Wednesday, September 30, 2020

GUBENUR LEMHANAS

Gubernur Lemhanas: Isu Komunisme Dimunculkan untuk Kepentingan Politik – Jurnasnews - 2020/09/29 17:27

Jakarta, Jurnas.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Letjen TNI (purn) Agus Widjojo menilai isu tentang komunisme atau PKI sengaja dimunculkan untuk memenuhi hasrat politik semata.

Kata Agus Widjojo, polemik tentang kebangkitan komunisme atau PKI yang menguat setiap jelang 30 September hanya menguras serta mengorbankan tenaga dan pikiran generasi muda bangsa.

"Karena kemunculan berulang pada saat yang tetap itu, sulit dipungkiri bahwa isu tersebut sengaja dimunculkan untuk kepentingan politik," kata Agus dalam webinar tentang `Penggalian Fosil Komunisme untuk Kepentingan Politik?` yang digelar Political and Public Policy Studies (P3S) pada Selasa (29/9/2020).

Diskusi itu menghadirkan Direktur Eksekutif Amnesty Usman Hamid, Direktur Eksekutif P3S Jerry Massie, Direktur Eksekutif LKIP Eduard Lemanto, Peneliti Senior CSIS J Kristiadi, dan moderator Frederik Bios.

Agus menyadari sejarah tentang PKI atau komunisme tidak bisa dihilangkan karena berhubungan dengan pikiran orang yang sulit untuk ditebak. Ada juga pengalaman perseorangan tentang PKI sehingga membuat tulisan, memoar buku, atau mengadakan pertemuan dengan teman senasib pada zaman dulu. Di samping itu, ada yang menganggap dirinya anti-PKI merasa hal tersebut sebagai sebuah kebangkitan dari komunisme.

Dijelaskan Agus, sebenarnya konstitusi negara sudah sangat tegas dan jelas mengatur tentang larangan PKI. Tapi MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang Kejahatan Terhadap Keamanan Negara sudah cukup kuat untuk mengebiri perseorangan atau paham komunis diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, tegasnya, memperdebatkan tentang PKI merupakan hal yang sia-sia dan hanya membawa bangsa ini jalan di tempat.

"Polemik yang menguras waktu tenaga dan pikiran dari aset bangsa yang sebenarnya diperlukan meningkatkan efektivitas usaha pembangunan nasional. Terasa sekali apabila sebuah postingan di sebuah media sosial ada provokatif direspons secara defensif oleh pihak yang berlawanan, maka proses balas membalas ini tidak ada habisnya. Dan terkadang juga argumentasi dari proses balas membalas postingan itu sangat tidak logis dan hanya bersifat terkadang juga sindiran kepada pengirimnya dan keluar dari substansi," kata dia.

Lebih lanjut kata Agus, paham komunis merupakan antitesis dari kapitalisme. Komunisme bertujuan untuk mengatasi kemiskinan, pengangguran dan pengungsian, sebagai sistem dari hasil masa lalu. Karena itu, Agus menyarankan untuk menghadapi kebangkitan komunisme lebih baik menghilangkan segala isu yang berkaitan tentang kemiskinan dan pengangguran.

"Jadi bisa dikatakan di samping kita kewaspadaan yang langsung kita tujukan kepada ideologi komunisme, yang paling penting dan lebih penting adalah bagaimana pembangunan kita itu bisa memberikan untuk mengatasi kemiskinan pengangguran pengungsian, dan lebih penting lagi adalah di antara rakyat," jelas Agus.

Agus menganggap sejarah bangsa tentang PKI tidak bisa disimpulkan sebagai bagian untuk memposisikan mana pihak yang salah dan mana yang benar. Agus juga mengingatkan jawaban tersebut juga tidak perlu proses akademik. Agus juga menilai mewarisi polemik itu hanya akan merugikan generasi muda.

"Polemik semacam ini yang tidak mengandung pengertian akademik intelektual, tetapi lebih bersifat politis untuk menghancurkan lawan," tandas dia.

THE POWER OF LOVE

Pagi itu RS sangat sibuk. Sekitar jam 09:30 seorang pria tua berusia 70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya.  Petugas menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu. Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-2 melirik ke jam tangannya.

Sambil menangani lukanya, petugas bertanya: "Apakah bapak punya janji lain hingga tampak terburu-buru..?"

Lelaki tua itu menjawab : "Tidak, bapak hendak ke RS  jompo utk makan siang bersama istriku..", seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu ditanya: "Apakah ibu akan marah kalau bapak datang terlambat ??

Bapak: "Istriku sudah tidak lagi dapat mengenaliku sejak 5 tahun terakhir..."

Deg...si petugas sangat terkejut dan berkata, "Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi ??"

Bapak itu tersenyum.., tangannya menepuk tangan petugas sambil berkata: "Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia kan ??" Petugas itu menahan air mata sampai bapak tua  itu pergi.....

Cinta kasih seperti itulah yang kita harapkan dalam hidup.

CINTA sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi dan yang akan terjadi. Serta ia memegang teguh atas pilihannya.

Kisah bapak tua ini menyampaikan pesan penting bahwa :

Orang yang bahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.

Hidup bukanlah sekadar berjuang menghadapi badai, tapi menikmati badai itu sendiri dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah dianugerahkan oleh-Nya kepada kita.. 

Tetap SEMANGAT. 

HUJATAN TAHUNAN

Oleh : Dahlan Iskan

(Guru di Tiongkok mengenalkan dan mengajarkan soal sejarah Partai Komunis)

SETIDAKNYA kita masih bisa menyalah-nyalahkan komunis setahun sekali – setiap akhir September. Untung, komunisme di Indonesia memperlihatkan tabiat yang buruk di masa lalu. Yang bisa kita hujat kapan kita memerlukannya.

Sayangnya, komunis yang berkuasa di Tiongkok agak berbeda: ia jenis komunis yang bisa mengentas kemiskinan massal dan membawa kemakmuran massal. Pun dalam waktu yang relatif singkat.

Masih ada untungnya: Uni Soviet yang dikuasai komunis bubar. Eropa Timur yang dikuasai komunis sudah insyaf.

Kita bisa punya contoh bahwa komunis memang layak kita buang.

Untungnya lagi komunis Korea Utara membawa negara itu miskin papa. Juga Kuba. Demikian juga Laos – sampai-sampai ibu kota negara Laos itu hanya mirip kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dengan contoh-contoh itu kita masih bisa menjelek-jelekkan komunis di negara lain.

Sayangnya, Vietnam dan Kamboja kelihatan sekali sedang menggeliat. Besar sekali tanda-tanda dua negara itu akan maju.

Kita yang anti-komunis jadi seperti akan kehilangan bahan untuk menjelekkan komunisme di Asia Tenggara. Apalagi kalau kita yang anti-komunis ternyata gagal mengentas kemiskinan.

Kalau kita yang anti-komunis ini gagal membuat kemakmuran, kita tambah sulit untuk bisa memojokkan komunis.

Saya belum pernah ke Kuba. Saya tidak bisa melihat apakah kemiskinan di Kuba sekarang ini akan menjadi kemiskinan permanen.

Tapi saya pernah ke Korea Utara. Seminggu saya di sana. Awal tahun lalu. Saya mengamati perkembangan Korut dari dalam. Saya merasakan getaran yang kuat di sana: seperti tidak sabar ingin segera maju. Hanya saja Korut terhambat sanksi internasional yang diprakarsai Amerika.

Kalau Vietnam, Kamboja, dan Korea Utara pada akhirnya bisa maju seperti Tiongkok, maka jangan-jangan opini dunia akan berubah: komunisme itu lambang kemakmuran dan kemajuan dunia.

Gabungan daratan Tiongkok-Korut-Vietnam-Kamboja akan menjadi wilayah komunis yang luas di Asia Timur sampai Indochina.

Kawasan itu akan bertetangga dengan pulau-pulau kecil yang makmur berkat demokrasi: Jepang. Ditambah satu semenanjung Korea Selatan.

Sayang sekali, sekali lagi sayang, komunis di Tiongkok bisa membawa kemakmuran. Negara-negara demokrasi pun menjadi agak sulit menyudutkan komunis. Beruntung kita yang di Indonesia masih bisa menyalah-nyalahkan PKI terus-menerus – setidaknya setiap akhir September.

Amerika Serikat adalah negara kampiun anti-komunis. Tapi kelihatan sekali Amerika lagi gelisah sekarang ini: bagaimana kemajuan panglima anti komunis lagi dikejar komunis. Pengejeran itu kian dekat pula: 10 tahun lagi Tiongkok nomor satu di dunia – menggeser Amerika.

Kalau Tuhan merestui.

Memang Tiongkok sedang berlari dengan lekas. Tapi apakah itu karena Amerika lagi melambat?

Panasnya keadaan menjelang Pemilu di Amerika sekarang ini setidaknya cermin dari kegelisahan itu.

Kelompok tertentu di sayap kanan – yang mendukung Trump – lagi menyiapkan konsep baru. Yakni agar lembaga kepresidenan di Amerika bisa lebih berkuasa. Bisa lebih kuat. Agar seorang presiden bisa membuat keputusan cepat - untuk jangan sampai terkejar Tiongkok.

Kelompok itu, dimotori Menlu Mike Pompeo dan Jaksa Agung William Barr, juga menginginkan agar pemerintah pusat (pemerintah federal) bisa lebih kuat di mata pemerintah daerah (negara bagian).

Sekarang ini pemerintah pusat juga lagi ingin memperkarakan wali kota Seattle. Sang wali kota dianggap melakukan pembiaran. Bagaimana bisa, penduduk enam blok di kota itu memisahkan diri dari Pemda. Untuk menjadi kawasan Unincorporated – tidak boleh ada polisi masuk ke kawasan itu.

Pemerintah pusat juga lagi menyiapkan berbagai gugatan kepada kepala daerah yang membiarkan demo-demo. Padahal, kata Barr, Pemda bisa mengenakan pasal pidana ''melakukan provokasi'' kepada para pendemo itu.

Tapi untuk bisa mengubah Amerika, kelompok ini memerlukan kemenangan Pemilu di banyak cabang kekuasaan: Presiden Donald Trump harus menang Pilpres lagi. Senat (DPD) harus tetap dikuasai Republik. House (DPR) harus direbut dari Demokrat.

Dan Mahkamah Agung harus diisi orang-orang yang pro Trump.

Karena itu Trump segera mencalonkan hakim agung yang baru, – Amy Coney Barrett yang konservatif – untuk mengganti Ruth Bader Ginsburg yang baru saja meninggal dunia.

Karena itu Pemilu sekarang ini amat hidup-mati bagi kelompok kanan.

Kekuasaan presiden yang terbatas seperti sekarang dianggap menghambat kemajuan. Trump kelihatan begitu iri kepada Xi Jinping –yang semua kata-katanya harus terwujud di lapangan.

Demikian juga betapa kesal Trump melihat pemerintah pusat yang tidak bergigi di mata negara bagian.

Maka Pilpres sebulan lagi ini harus dimenangkan incumben. Bahkan Trump sudah nekad: tidak mau meninggalkan Gedung Putih kalau dikalahkan oleh Pemilu yang ia anggap tidak beres.

Trump sudah mencurigai Demokrat akan curang: lewat kartu suara yang dikirim dengan pos.

Trump juga bertekad akan melawan sistem penghitungan suara yang melebihi jam yang ditentukan. Ia akan minta Mahkamah Agung yang memutuskan syah tidaknya perhitungan suara itu.

Trump juga akan mengerahkan jaksa federal untuk menggugat semua negara bagian yang ia anggap penghitungan suaranya tidak beres.

Ia sudah menemukan bukti awal: ada 9 surat suara yang  masuk ke tempat sampah. Semua suara itu dikirim lewat pos. Tujuh di antaranya memilih Trump. Yang dua lagi tidak jelas untuk siapa.

Surat suara di tempat sampah itu ditemukan di negara bagian Pennsylvania. Yang dulu Trump menang di sini. Yang diramalkan, sesuai hasil survei, kali ini Trump pasti  kalah.

Maka sekarang ini di Amerika  mulai muncul kekhawatiran Pemilu kali ini akan rusuh.

Semoga tidak. Kita sudah telanjur berkiblat ke Amerika. Demokrasi kita pun sudah telanjur ikut cara Amerika.

Maka negara Buddha seperti Thailand, Myanmar,  Srilanka, Nepal dan Butan kini juga harus waspada dengan komunis: apakah ajaran Buddha bisa bersaing dengan komunis dalam memakmurkan rakyat.

Negara Hindu seperti India juga harus mencari jalan agar Hindu bisa bersaing dengan komunis untuk membuat negaranya makmur.

Demikian juga negara-negara Islam yang anti komunis. Harus bisa lebih baik dari komunis dalam memakmurkan rakyat. Kita sudah telanjur menghujat komunis setidaknya setiap tahun sekali. (Dahlan Iskan)

Monday, September 28, 2020

HALAMAN YANG HILANG

 

Seorang guru bertanya kepada muridnya tentang pelajaran sejarah dunia,

"Nak, siapakah Barack Obama itu?"

"Penjual es krim, Pak."

Guru tersebut terkejut mendengar jawaban muridnya. Ia bertanya sekali lagi. Si murid tetap memberi jawaban yang sama. 

Sang guru kembali mengulang pertanyaannya dengan jengkel, 

"Nak, bukankah biografi Barack Obama ada di buku paket. Apa kamu sudah membacanya?"

"Sudah, Pak. Barack Obama adalah penjual es krim..!"

Sang guru semakin emosi mendengar jawaban seperti itu. Ia perintahkan si murid mengeluarkan buku paket miliknya, dan membuka halaman tentang Obama.

Pada buku si murid, biografi Obama hanya ada satu halaman. Kisah hidup Obama berhenti pada saat masih remaja, di usia 16 tahun ia memperoleh pekerjaan sebagai pelayan kedai es krim di kota Honolulu, negara bagian Hawaii.

Guru tersebut menyadari ternyata pada buku si murid, halaman kedua hilang.

Mungkin tersobek tidak sengaja, atau bisa jadi memang dari penerbit buku tersebut halamannya kurang selembar.

Pantas ia tidak tahu kelanjutan sejarah hidup Obama hingga menduduki kursi presiden ke-44 di Amerika.

Guru tersebut benar, ketika ia mengatakan bahwa Barack Obama adalah presiden. Karena kenyataannya memang demikian.

Tetapi muridnya juga benar. Karena sejauh yang ia baca, Obama adalah penjual es krim. 

Jadi dalam cerita tersebut keduanya sama-sama benar. 

Lalu mengapa terjadi perselisihan...??

Karena sang guru tidak menyadari bahwa ada halaman yang hilang. Begitu ia tahu, akhirnya ia memaklumi jawaban murid tersebut. 

Saudaraku...

Apa yang terjadi dalam kehidupan kita sejatinya juga serupa dengan kisah ini.

Hampir semua perbedaan pendapat antara dua orang, sebenarnya hanya disebabkan karena adanya "halaman yang hilang", adanya perbedaan pengetahuan dan pemahaman.

Saat seorang suami berselisih dengan istrinya, redamlah dulu emosi.  Sebab yang perlu kita cari tahu adalah dimana "halaman yang hilang" itu.?

Ketika orang tua berseberangan dengan anaknya, carilah dulu "halaman yang hilang" tersebut. Bukan langsung melampiaskan kemarahan kepada anak.

Karena dalam perbedaan pendapat bukan berarti ada yang benar dan ada yang salah. Bisa jadi kedua pendapat benar. Namun menjadi berbeda, karena ada "halaman yang hilang" di antara keduanya.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: 

وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ 

"Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu (emosi), karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah (yang benar)" ~ QS 38 - Shaad : 26 ~

Saturday, September 26, 2020

BERENANG TENGGELAM

Oleh: Dahlan Iskan

Sabtu, 26 September

SETELAH vaksin Covid-19 ditemukan, ternyata kita tidak boleh egois minta untuk divaksinasi duluan. Pun seandainya WHO sudah mengumumkan vaksin buatan Tiongkok akan diizinkan beredar.

Padahal berita gembira itu belum sepasti itu –meski pun kelihatannya akan menuju ke sana. Sampai-sampai sudah membuat harga saham tiga perusahaan farmasi BUMN melejit tiba-tiba di bursa saham Jakarta. Naik luar biasa: sekitar 30 persen. Yakni Indofarma, Kimia Farma, dan Paphros.

Sedang saham perusahaan farmasi swasta seperti Kalbe Farma tetap jalan di tempat.

Dan ilmuwan wanita India ini tiba-tiba dapat simpati luas di Tiongkok –meski dua negara itu lagi bersitegang di perbatasan.

Ilmuwan India itulah yang kemarin disebut-sebut  membuat pengumuman yang melegakan Tiongkok: WHO sudah menyetujui vaksin buatan Tiongkok.

Padahal yang disampaikan Soumya baru tahap harapan agar kalau nanti diizinkan baiknya Tiongkok membuka kesempatan ke seluruh dunia untuk bisa mendapatkan vaksin tersebut.

Tapi ucapannya memang penuh harapan. Apalagi ia ilmuwan senior di WHO.

Nama ilmuwan itu: Soumya Swaminathan Yadav. Jabatannya: ilmuwan WHO. Dia tetap jadi ilmuwan WHO meski baru pensiun sebagai pejabat tinggi di WHO.

Dia seorang wanita. Umur 60 tahun. Lahir di Chennai India. Satu keluarga ilmuwan semua. Bapak-ibunyi pasangan sama-sama profesor. Kakak-adiknyi profesor. Suaminyi juga profesor.

Sebelum persetujuan itu  diumumkan, kini WHO harus  mengatur kapan vaksinasi boleh dilakukan di seluruh dunia.

Masing-masing negara tidak boleh berebut duluan.

Itu menyangkut masalah strategi pemberantasan pandemi sedunia. Agar Covid-19 lenyap dari muka bumi.

Prinsip ilmiahnya: vaksinasi itu harus dilakukan serentak dalam waktu yang sama.

Kenapa kita tidak boleh berebut duluan melakukan vaksinasi?

Itu karena daya tahan imunisasi itu terbatas. Sekitar 1 tahun. Setelah itu imun kita terhadap Covid-19 habis. Saat imun habis itu tidak boleh ada virus Covid-19 yang masih gentayangan di dalam tubuh sebagian orang. Bisa jadi virus itu menyerang lagi dengan serangan yang lebih ganas.

Demikian juga imun yang sudah muncul setelah seseorang sembuh dari Covid-19. Mereka tidak imun selamanya. Saya belum menemukan literatur berapa lama imunitas seseorang yang sembuh dari Covid bisa bertahan. Ada yang bilang 3 bulan. Ada yang bilang 6 bulan. Mungkin tergantung kondisi badan masing-masing. Ada orang yang ”boros” imun. Ada juga yang ”hemat”. Pun ada yang saat terkena Covid imunnya muncul dalam jumlah besar. Ada yang kemunculan imunnya tidak banyak.

Manusia begitu dibuat berbeda-beda.

Tapi dalam hal imunisasi Civid-19 ini semua harus taat pada aturan bersama –yang dibuat WHO.

Ada istilah yang bisa menyadarkan kita untuk tidak egois: kita ini akan berenang bersama atau tenggelam bersama.

Kalau sebagian dari kita melakukan vaksinasi duluan, kelihatannya kita hebat: tetap bisa berenang menuju pantai. Sedang yang lain tenggelam. Tapi akhirnya kita akan tenggelam juga sebelum sampai di pantai.

Vaksinasi harus bersamaan waktu. Tentu tidak harus di tanggal dan jam yang sama. Setidaknya dalam satu kurun. Misalnya, harus selesai seluruh dunia dalam waktu 1 tahun.

Gerakan vaksinasi sudah harus selesai mencapai 70 persen penduduk tiap-tiap wilayah sebelum kelompok yang pertama divaksinasi kehabisan imunitasnya.

Masalahnya begitu jelas: dari mana negera miskin bisa beli vaksin untuk setidaknya 70 persen penduduknya.

Kali ini negara kaya tidak bisa mentang-mentang kaya. Itulah sebabnya semua teman saya di Tiongkok belum ada yang vaksinasi. Padahal, semula, saya menduga mereka akan vaksinasi duluan.

WHO sudah mendata: ada 92 negara yang tidak mampu membeli vaksin. Kalau mereka dipaksa untuk membeli vaksin, bisa-bisa mereka mati duluan sebelum vaksin tiba: mati kelaparan.

Yang mampu mandiri  hanya 80 negara. Tiongkok, Rusia, Amerika sudah menyatakan bisa beli sendiri. Tentu juga Indonesia?

Untuk 92 negara miskin tersebut diperlukan dana 15 miliar dolar. Sekitar Rp 20.000 triliun. Dana yang ada di WHO baru terkumpul 3 miliar dolar.

Sekaya-kaya Bill Gate, sumbangannya hanya cukup untuk membeli 300 juta unit.

Padahal sebelum jatah untuk negara-negara miskin tersebut tersedia, vaksinasi tidak bisa dimulai.

Ups… Ini yang tidak kita bayangkan sebelumnya. Tapi ini juga sekaligus membuat kita untuk lebih sabar.

Kita ingin bisa berenang bersama.

Entahlah kalau  Donald Trump –yang memutuskan Amerika keluar dari WHO– akan berenang sendirian, menuju Wuhan.

https://memorandum.co.id/berenang-tenggelam/

Thursday, September 24, 2020

VAKSIN BANDUNG

Jum’at legi 24 July 2020

Oleh : Dahlan Iskan

Mengapa Tiongkok bisa begitu cepat menemukan vaksin anti-Covid-19?

Faktor utamanya adalah: virus itu sendiri ditemukan kali pertama di sana. Di kota Wuhan kan? 

Itu membuat ilmuwan di sana bisa segera mendapatkan 'contoh' virusnya seperti apa. Virus itu lantas diteliti dari berbagai sudut. Jenisnya. Hidupnya. Cara berkembangnya dan seterusnya.

Jenisnya pun segera diketahui: jenis corona. Tapi ini bukan corona-corona yang sudah kita kenal. Ini corona baru. Karena itu disebut 'novel corona'. Artinya: corona jenis baru. Lalu dinamakan Covid-19 karena munculnya di akhir tahun 2019.

Itulah sebabnya vaksinasi corona biasa - -yang disuntikkan ke jemaah haji itu-- tidak bisa untuk corona jenis baru ini.

Masih ingatkah tulisan DI’s Way tentang lab di Shanghai yang ditutup pemerintah di awal munculnya Covid-19? Yang membuat Amerika marah itu? Yang Tiongkok dituduh menghancurkan bukti-bukti itu? (Baca juga: Tuduhan Konspirasi)

Penutupan itu semata-mata terkait dengan legalitas pembiakan virus. Jangan sampai virus ini diperdagangkan. 

Akan banyak sekali yang tertarik membeli bibit virus itu. Baik untuk tujuan mulia, tujuan jahat maupun sekedar untuk mendapat uang receh.

Tentu bahaya sekali. Bibit virus itu bisa lepas. Lalu menyebar tak terkendali. Tiongkok menutup paksa lab di Shanghai itu.

Saya ingat pertemuan saya dengan beberapa peneliti di Indonesia. Mereka merasa sangat sulit mendapatkan ”virus Covid-19” untuk bisa segera ikut meneliti.

Bagaimana bisa melakukan penelitian kalau tidak punya bahan baku yang harus diteliti. 

Tiongkok sudah punya bahan baku penelitian itu jauh-jauh hari. Nun sejak akhir Desember 2019. Setidaknya sejak awal Januari.

Bahkan ketika Covid-19 masuk Indonedia tiga bulan kemudian bukan berarti para peneliti bisa dengan mudah mendapatkan bahan baku itu. Tidak sembarang orang bisa mendapat izin untuk mengambil virus itu dari lab yang memeriksa pasien.

Saya pernah rapat-rapat dengan para peneliti independen dari IPB. Yang dipimpin Gus Hakiem, ahli genetika molekuler. 

Gus Hakiem mengusulkan proposal itu dengan cara menyuntik ayam yang berumur 24 minggu. Tiap minggu. Selama sebulan. Suntikan itu berisi antigen (suspensi Covid-19 yang sudah dinonaktifkan).

Rapat-rapat kami dilakukan jarak jauh. Yang kami bicarakan adalah: memproduksi makanan tertentu yang anti Covid-19. Didasarkan pada dampak penyuntikan antigen tadi pada kuning telur ayam tersebut. Mereka sangat ahli. Lalu memiliki teori ilmiah versi mereka itu. Tapi rapat-rapat itu terhenti ketika tidak mungkin bisa mendapat ”contoh” virus itu dari lab yang ada.

Tentu bisa saja dengan cara curi-curi. Tapi kami tidak akan melakukan itu. Begitu besar risikonya. Akhirnya saya minta maaf tidak bisa meneruskannya.

Sebenarnya saya ingin sekali ahli-ahli dari IPB itu bisa mewujudkan teori mereka: imunisasi pasif melalui antibodi nutraceutical oral. Lewat teknologi yang mereka sebut immunoglobulin yolk (IgY).

Itu, ujar Dr Gus Hakiem, punya prinsip yang sama dengan penggunaan plasma konvalesen dari darah orang yang sudah sembuh Covid-19. 

Tiongkok punya keunggulan bisa lebih dulu mendapatkan bahan baku berupa virus itu.

Yang Donald Trump marah adalah mengapa Tiongkok tidak segera mengirimkan ”contoh” virus itu kepada mereka.

Tiongkok tentu membantahnya.

Dengan menyebarnya Covid-19 ke Eropa dan Amerika, peneliti Barat pun segera melakukan penelitian. 

Dari segi waktu mereka juga berhasil dengan sangat cepat. Tidak kalah cepat dengan Tiongkok. Mungkin hanya berbeda tiga bulan.

Ahli dari Oxford University, Inggris, misalnya, minggu lalu juga sudah mengumumkan penemuan vaksin mereka. Hanya saja belum memasuki uji klinis tahap 3.

Faktor lain yang membuat Tiongkok begitu cepat adalah: persetujuan untuk melakukan uji coba tahap 1 yang sangat cepat. Rapatnya pun cukup secara online. Ahli seluruh negeri diikutkan dalam rapat itu. Lembaga-lembaga ilmiah dan yang terkait perizinan disertakan.

Bahasa mereka sama: bahasa ilmu pengetahuan. Rapat pun tidak harus melebar ke soal-soal, misalnya, apakah perlu minta petunjuk Karl Marx dulu.

Hanya dua jam rapat itu berlangsung. Persetujuan pun dikeluarkan. Secara online juga. Tepat pukul 2 siang, rapat ditutup. Uji coba klinis tahap 1 boleh dilakukan. 

Ada dua lembaga penelitian yang diizinkan melakukan uji klinis tahap 1. Yang di Wuhan dan yang di Beijing. Masih ada empat lembaga lagi yang izinnya sedang diproses (saat itu).

Itulah uji coba klinis yang paling menakutkan. Mestinya. Tujuan uji coba tahap 1 adalah: untuk melihat apakah vaksin itu mengandung efek sampingan.

Karena itu di tahap ini relawannya harus tinggal di rumah sakit. Selama dua bulan. Agar setiap saat bisa dimonitor.

Kalau uji klinis tahap 1 itu, misalnya, dilaksanakan di Indonesia bisa jadi justru sudah gagal sebelum dilaksanakan. Efek samping itu akan dibahas sampai kiamat. 

Uji coba obat yang mudah diterima segala aliran di Indonesia adalah yang punya efek depan bagi laki-laki.

Sedang efek samping begitu menakutkan. Padahal peneliti sudah menghitung lewat keahlian mereka. Dampak samping yang dimaksud sudah bisa diperkirakan: tidak ada. Seandainya ada pun antisipasinya sudah disiapkan. Itulah sebabnya relawan harus tinggal di rumah sakit. 

Ini sangat ilmiah. Jangan dibayangkan seperti ujicoba bikin ketupat dengan beras merah yang airnya pakai kencur.

Benar saja.

Dua bulan kemudian muncullah pengumuman: tidak ditemukan afek samping apa pun.

Sebelum uji coba pun para ilmuwan penemunya sudah yakin itu. Secara konsep sudah terjamin. Sudah pula didiskusikan. Pun di tahap ini juga sudah harus mendapat persetujuan yang tidak mudah. 

Termasuk sudah harus diujicobakan ke binatang. Pun sudah lolos.

Maka uji coba klinis tahap 1 itu pada dasarnya hanya untuk meyakinkan. Bukan sekadar coba-coba.

Setelah lolos uji coba tahap 1 itu, izin pun dikeluarkan: untuk ujic oba tahap 2. Relawannya harus lebih banyak: 60 - 120 orang. Mereka juga harus tinggal di rumah sakit selama dua bulan.

Tujuan utama uji klinis tahap 2 ini untuk melihat manjur tidaknya vaksin itu. Sekaligus tetap memonitor dampak samping yang mungkin muncul. 

Ini juga bukan sekadar coba-coba. Penemunya sudah diuji di banyak tahap sebelumnya. Hasil uji coba tahap 2 pun diumumkan: vaksin ini manjur. Relawan yang divaksinasi bisa memiliki antibodi untuk melawan Covid-19. Pun tidak muncul efek samping.

Semua itu (tahap 1 dan 2) dilakukan di Wuhan dan Beijing. 

Maka uji coba tahap 3 itu sebenarnya sudah sangat aman. Itu perlu dilakukan sebagai persyaratan kehati-hatian yang harus ekstra. Tanpa uji coba tahap 3 lembaga perizinan tidak akan mengeluarkan izin edar.

Tingkat kehati-hatian di bidang ini saya lihat setara dengan tingkat kehati-hatian di bidang nuklir.

Saya salut pada Biofarma yang mengurus hak uji coba ini di Indonesia. Agar kita bisa punya hak memproduksi vaksin itu untuk orang Indonesia.

Dengan demikian kita tidak perlu --seperti diucapkan seorang ahli ekonomi-- menunggu tiga tahun untuk antre mengimpor vaksin itu. 

Saya pun begitu ingin jadi relawan uji coba tahap 3 ini. Agar Indonesia lebih cepat punya vaksin. Bahwa itu vaksin bin huaren apa bedanya dengan vaksin binti Trump. Saya siap ikut jadi relawan. Misalnya untuk golongan umur 70 tahun. Siapa tahu ada gunanya.

Kalau dikhawatirkan biaya uji coba akan naik, saya sanggup menanggung biaya uji coba saya sendiri itu.

Tapi kalau harus pindah ke Bandung? Sayang, saya punya bayi baru yang masih harus dikeloni siang-malam: Harian DI’s Way. Tapi kalau memang diizinkan, saya siap saja pindah ke Bandung, dua bulan.

Biaya-biaya yang timbul, saya bayangkan, adalah biaya lab untuk periksa darah lengkap, foto paru-paru, jantung, ginjal, dan otak. Tidak akan terlalu mahal.

Katakanlah: Rp 5 juta.

Kalau Biofarma memerlukan pemeriksaan terhadap 2.000 relawan total ya memang besar: Rp 10 miliar. Dari 2000 relawan itu tentu bisa didapatkan 1600 yang layak diuji coba. 

Kalau saya diikutkan Biofarma bisa lebih hemat. Biaya Rp 10 miliar tadi bisa tinggal Rp 9.995.000.000.

Tentu tidak mudah mengkoordinasilan 1.600 relawan. Yang harus diperiksa dengan teliti. 

Mungkin itulah sebabnya hujan belum bisa turun di bulan November.(Dahlan Iskan)

https://www.disway.id/r/1012/vaksin-bandung

Wednesday, September 23, 2020

THERMOGUN

Penjelasan Ilmiah FKUI terkait Keamanan Penggunaan Termometer Tembak (thermogun) Inframerah pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi COVID-19

Sehubungan dengan viralnya berita termometer tembak (thermogun) yang dianggap membahayakan otak karena memancarkan LASER, berikut pernyataan yang disusun oleh Departemen Fisika Kedokteran / Klaster Medical Technology IMERI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk meluruskan persepsi ini.

Thermogun merupakan salah satu jenis termometer inframerah untuk mengukur temperatur tubuh yang umumnya di arahkan ke dahi. Alat ini menjadi andalan utama sebagai alat skrining COVID-19 dengan gejala demam, alat ini tersedia hampir di setiap pintu masuk tempat umum dan perkantoran. Pengunjung atau pegawai dengan temperatur di atas 37,5 dilarang masuk dan diminta untuk memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan. Namun, beberapa hari ini masyarakat diresahkan dengan viralnya video di media sosial yang menyatakan bahwa alat ini berbahaya karena dianggap menggunakan LASER dan merusak otak. 

Apakah benar demikian?

Bagaimana cara kerja termometer inframerah? Berbeda dengan termometer raksa atau termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi, termometer ini menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi. Dalam prinsip ilmu fisika kedokteran, setiap benda dengan temperatur lebih besar dari 0 Kelvin akan memancarkan radiasi elektromagnetik atau sering disebut dengan radiasi benda hitam (Asas Black). Kelvin (K) adalah satuan baku untuk temperatur dengan konversi 0 setara dengan 273 K. Kisaran suhu tubuh manusia normal (36 - 37,5) berada di dalam pancaran spektrum inframerah jika dilihat dari jangkauan radiasi elektromagnetik. Energi radiasi dari permukaan tubuh ditangkap dan kemudian diubah menjadi energi listrik dan ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat celcius pada thermogun. *Prinsip teknologi serupa juga digunakan di kamera termal untuk skrining temperatur di bandara serta thermal goggles di militer untuk mendeteksi keberadaan seseorang di malam hari yang gelap.

Termometer inframerah yang tersedia di pasaran umumnya untuk mendeteksi temperatur gendang telinga (termometer telinga) atau temperatur dahi (termometer dahi). Termometer dahi lebih cocok untuk skrining gejala demam COVID-19 karena hanya perlu “ditembak” ke arah dahi tanpa perlu kontak/bersentuhan langsung dengan kulit. Termometer ini mendeteksi temperatur arteri temporal pada dahi untuk mengestimasi suhu tubuh seseorang. Hal yang perlu diperhatikan adalah akurasi pengukuran temperatur bergantung pada jarak dan sudut alat thermogun terhadap objek yang diukur. Maka dari itu, jangan heran jika hasil pengukuran bisa berubah-ubah. 

Satu parameter penting yang menentukan tingkat akurasi pengukuran thermogun adalah perbandingan jarak dengan luas titik pengukuran.

Biasanya angka perbandingan ini adalah 12:1. Dengan kata lain, untuk mengukur suatu titik dengan luas 1 cm persegi, jarak pengukuran ideal adalah 12 cm. Di sinilah sebenarnya peran laser dalam suatu thermogun, yaitu membantu operator menentukan titik pusat pengukuran. Namun alat thermogun dengan laser hanya ditemui untuk keperluan pengukuran termperatur di industri, bukan untuk medis.

Apa itu LASER?

Laser merupakan akronim dari _light amplification by stimulated emission of radiation_ atau amplifikasi cahaya melalui pancaran terstimulasi. Cahaya dengan satu warna / monokromatik ini memiliki keandalan utama berkas cahaya yang koheren. Beberapa contoh aplikasinya adalah laser pointer untuk presentasi, pembaca/penulis CD/DVD, hingga pemotong jaringan pada prosedur pembedahan. Energinya disesuaikan dengan fungsi, semakin besar akan semakin destruktif. Beberapa thermogun industri mungkin saja dilengkapi dengan laser energi rendah, tetapi fungsinya sebagai penunjuk (pointer) untuk ketepatan arah, sehingga tidak ada kaitan langsung dengan fungsi pengukuran temperatur. *Apakah laser tersebut berbahaya untuk otak manusia?* Sama halnya dengan laser pointer, laser ini tidak ada efek berbahaya untuk otak, tapi jangan sampai menembak ke mata secara langsung karena dapat merusak retina. Yang jelas, penggunaan thermogun industri untuk mendeteksi temperatur tubuh manusia tidak tepat karena bukan peruntukannya.

Sebagai kesimpulan, alat thermogun untuk skrining temperatur seseorang bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari benda, bukan dengan memancarkan radiasi apalagi LASER. Sebagai alat pengukur suhu sebagai indikator kesehatan, thermogun direkomendasikan untuk dikalibrasi minimal 1 tahun sekali. Kalibrasi diperlukan agar skrining suhu terjaga akurasinya karena informasi yang salah bisa membuat gagal skrining suhu (positif palsu dan negatif palsu) sehingga membahayakan banyak orang. Pengukuran temperatur tubuh dengan thermogun tidak bisa dijadikan acuan utama terkait apakah seseorang menderita COVID-19 atau tidak, karena pasien COVID-19 bisa muncul tanpa gejala demam. Kami berharap penggunaan thermogun secara luas di tempat-tempat publik seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan layanan transportasi publik disertai dengan SOP yang jelas.

Tim penyusun:

● Prasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T., Ph.D.

● dr. Anindya Pradipta Susanto, B.Eng, MM.

● Ir. Muhammad Hanif Nadhif, S.T.

● Muhammad Satrio Utomo, M.Sc.

Tuesday, September 22, 2020

WHAT IS KADRUN?

Oleh Muhammad Zazuli

Demi kebaikan bersama maka ijinkanlah saya meluruskan arti dari kata: Kadrun. 

Saya merasa perlu mengkonfirmasi hal ini karena saya merasa bertanggung jawab sebagai salah satu orang yang turut mempopulerkannya.

Kadrun adalah :

1. Orang yang mau mencubit tapi tidak mau dicubit. 

Mau memaki tapi tidak mau dimaki. 

Mau mengejek tapi tidak mau diejek. 

Mau membubarkan paksa ibadah agama lain tapi tidak mau ibadahnya sendiri diusik. 

Mau mengkritik tapi tidak mau dikritik. 

Dan seterusnya.

2. Kadrun adalah mereka yang ingin Indonesia mundur dan ngesot ke belakang, balik ke jaman abad pertengahan. 

Menurut Prof. Buya Syafi'i, kadrun itu adalah sampah peradaban. 

Puing-puing kehancuran dan konflik perang saudara di Timur Tengah mau dibawa kesini.

3. Kadrun adalah orang yang benci dengan negeri dan budayanya sendiri.

Teriak bela habib bela ulama tapi malah merusak, mengeroyok, menganiaya dan memukuli keluarga Habib dan ulama yang sedang melakukan tradisi Jawa Midodareni. 

Lebih Arab daripada Arab. 

4. Kadrun adalah kelompok yang selalu jualan topeng agama tapi kelakuannya justru bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

Kadrun adalah mereka yang selalu memanipulasi agama demi kepentingan kelompoknya dan demi ambisi meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara seperti provokasi, adu domba, fitnah, hoax, tebar kebencian dsb.

5. Kadrun sebenarnya adalah nama lain dari pentol korek. 

Ada kepalanya tapi ga ada otaknya. 

Digesek dikit langsung nyala. 

Ada lagi yang bilang kadrun itu kasta terendah dalam dunia medsos. 

Kalo kalah argumen langsung ngegas, marah, ngamuk, memaki dan mengancam. 

Sebabnya ya karena ga punya otak itu tadi hehe....

6. Kadrun juga adalah varietas lain dari spesies senggol bacok. 

Merasa kesenggol dikit bawaannya mau bacok orang melulu. 

Tapi gak merasa kalo kata dan kelakuannya justru sering menindas mereka yang berbeda dari tidak sepaham dengan dirinya.

7. Kadrun itu orang yang benci dengan tukang mebel dari Solo. 

Apapun yang dilakukan si tukang mebel akan selalu salah di mata mereka. 

Tukang martabak dan tukang pisang kadang juga ikut kena getahnya. 

Kadrun itu orang mabok yang kemana-mana selalu teriak minta segelas beer. 

Kalo kurang teriak lagi minta beer. 

Begitu terus menerus.

8. Kadrun adalah spesies yang tinggal di planet bumi datar. 

Kadrun terbagi dalam dua varietas utama : yang minta nasi bungkus karet gelang dua alias pedes,  sama dengan yang minta nasi bungkus karet gelang satu alias ga pedes blas.

9. Kadrun itu adalah orang yang pesta kenduriannya sudah bubar sejak 6 tahun lalu tapi tetep ga bisa move on sampek sekarang

Maunya ribut melulu padahal acaranya sudah lama bubar.

10. Kalau versi Joker kadrun itu orang baik yang jadi jahat karena salah pilih pengajian.

Silakan ditambahin sendiri di kolom komentar.

Salam Waras