganas; dan
• bagaimana mengingat rasa cokelat dapat membuat
Anda bersemangat saat sedang sedih.
Dr. Hanson membagi buku ini menjadi 8 bagian yang
dia sebut sebagai ide-ide.
Ide#1:
Memiliki pikiran bahagia atau sedih bergantung pada struktur otak Anda, tetapi
orang cenderung berfokus pada pikiran "buruk".
Ketika Anda tumbuh dewasa, apakah
Anda bergaul dengan semua orang dan mudah menyesuaikan diri? Atau apakah Anda
terus-menerus berada di pinggir lapangan, diejek dan mundur lebih jauh ke
pinggir? Bahkan jika Anda populer di halaman sekolah, Anda mungkin memiliki
beberapa kesamaan dengan mereka yang merasa diri mereka pecundang.
Hal ini terjadi karena pengalaman
buruk memicu emosi yang lebih kuat dan lebih berkesan daripada pengalaman baik.
Misalnya, coba Anda ingat
evaluasi pekerjaan terakhir yang Anda terima: Evaluasi itu mungkin dipenuhi
dengan pujian dan umpan balik positif. Tetapi terdapat satu kritik kecil saja,
anehnya Anda mungkin akhirnya justru terpaku pada kritik tersebut, alih-alih
semua pujian yang ada.
Begitulah kenyataan yang terjadi pada
kebanyakan orang, karena manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk berfokus
pada hal negatif daripada hal positif.
Seperti yang sudah dikatakan pada
awal tulisan ini, kecenderungan Anda untuk berfokus pada pikiran bahagia atau
sedih bergantung pada bagian tertentu dari otak Anda. Beberapa orang memiliki
apa yang oleh para ilmuwan disebut sebagai "amigdala bahagia".
Amigdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas respons emosional kita.
Penelitian menunjukkan bahwa
amigdala yang bahagia akan merangsang nukleus accumbens - bagian otak yang
mendorong kita untuk mencapai tujuan kita. Orang dengan amigdala bahagia
cenderung optimis, fokus pada peluang daripada kesulitan. Pada akhirnya,
pikiran positif ini dapat memperkuat keinginan kita untuk mengambil tindakan
dan mencapai tujuan kita.
Sayangnya, sebagian besar orang
memilih mengalami "amigdala sedih". Respon ini mengarah pada reaksi
berbasis rasa takut yang melepaskan kortisol dan adrenalin dalam aliran darah
dan membuat kita merasa cemas dan gelisah. Pada bagian berikutnya, kita akan
melihat lebih dekat pada tipe otak yang lebih suram ini dan mempelajari apa
yang bisa mengubah wajah cemberut menjadi wajah tersenyum.
Ide#2:
Otak manusia terus berkembang dan dapat berubah menjadi lebih baik - atau menjadi
lebih buruk.
Kemungkinan Anda pernah melihat
gambar otak manusia: Organ spons di kepala kita yang menyerupai kembang kol
yang aneh itu. Seperti yang pasti Anda ketahui, benda yang tampak aneh ini
sangat kompleks, terus belajar dan berkembang. Jauh dari entitas statis, otak
berubah sepanjang waktu. Faktanya, otak kita berubah sesuai dengan setiap
pengalaman yang kita miliki.
Hasil studi tahun 2000 oleh ahli
saraf Eleanor Maguire menemukan bahwa pengemudi taksi London memiliki benjolan
yang sangat besar di hipokampus mereka. Hipokampus adalah bagian otak yang
bertanggung jawab untuk memori dan orientasi visual dan spasial.
Benjolan itu bukanlah tumor otak.
Benjolan tersebut tumbuh sebagai pertanda bagian tersebut berkembang pesat
karena mereka harus menghafal jalan-jalan di London. Waktu itu armada taksi
belum dilengkapi dengan perangkat GPS seperti sekarang.
Jadi mau mau tidak mau para
pengemudi ini terus-menerus melatih neuron tertentu di area otak ini dan,
seperti otot, akhirnya neuron tersebut menjadi lebih besar dan lebih kuat.
Latihan seperti ini memungkinkan
otak kita bertumbuh dan berkembang, dan dengan cara yang sama kita juga bisa
melatih otak kita untuk bahagia.
Pada tahun 2013, psikolog Wil
Cunningham menemukan fakta bahwa anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang
gagal menyediakan lingkungan yang hangat dan penuh kasih dapat memicu munculnya
“amigdala sedih”. Kabar baiknya adalah, otak kita memiliki kemampuan
untuk kembali mempelajari kebahagiaan.
Psikolog yang bernama Stanley
Schachter membimbing kliennya melalui latihan mental di mana mereka
membayangkan dikelilingi oleh keluarga yang penuh kasih dan menerima penguatan
positif dari imajinasi tersebut.
Latihan berulang seperti ini
secara bertahap dapat mengubah struktur otak klien, dengan memperkuat
kemampuannya untuk merasakan kebahagiaan dan mengubah amigdala yang sedih
menjadi amigdala yang bahagia!
Jadi, jika otak kita dapat diatur
ulang untuk kebahagiaan, mengapa masyarakat modern dipenuhi dengan begitu
banyak orang yang sedih? Mari kita cari tahu jawabannya pada bagian berikutnya.
Ide#3:
Evolusi telah menciptakan otak yang memperbesar semua pemicu stres kecil dalam
kehidupan modern.
Coba ingat masa-masa Anda sekolah
dulu, jika saat itu Anda menjadi orang terakhir yang dipilih untuk bermain
sepak bola selama jam istirahat sekolah, Anda mungkin akan merasa kesal dan
kecewa. Aliran darah dibanjiri oleh hormon stres, jantung berdebar kencang, dan
itu terasa seperti masalah hidup atau mati, bukan sekedar adu popularitas
antar teman.
Reaksi manusia yang berlebihan
seperti itu sebenarnya muncul secara alamiah karena dalam proses evolusi
manusia, terbukti perasaan panik sering menyelamatkan nyawa. Selama perjalanan
sejarah manusia, ancaman kematian dan bahaya menyebabkan manusia memberi perhatian
khusus pada segala sesuatu yang tidak menguntungkan (sebagai tindakan
pencegahan).
Pada zaman prasejarah, manusia
selalu berada di bawah ancaman serangan kekerasan, baik oleh orang lain atau
oleh pemangsa liar. Pada masa itu kelangsungan hidup manusia memang selalu
terancam. Saat ini, otak kita masih menyimpan jejak dari masa-masa menakutkan
tersebut, dan telah berevolusi untuk menemukan penyebab kecemasan yang
berpotensi muncul di sekitar kita.
Fenomena ini menjelaskan mengapa
wajah yang tidak ramah, suara keras, atau mobil yang melaju kencang dapat
membuat kita Kaget. Ternyata kita tetap memberikan perhatian khusus pada
hal-hal yang berpotensi berdampak negatif.
Tapi itu belum semuanya. Stres
permanen dalam kehidupan modern terus-menerus mengaktifkan ketakutan manusiawi
kita akan kematian.
Apakah itu berupa ketakutan
menghadapi perampok bersenjata atau sekedar tenggat waktu pekerjaan yang
menegangkan, koneksi saraf yang sama telah diaktifkan. Ujung-ujungnya adalah
munculnya stress yang mengungkung hidup kita. Kita khawatir tentang uang,
tentang pekerjaan, tentang politik, tentang hubungan dengan pasangan atau
tetangga, tentang covid, tentang apa pun!
Bagi otak kita, hal ini terasa
seolah kita menghabiskan sepanjang hari dikejar oleh harimau bertaring tajam
berusia 10.000 tahun. Pada dasarnya, otak kita berfungsi seolah-olah hidup kita
terus-menerus berada dalam bahaya, dan sekali lagi, hal ini membuat kita
berfokus pada semua hal negatif.
Ide#4:
Manusia memiliki bias negatif yang sangat memengaruhi mereka, tetapi relaksasi
dapat membawa kebahagiaan
Sejauh ini kita telah belajar
banyak tentang bagaimana dan mengapa otak kita berfokus pada aspek negatif
kehidupan. Tetapi kecenderungan ini sebenarnya sangat umum sehingga disebut
bias negatif. Kita bisa melihat bias ini di berita malam, sore atau bahkan
berita pagi. Setiap episode dimulai dengan berita buruk yang menarik perhatian.
Kita hanya terpesona oleh cerita gempa bumi yang tragis atau tindakan kriminal
yang kejam. Runyamnya berita buruk semacam itu sangat mempengaruhi kebahagiaan
kita.
Setiap kali kita dihadapkan
dengan input negatif, sistem saraf kita terus waspada. Faktanya, tubuh kita
akan bereaksi seolah-olah kejahatan dan tragedi yang kita lihat benar-benar
terjadi pada diri kita.
Masukan negatif ini mengaktifkan
respons figh or flight, hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dilepaskan
ke aliran darah sehingga sumber energi kita terkuras untuk mempersiapkan diri
bereaksi cepat terhadap ancaman yang dirasakan. Secara alami, pikiran kita
jatuh ke dalam kondisi cemas.
Akibatnya, kita cenderung
bereaksi terhadap masukan negatif - berita buruk, lalu lintas jalan raya,
tantangan di tempat kerja - dengan ketakutan atau perilaku yang agresif.
Itulah kenapa kita marah-marah di
jalan raya ketika jaaln kita dipotong pengemudi lain, kemudian dengan panik
kita membunyikan klakson mobil, bahkan berteriak.
Di sisi lain, kita dapat
menggunakan masukan positif untuk membantu kita menjadi lebih sehat dan lebih
rileks. Dr. Hanson menceritkan kisah salah satu kliennya yang berhasil
memerangi serangan panik dengan pergi ke kebunnya. Kapanpun dia merasa panik,
dia akan keluar beberapa menit untuk menenangkan dirinya dan ditenangkan secara
alami.
Pengalaman menenangkan ini
membantu mengendurkan sistem saraf dengan memperlambat detak jantung,
menurunkan tekanan darah, dan bahkan mendorong pencernaan yang baik. Semua ini
membantu mengurangi stress dan pola pikir agresif.
Ide#5:
Ada cara untuk secara sadar mencari aspek-aspek positif dari kehidupan.
Pernahkah Anda menyadari diri
Anda menikmati momen kebahagiaan yang langka dan memperhatikan hal-hal yang
tidak Anda miliki sebelumnya? Anda mungkin tiba-tiba memperhatikan bahwa
burung-burung berkicau, bunga-bunga bermekaran, dan kehidupan tampak baik-baik
saja. Nah, momen menyenangkan seperti itu bisa diusahakan agar menjadi tidak
terlalu langka.
Membawa masukan positif ke dalam
keseharian Anda sebenarnya bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Misalnya,
saat Anda menyelesaikan tugas, bahkan tugas kecil seperti menjawab email,
jangan langsung beralih ke tugas berikutnya. Berhentilah sejenak dan sadari
bahwa Anda telah mencapai tujuan dan biarkan diri Anda merasa senang karenanya.
Anda juga bisa meluangkan waktu
di pagi hari untuk membuka jendela dan menghirup udara segar. Biarkan masukan
positif meresap ke dalam diri Anda, kemudian secara sadar memulai hari dengan
kebahagiaan itu dan biarkan diri Anda mempertahankan kerangka berpikir itu
sepanjang hari.
Pada awalnya, Anda mungkin
memerlukan beberapa penanda khusus untuk membantu Anda mengenali masukan
positif semacam itu. Salah satu caraya adalah dengan membuat “Good Year Box.”.
Idenya sangat sederhana, di penghujung hari luangkan waktu untuk memikirkan
setidaknya satu hal positif yang telah terjadi, kemudian tuliskan di selembar
kertas dan letakkan ke dalam kotak tersebut.
Cara sederhana ini akan melatih
otak Anda untuk mengenali alasan Anda merasa bahagia. Dan, di akhir tahun, Anda
dapat membuka kotak itu, membaca catatan Anda dan dengan senang hati
merenungkan semua pengalaman baik yang pernah Anda miliki.
Praktik bermanfaat lainnya adalah
memulai setiap pagi Anda dengan meluangkan waktu untuk berfokus pada sesuatu
yang positif. Gagasan ini mungkin sesederhana mengakui fakta bahwa Anda bangun
dalam keadaan sehat, atau bahwa Anda bangun di tempat yang tenang dan aman.
Latihan-latihan ini akan membantu
Anda melepaskan segala hal negatif yang mungkin Anda rasakan dan melatih
pikiran Anda untuk fokus pada hal-hal yang dapat Anda syukuri.
Ide#6:
Kita dapat melawan bias negatif kita dengan memperkuat pengalaman positif kita.
Pernahkah Anda melihat
pemandangan indah atau mengagumi matahari terbenam yang menakjubkan dan
merasakan keinginan untuk menghentikan waktu, agar bisa mempertahankan momen
itu selamanya? Nah, kita bisa melakukan hal semacam itu!
Sungguh, kita bisa melakukan ini
persis dengan semua pengalaman positif kita, bahkan yang terkecil sekalipun.
Meskipun berpikir positif bukanlah ide baru, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa kita dapat mengubah bias negatif otak kita menjadi bias positif dengan
memperkuat pengalaman positif kita. Dan Anda dapat memperkuat pengalaman
positif apa pun hanya dengan meluangkan waktu untuk menghidupkannya kembali dan
menikmatinya.
Coba latihan ini: munculkan
ingatan ketika Anda sedang menikmati makanan favorit Anda. Memori ini mungkin
semewahnya makan malam di restoran besar atau sesederhana es krim vanila
favorit Anda. Sekarang, coba bayangkan kenikmatan yang diberikan makanan itu
kepada Anda.
Saat Anda melakukan latihan ini,
pertahankan pengalaman mental ini selama Anda bisa. Pertahankan perasaan nikmat
dan bahagia itu; jika Anda teralihkan, coba bawa diri Anda kembali. Anda dapat
melakukan latihan ini untuk memperkuat pengalaman positif apa pun dan membantu
mengarahkan diri Anda ke bias positif.
Kita telah melihat bagaimana
pikiran kita memprioritaskan masukan negatif, jadi kita harus secara sadar
berusaha untuk tetap berpikir positif.
Untuk lebih memperkuat pengalaman
positif Anda, ubah sikap Anda dan luangkan waktu untuk hal-hal yang baik.
Misalnya, Anda kesulitan
membangunkan anak dari tempat tidur dan menyiapkan mereka untuk sekolah.
Alih-alih menjadi frustrasi dan memarahi mereka, cobalah pendekatan yang
positif. Berbaringlah bersama mereka dan bujuklah mereka untuk bangun dari
tempat tidur dan menikmati indahnya hari itu.
Ide#7:
Kebahagiaan dapat menyembuhkan trauma masa lalu dan memperbaiki perasaan sakit
dan duka.
Mari kita hadapi kenyataan ini:
hidup bisa menjadi keras. Masa kecil yang sulit atau traumatis kehilangan orang
yang dicintai adalah pengalaman menyakitkan yang mesti dijalani. Tapi akan
selalu ada harapan. Bahkan momen kecil yang dihabiskan dengan hewan kesayangan
dapat membantu menyembuhkan luka lama.
Mungkin ini pendapat klise, bahwa
pengalaman positif baru membantu kita mengatasi trauma lama - bahkan yang telah
menghantui kita sejak masa kanak-kanak.
Bahkan dalam situasi terburuk
dalam hidup, kebahagiaan dapat menyembuhkan rasa sakit dan kesedihan.
Dalam buku ini dikisahkan tentang
seorang wanita yang kehilangan kucing kesayangannya. Pada awalnya dia merasa
sangat terpukul, dan menghabiskan hari-hari dengan penuh kesakitan dan
kesedihan. Tapi kemudian dia mulai mencari cara untuk menjadi positif.
Dia mengemukakan ingatannya
tentang semua pengalaman positif yang dia alami dengan kucingnya dan
menikmatinya, kemudian membiarkan perasaan positif ini meresap setidaknya
selama 30 detik. Dia mengulangi cara ini, dan hal ini secara bertahap
menyembuhkan luka yang disebabkan oleh kehilangan kucing tersebut.
Ide#8:
Dengan menciptakan pengalaman positif baru, hidup Anda akan lebih bahagia dan
jauh lebih menyenangkan.
Bertentangan dengan pendapat
beberapa orang, kebahagiaan tidaklah terbatas. Sebenarnya, tidak ada batasan
jumlah pengalaman positif yang dapat kita ciptakan untuk diri kita sendiri agar
membantu mengubah pikiran kita menuju kebahagiaan hakiki.
Jika Anda membutuhkan pengalaman
positif untuk diperkuat, Anda dapat membuatnya dengan membayangkan diri Anda
berada di tempat yang selalu ingin Anda kunjungi atau berselancar di ombak laut
yang sempurna. Atau Anda dapat meningkatkan peluang untuk mendapatkan
pengalaman baru dengan sekedar mengambil rute baru antara rumah dan kantor,
yang belum pernah Anda ambil sebelumnya guna memperhatikan hal-hal baru.
Faktanya, menemukan kesenangan dalam
detail yang tidak pernah Anda sadari adalah cara yang bagus untuk menciptakan
kepositifan.
Pengalaman seperti ini juga dapat
membantu kita mengatasi ketakutan kita. Bahkan Dr, Hanson menceritakan
pengalamannya ketika merasa sulit masuk perguruan tinggi: Dia pemalu dan
dibebani dengan pengalaman bullying masa lalu. Jadi, ketika teman sekamarnya
mengundangnya untuk berkumpul dengan sekelompok gadis, dia tidak terlalu
bersemangat.
Tetapi dia memaksakan diri dan
malam itu menjadi luar biasa, dia menciptakan pengalaman positif baru yang
membantunya mengatasi ketakutannya terhadap situasi sosial. Di hari-hari
berikutnya dia bisa mengulang acara tersebut untuk memperkuatnya dan
membantunya tetap bahagia.
Terkadang pengalaman kebahagiaan
ini bisa berasal dari niat baik. Ahli saraf Jorge Moll menemukan bahwa
orang yang memberi uang untuk tujuan baik akhirnya lebih bahagia. Studi tahun
2006 menunjukkan bahwa pusat penghargaan di otak bekerja lebih tinggi pada
orang-orang altruistik dibandingkan mereka yang pelit dengan uang mereka.
Ternyata, bersikap altruistik itu
banyak manfaatnya. Dengan merasa bahagia untuk seorang teman yang memiliki
pengalaman positif, daripada merasa cemburu atau terancam, Anda akan
melipatgandakan kebahagiaan Anda sendiri. Lagi pula, berbagi kebahagiaan jauh
lebih menyenangkan daripada mencoba menimbunnya.
Dr. Hanson memberikan sebuah
kesimpulan menarik, menurutnya otak kita bersifat seperti teflon ketika
mengalami peristiwa positif dan bersifat seperti velcro ketika mengalami
peristiwa negative. Untuk mengatasinya maka, setiap kali merasakan pikiran atau
mengalami peristiwa negatif, segera ingat minimal 5 peristiwa yang memberikan
pikiran positif.
Semoga bermanfaat
Tabik
-haridewa-
Professional
Hypnotherapist
Happy
Counsellor
#thecafetherapy
#mindfultherapy
#ihtc