MENINGKATKAN TINGKAT LITERASI INDONESIA
Yang harus
dilakukan untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia
September 22, 2017
Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi
anak-anak dan orang dewasa di Indonesia sangat rendah.
Kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak
Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan
hasil tes PISA (The Programme for International Student Assessment) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) pada 2016.
Sementara 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki kemampuan
memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk memahami informasi
dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks.
Data ini disimpulkan dari hasil penilaian PIAAC (The Programme for the
International Assessment of Adult Competencies), tes kompetensi sukarela
untuk orang dewasa yang berusia 16 tahun ke atas.
Kemampuan Literasi di Indonesia
Pada 2014-2015, Indonesia secara sukarela juga mengikuti PIAAC
yang diselenggarakan oleh OECD. Penilaian PIAAC ini meliputi literasi,
kemampuan angka dan kemampuan memecahkan masalah.
Berdasarkan laporan berjudul “Skills
Matter” yang dirilis OECD pada tahun 2016, berdasarkan tes PIAAC, tingkat
literasi orang dewasa Indonesia berada pada posisi terendah dari 40 negara yang
mengikuti program ini.
Tes PIAAC, menemukan bahwa hanya 1% orang dewasa di Jakarta yang
memiliki tingkat literasi yang memadai (Level 4 dan 5). Orang dewasa dengan tingkat literasi level 4 dan 5 dari tes PIAAC, dapat mengintegrasikan, menafsirkan, dan
mensintesis informasi dari teks yang panjang yang mengandung informasi yang
bertentangan atau kondisional. Dan hanya 5.4% orang dewasa di Jakarta
memiliki tingkat literasi pada level 3, yaitu dapat menemukan informasi dari
teks yang panjang.
Mengapa tingkat literasi Indonesia rendah?
Terakhir faktor rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia.
Menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat
Statistik (BPS) sampai 2015 pembaca surat kabar hanya 13,1%, sementara penonton
televisi mencapai 91,5%.
Rendahnya minat membaca ini antara lain terjadi sejak
kemerdekaan akibat dihapuskannya secara bertahap buku bacaan wajib di sekolah.
Dulu di era sebelum kemerdekaan pelajar AMS (sekolah setara SMA untuk pribumi
di zaman pendudukan Belanda) diwajibkan membaca 25 judul buku dan pelajar HBS
(sekolah setara SMA untuk anak Eropa dan bangsawan pribumi) sebanyak 15 judul
buku.
Dampak Literasi Rendah
Berdasarkan laporan UNESCO
yang berjudul “The Social and Economic Impact of Illiteracy” yang dirilis
pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau
penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses
pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan
terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.
Berdasarkan laporan Bank Dunia tingginya kesenjangan di
Indonesia saat ini sebagian besar disebabkan kesenjangan keterampilan (skill
gap) yang tentunya terjadi karena rendahnya tingkat literasi.
Oleh
karena itu kunci dalam meningkatkan produktivitas bangsa dan menurunkan angka
kemiskinan serta menurunkan tingkat kesenjangan terletak pada keberhasilan kita
dalam mengatasi masalah literasi.
Baca selengkapnya di:
http://theconversation.com/yang-harus-dilakukan-untuk-meningkatkan-tingkat-literasi-indonesia-83781
No comments:
Post a Comment