Friday, May 29, 2020

100.000

Selasa 26 May 2020

Oleh : Dahlan Iskan

Menyalahkan gubernur sudah. Menyalahkan ilmuwan medis sudah. 

Menyalahkan Tiongkok sudah. Pun menyalahkan pendahulunya, Barack Obama.

Tapi yang meninggal akibat Covid masih terus naik. Hari ini mencapai 100.000 orang. Di Amerika Serikat.

Kini Presiden Donald Trump ganti menyalahkan angka itu.

Ia mempersoalkan banyaknya orang mati biasa dibukukan akibat Covid-19. Padahal mereka mati karena penyakit yang lain. 

Untuk Amerika, angka yang akan segera melewati 100.000 itu bakal melebihi korban perang. Termasuk perang dunia pertama. Juga kekalahan di perang di Vietnam.

Angka itu ”berarti banget”. Itulah sebabnya harian paling bergengsi di Amerika, The New York Times, menerbitkan edisi khusus. Hari Minggu kemarin. Sangat mengejutkan. Sangat tidak biasa: halaman depan harian itu hanya berisi daftar nama yang meninggal.

Tanpa judul.

Tanpa foto.

Hanya deretan 100.000 nama dengan huruf yang sangat kecil.

Halaman depan koran dengan wujud seperti itu saya artikan sebagai protes. Sebagai kritik.

NYT seperti beranggapan kritik dalam bentuk berita sudah tidak mempan. Judul-judul besar seperti tidak berarti. Pun foto-foto dramatik.

”Saya sudah setengah abad membaca The New York Times. Belum pernah menemukan halaman depan seperti ini,” ujar seorang pembaca di New York -- yang saya kutip di sini dari media di sana.

Melihat halaman depan seperti itu, saya pun, bisa merasakan sensasinya. Lihatlah foto halaman depan itu -- yang saya sertakan di sini. 

Itulah wajah depan The New York Times yang putih.

Bentuk protes seperti itu tidak akan bisa dilakukan media online.

Dulu, di Indonesia, juga pernah terjadi. Di zaman Orde Baru. Ketika kebebasan pers sangat terkekang. Pers bisa diberedel. Pemerintah sering melarang pembuatan suatu berita. Kadang dengan kerdipan mata. Lebih sering lewat telepon.

Dering itu kadang baru berbunyi tengah malam. Ketika berita yang dimaksud sudah telanjur ditata di percetakan. 

Sulit sekali.

Kalau harus diganti bisa gawat -- akan telat terbit. Apalagi wartawannya juga sudah telanjur pulang.

Maka redaksi yang pemberani akan mencopot berita itu. Begitu saja. Untuk diganti blok hitam. Besoknya koran terbit seperti wajah cantik yang dicoreti arang di pipinya.

Pembaca pun mafhum: ada yang lagi disensor. Lalu kasak-kusuk. Masyarakat pun cari bocorannya: ada peristiwa apa? Bocoran itu lebih seru dari aslinya. 

Hitam itu sebagai protes.

Putih itu sebagai protes.

Marah dalam diam sampai hitam. Pun sampai putih.

The New York Times bisa memadukan antara jurnalistik, kontrol sosial, protes, dan marah dengan bungkus artistik.

Memang redaksinya sudah lama jengkel terhadap Trump --pun sejak ia belum jadi presiden. Maka, ketika angka-angka korban Covid terus membumbung, mereka sampai pada kesimpulan: pasti akan mencapai 100.000 orang. Itu karena media melihat Presiden Trump kurang serius menangani Covid-19.

Apa yang akan dilakukan media seperti The New York Times?

Diskusi internal pun dilakukan. Melibatkan staf artistik. Banyak ide yang muncul: penuhi saja halaman depan dengan foto-foto wajah korban -- kecil-kecil.

Tapi itu sudah biasa. Dan halaman depan itu akan terlihat kotor.

Ada pula ide halaman depan itu dipenuhi saja titik-titik. Sebanyak 100.000 titik. Ide ini dianggap kurang menusuk ke relung hati.

Akhirnya diputuskan nama-nama itu. Saya mengagumi ide itu. Dan mengagumi yang menyetujui ide itu.

Tapi mengapa korban di sana sampai 100.000?

Trump pernah tidak menduga akan sebesar itu. Ia pernah menganggap Covid itu begitu sepele. ”Kan hanya 15 orang yang terkena virus,” katanya akhir Februari lalu. ”Dalam beberapa hari lagi akan teratasi. Akan menjadi nol,” tambahnya. 

Sewaktu yang mati ternyata mencapai 30.000 orang ia baru mengatakan ini: kemungkinan yang mati akan mencapai 70.000 sampai 100.000. Tapi ia punya maksud khusus dengan menyebut angka besar itu. Maksudnya: kalau ternyata yang mati 50.000 ia bisa membanggakan diri: lebih kecil dari perkiraan.

Ketika angka sudah melewati 50.000, ia mengutip perkiraan ahli: akan sampai 200.000. Agar --kalau ternyata 100.000-- ia masih bisa bangga: jauh di bawah perkiraan.

Di mata Trump, bisa saja, yang mati itu memang hanya angka-angka. (Dahlan Iskan) 

https://www.disway.id/r/948/100-000

Wednesday, May 27, 2020

SURVEY 92% - TITIK SELAMAT INDONESIA

Hasil Survei :  92% Bersedekah di Saat Pandemi, Inikah TITIK SELAMAT Indonesia?

25 May 2020

TITIK SELAMAT

Sudah lewat sekitar 2 bulan lebih sejak outbreak. Sejak kasus 1 positif di negeri ini. Banyak yang menduga bahwa pada hari ini kita sudah seperti Iran atau Italia saat itu.

Jumlah populasi negeri ini mirip US. Walau US lebih banyak, tapi logikanya dibawah 400 jt populasi.

US meledak di angka positif 1 juta lebih, sementara di waktu yang sama, Indonesia hanya 20 ribuan kasus positif.

Tentang rendahnya angka positif di negeri ini, ada yang menyebut tentang test swab yang tidak massive. Itu yang bikin angka positif kecil.

Tapi bagaimana pun tidak ada yang tiba-tiba tumbang massal di jalanan, atau angka kematian menanjak di kampung-kampung saban hari.

Walau angka pertumbuhan positif cukup mengkhawatirkan, hampir 1000 positif per hari.  Turun naik ke 500 lalu ke 1000. Di range itu. Tetap saja angka ini besar, tapi tidak semenakutkan US.

Tentu banyak warga bangsa yang mulai menyadari, bahwa kurva sulit turun, karena negeri ini tidak punya cukup anggaran untuk lockdown total seperti Italia dan negara maju lainnya. Sabar. Warga sudah mulai sedikit pasrah, sambil terus hati-hati.

Kalo difikir, kita satu iklim dengan Brazil, Equador, dan disana kopit sangat sangar sekali. Alhamdulillah tidak sesangar di Indonesia.

Walau banyak juga yang ngasih pendapat bahwa ledakannya sekitaran 1 bulan lagi, karena campur baurnya baru sekarang, tapi bukankah sekitar 1 bulan yang lalu juga kita masih rame-rame di jalan?

Mau seperti apapun pendapat kita, kita cukup tidak terlalu parah hari ini. Itu faktanya. 20 ribu positif. Dengan lockdown yang setengah hati. Cukup rendah. Bismillah.

Sedekah Menolak Bala

Saya jalan-jalan ke linimasa nya mas Yuswo Hady, lalu melihat tabel ini. Sebuah hasil riset lembaganya Mas Yuswo. Beliau ini lama meneliti market.

92% yang disurvey menyebutkan memutuskan untuk bersedekah. MasyaAllah. Ini pembacaan yang sangat mendalam.

Kami di Berkah Box juga ngerasain banget. 4 bulan terakhir naik distribusi nasi box gratis dua kali lipat. Dari 9000 nasi box per pekan, melonjak sampai 18.000 box. Alhamdulillah.

Sedikit bertanya. Padahal musim susah. Tapi semangat orang bersedekah tinggi banget. Memang negeri ini kumpulan orang baik.

Negeri ini memang hebat. BBM gak turun sabar. BPJS naik juga sabar. Hitungan kalo di negeri lain bisa jadi sudah revolusi besar-besaran. Tapi inilah budaya Indonesia. Keluhuran nilai bangsa.

Bangsa ini disusun oleh orang-orang baik. Sosok-sosok yang sabar. Bukan hanya sabar, di tengah kesulitan pun, kita masih memutuskan untuk membantu orang lain.

Semangatnya gotong royong. Kebersamaan. Mufakat. Saling diskusi. Diselesaikan baik-baik. MasyaAllah.

Bagi saya, mungkin ini TITIK SELAMAT nya Indonesia.

Sedekah menolak bala

Sedekah menurunkan kasih sayang Allah

Sedekah mengundang pertolongan

Jadi...

Kalo memang virus sudah gak bisa diisolasi. Kalo memang jaga jarak susah, gak berkumpul susah, ya mudah-mudahan dengan terus berbuat baik, Allah sayangi kita.

Mudah-mudahan kopit yang aktif di negeri ini, kopit yang jinak-jinak. Yang baik. Yang pengertian. Mudah-mudahan.

3 Syawal 1441

(Ustadz Rendy Saputra)

NB : Terkait itu, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

"Sedekah dapat menolak 70 macam bencana dan yang paling ringan (di antara bencana itu) adalah wabah penyakit kusta dan lepra."

(HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir)

Bencana selamanya takkan bisa mendahului sedekah, Rasulullah bersabda: “Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah.”

(Riwayat Imam Baihaqi)


SOCIAL DISTANCING IS NOT ENOUGH

( TERJEMAHAN SEBAGIAN )

SOCIAL DISTANCING TIDAK CUKUP

Kita memerlukan strategi yang komprehensif untuk mengurangi jenis interaksi yang dapat menyebabkan lebih banyak infeksi

Oleh: Derek Thompson

COVID-19 telah meningkatkan serangan terhadap kehidupan publik, khususnya kehidupan di dalam ruangan (indoor life). Banyak acara-acara yang menjadi penyebar wabah terbesar telah terjadi indoors - di sebuah gereja di Korea Selatan, sebuah auditorium di Perancis, sebuah konferensi di Massachusetts. Bahaya di dalam ruangan bukan sekedar lelucon. 

Sebuah makalah di Hong Kong yang sedang menunggu 'tinjauan sejawat' menemukan bahwa dalam satu kelompok dengan 7.324 kasus yang terdokumentasi di China, hanya satu wabah terjadi di luar ruangan (outdoor) - yaitu dalam suatu percakapan di antara beberapa pria di sebuah desa kecil. Menurut penelitian lain di Jepang infeksi indoors hampir 19 kali lebih tinggi daripada di lingkungan outdoors.

Secara tepatnya, hampir setiap ruang publik di Amerika telah ditutup atau, dalam kasus bisnis penting seperti grosir kebutuhan pokok, diadaptasi untuk pembatasan Social Distancing. Penutupan ini telah merusak ekonomi, mengubah peta besar kehidupan perkotaan maupun pinggiran kota menjadi barisan jendela-jendela gelap yang mengerikan.

Hari-hari ini, negara-negara muncul dari fase krisis lockdown, memasuki periode pembukaan kembali yang tidak biasa. Tetapi kantor, sekolah, toko, teater, restoran, bar, pusat kebugaran, dan museum tidak akan memiliki kesamaan normal sampai kita belajar bagaimana menjadi aman -dan merasa aman- di dalam.

Untuk membuka ruang-ruang ini, kita harus dibimbing oleh sains dan keahlian. Untungnya, para peneliti menemukan rahasia bagaimana COVID-19 menyebar dengan kombinasi pemodelan cerdas dan kerja detektif.

1. MEMBUAT KANTOR BEBAS-COVID

Pada tanggal 8 Maret, pejabat kesehatan masyarakat Korea Selatan mengetahui seorang pasien positif COVID-19 yang bekerja di sebuah Call Center di pusat kota Seoul. Kantor itu terletak di salah satu bagian kota terpadat, di lantai 11 sebuah gedung serbaguna berlantai 19 dengan ratusan kantor dan apartemen. Lebih dari 1.000 orang bekerja atau tinggal di gedung itu, berbagi beberapa lift dan lobi. Kemungkinan infeksi massal tinggi.

Tetapi para penyelidik menemukan secara mengejutksn bahwa wabah disana terkonsentrasi. Dari 97 orang di gedung itu yang hasil testnya positif, 94 orang bekerja di satu lantai - di call center. Sebagian besar dari mereka, kecuali segelintir orang, bekerja di suatu bank telepon (phone banking) yang padat, di satu sisi lantai itu, dimana penyakit ditularkan ke duapertiga karyawan. Sisa dari yang positif itu adalah tidak sampai 5% karyawan sisi lantai yang lain, dan kurang dari 1% yang positif dari karyawan pada sisa bangunan.

Ini menunjukkan bahwa fasilitator utama bukanlah titik sentuh yang umum, seperti pintu dan tombol lift, melainkan wilayah udara umum. Ketika orang berbicara - atau bersin atau batuk - mereka menyebarkan tetesan cairan pernapasan (respiratory droplets) yang dapat jatuh masuk di mulut, hidung, dan paru-paru orang lain. Berbicara selama berjam-jam dalam jarak dekat, di ruang tanpa ventilasi, dapat menciptakan 'cawan petri' yang ideal untuk transmisi COVID-19.

Studi Korea ini bisa dipakai sebagai contoh ilustratif karena temuan utamanya sepenuhnya sejalan dengan konsensus ilmiah yang muncul. Pada hari Kamis, CDC (Center for Disease Control & Prevention, USA) memperbarui ringkasan transmisi COVID-19 untuk mengklarifikasi bahwa virus “tidak menyebar dengan mudah” dari menyentuh permukaan atau benda - seperti misalnya tombol lift. Sebagai gantinya, mereka menulis, “virus ini diperkirakan menyebar terutama dari orang ke orang ... melalui 'respiratory droplets'.”

Apa arti sains transmisi penyakit-dalam-ruangan untuk masa depan tempat kerja 'kerah putih'? Dalam dokumen yang dibagikan kepada Bank Dunia, pemerintah Korea Selatan menetapkan rencana 50 poin untuk membuat kantor lebih aman.

Masker direkomendasikan untuk semua karyawan. Meja dan kursi harus tersebar atau diatur dalam pola "catur" atau zig-zag sehingga tidak ada dua orang yang duduk berhadapan secara langsung. Bilik2 (cubicles) karyawan akan menjadi pilihan utama, karena pemisahan antara rekan kerja menjadi penting untuk memblokir semprotan vokal dari batuk, bersin dan percakapan telepon yang keras. 

Bagaimana dengan pertemuan-pertemuan kecil, lokakarya langsung, dan makan malam perusahaan? Anda bisa melupakan gabungan antara pekerjaan dan kehidupan sosial ini. "Segera pulang setelah bekerja," saran pemerintah Korea. Jalan-jalan di udara terbuka bisa jadi penyegar..

2. RESTORAN BEBAS-COVID

Pada tanggal 24 Januari, keluarga lima orang China duduk makan siang di sebuah restoran ramai di Guangzhou, kota terpadat di China selatan. Mereka tiba sehari sebelumnya dari Wuhan. Udara siang di Guangzhou itu nyaman, dengan suhu meningkat ke 70°F (21°C), dan restoran di lantai tiga pada sebuah gedung berlantai lima itu dipenuhi lebih dari 80 pelanggan dan tanpa jendela. Keluarga itu berkumpul di sebuah meja di dinding belakang, di antara dua keluarga setempat, sementara sebuah AC memompa udara dingin di area ketiga meja tersebut.

Ketika meninggalkan restoran, salah seorang anggota keluarga merasa demam dan memeriksakan diri ke rumah sakit, dimana dia menerima diagnosis positif COVID-19. Dalam waktu dua minggu, beberapa orang dari setiap keluarga dari tiga meja tersebut telah didiagnosis dengan penyakit ini, sehingga total ada seluruh pelanggan restoran yang positif COVID-19 menjadi 10 orang.

Ketika departemen CDC Guangzhou menyelidiki masalah tersebut, mereka menerbitkan diagram yang menceritakan kisah sederhana: "Satu orang tanpa gejala di sebuah restoran telah menginfeksi sembilan orang lainnya di jalur langsung AC. Tidak satu pun dari puluhan pelanggan lainnya atau pelayan restoran yang sakit."

3. HIBURAN PUBLIK BEBAS-COVID

(COVID-Proof Public Entertainment)

Pada malam Selasa, 10 Maret, 61 penyanyi berkumpul untuk latihan paduan suara di utara Seattle. Itu adalah latihan standar, ketika para anggota bernyanyi dalam jarak dekat, berbagi makanan ringan, dan menumpuk kursi bersama pada akhir sesi dua setengah jam.

5 hari kemudian, direktur paduan suara mengirimkan email penting ke grup. Beberapa anggota menderita demam, katanya. Latihan hari Selasa berikutnya dibatalkan. Tetapi pengumuman itu sudah terlambat. 53 dari 61 penyanyi telah jatuh sakit, membuat "tingkat serangan" sebesar 87%. Tiga anggota paduan suara dirawat di rumah sakit. Dua orang meninggal.

Dalam sebuah studi yang kemudian diterbitkan dalam buletin CDC “Weekly Morbidity and Mortality Report”, para peneliti menekankan bahwa: tindakan menyanyi itu sendiri', mungkin telah berkontribusi pada penularan, karena anggota paduan suara cenderung menyemprotkan virus. Beberapa orang - dikenal sebagai "superemitters" - melepaskan lebih banyak partikel ke udara ketika mereka berbicara, karena mereka adalah pembicara yang keras atau ceroboh. Tetapi seseorang yang biasa berbicara normal pun dapat melepaskan droplets luar biasa banyak jika mereka bernyanyi atau mengekspresikan suara mereka secara teatrikal.

Kisah-kisah ini dikombinasikan dengan sains mengenai respiratory droplets dan penularan melalui udara menunjukkan bahwa sosial distancing saja tidak cukup: Kita juga perlu mengendalikan air liur. 

Negara-negara lain sudah melakukannya. Jerman dilaporkan telah melarang bernyanyi pada upacara keagamaan, dan Korea Selatan telah melarang meludah di liga bisbol profesionalnya.

~~~~~

Ketika Anda menyatukan semua cerita, penelitian, cetak biru, dan saran-saran ini, itu sama dengan membuat buku pedoman pandemi yang relatif mudah dimengerti. 

Agar mudah diingat, mari kita buat akronim yang sederhana: 

"S A F E".

- Social distancing: Jaga jarak yang sehat antara diri Anda dan orang lain - 1,8 meter (6 ft.) adalah aturan umum yang baik - terutama ketika Anda berada di dekat mereka untuk waktu yang lama.

- Airflow awareness: Setiap aktivitas nonkontak - berbicara, makan, berolahraga - menjadi jauh lebih aman ketika Anda membawanya keluar. Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian Jepang sebelumnya dan survei di Hong Kong, peluang penularan dalam ruang tertutup adalah beberapa tingkat lebih besar daripada dalam ruang terbuka.

- Face mask: Kenakan masker! Itu bukan hanya untuk Anda; tapi untuk semua orang di sekitar Anda.

- Expectoration: COVID-19 tampaknya menyebar baik melalui droplets besar misalnya dari bersin, dan transmisi udara melalui tetesan aerosol yang lebih kecil, misalnya yang menyembur keluar dari mulut pembicara. Berhati-hatilah terutama pada lingkungan indoors dan aktivitas yang secara alami mencakup banyak 'gabbing' (percakapan), seperti rapat kantor yang panjang, bernyanyi (paduan suara), berteriak (seperti gym di sekolah menengah), atau pernapasan berat (seperti latihan fisik yang intens dalam ruangan).

Menjelang akhir pelaporan saya untuk artikel ini, saya mengirim email ke seorang pekerja keamanan nasional yang juga mengajar menyanyi di daerah Washington, D.C.,. Dia mendengar bahwa menyanyi secara kelompok mungkin terlarang sampai vaksin tersedia secara luas. Dia mungkin akan menutup pelajaran musik dan vokal selama satu tahun atau lebih.

"Terlepas dari semua kekacauan dan berita yang intens, ini adalah hal yang paling parah," katanya. Jadi, dia berencana menawarkan pelajaran menyanyi di Zoom.

Ruang publik Amerika harus menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan yang sama untuk mencapai tahun berikutnya. 

Bahkan ketika Amerika Serikat dibuka kembali, beberapa ritual lama - seperti pergi ke bar, latihan kelompok, dan konser penuh sesak - harus tetap di istirahatkan dulu. Orang masih akan minum, berkeringat dan bernyanyi, hanya dengan cara berbeda.

Read more:

https://www.theatlantic.com/ideas/archive/2020/05/how-will-we-ever-be-safe-inside/611953/

LELAKI TUA ITU BERNAMA MA'ARIF

ULAMA ITU BERNAMA SYAFII MAARIF

Lelaki tua itu mendekati meja petugas dan bertanya “Masih lama saya antrinya?”. Sembari berjalan memeriksa lokasi chek up si pegawai menjawab “Masih pak,  karena lagi banyaknya pasien,”.

Mungkin itu percakapan biasa di sebuah rumah sakit. Namun bayangkan jika sosok tua itu adalah Buya Ahmad Syafii Maarif, ketua umum PP Muhammadiyah 1997-2005,  dan rumah sakit yang dimaksud adalah RS PKU Muhammadiyah, rumah sakit milik organisasi yang dulu pernah dipimpin oleh Buya Syafii.

Buya pun kembali duduk di deretan bangku antri pasien. Sama seperti kebanyakan pasien lainnya. Biasanya setiap jadwal chek-up rutin, Buya mengantri seorang diri. 

Sosok berusia 85 tahun itu tidak menunjukkan wajah marah meski harus antri lama. Apalagi merasa harus diperlakukan istimewa. Justru Buya tak pernah mau diperlakukan lebih dan diprioritaskan. 

Para pegawai RS PKU mungkin pernah ingin memberi akses terlebih dahulu ke Buya Syafii, dan para pasien lain tentu akan sangat memaklumi. Justru Buya-nya sendiri yang tidak mau diistimewakan seperti ini. Berkebalikan dengan layaknya kebanyakan elit dan para pejabat hari ini, senang dan minta untuk terus dilayani.

Bukan kali ini saja, sudah berulang kali di berbagai tempat, Buya Syafii membuat banyak orang terkagum-kagum. Pernah ‘tercyduk’ makan di angkringan, membeli sabun cucian di warung, berangkat ke acara seminar dengan mengayuh sepeda, naik kereta umum ke Istana Negara, hingga momen lain berbaur dengan rakyat jelata.

Semua itu menjadi biasa bagi Buya. Namun sangat tidak biasa di tengah situasi bangsa yang kerap kehilangan teladan dan kearifan. Para elit justru mempertontonkan kemewahan dan keserakahan di tengah kesengsaraan rakyat. Minta dilayani dan diperlakukan melangit, padahal konstribusinya untuk bangsa sungguh tidak seberapa

Seperti beliaulah contoh seorang Ulama.

Kelembutan yang dibawakan beliau bagaikan mutiara di tengah tumpukan sampah, dan kepada orang seperti beliaulah para pejabat negeri ini seharusnya banyak belajar.

Juga bagi sebagian orang yg mengaku dirinya sebagai ulama, tapi berperilaku kasar suka menghina, menghasut, memfitnah dan menebar berita2 bohong...

Salam hormat pak Buya Syafii Maarif.. Minal 'aidin walfa'izin. Ma'af lahir & bathin... 

Wassalam... !!!

 


Thursday, May 21, 2020

BEGINI CARA JOKOWI

BEGINI CARA JOKOWI SKAKMAT JK : TELAK & ELEGAN !

Jusuf Kalla (JK) pernah menjadi wakil Jokowi. Menjadi orang nomor duanya Jokowi dalam memimpin negara ini. Sekilas nampaknya JK adalah teman baik bagi Jokowi. Namun, nyatanya, justru seperti “musuh dalam selimut”. 

Sekarang, dalam kondisi wabah Corona, makin nampak saja bahwa JK berdiri di pihak oposan bagi Jokowi. Dan saya kira Presiden Jokowi sangat menyadari hal itu.

Sejak awal Corona masuk ke Indonesia, JK sudah jelas berada di seberang Jokowi. Banyak sekali terlontar kritik terhadap cara pemerintahan Jokowi menangani wabah Corona. Sebagai mantan wakil presiden bagi 2 Presiden RI, tentu JK sangat pede bahwa pernyataannya akan sangat didengar dan berarti bagi publik. Dari disebut oleh JK serba tanggung, sampai disebut lamban dan kurang tegas. Usulan2 yang dilontarkan JK pun berseberangan dengan kebijakan Jokowi. Seperti usulan MENCETAK UANG hingga implementasi LOCKDOWN.

Tapi sejauh ini, tidak pernah sekalipun Jokowi “menyerah” pada JK. Dalam arti secara diketahui publik meminta nasehat atau pertimbangan pada JK soal penanganan Corona. Ucapan2 JK pun tidak pernah disinggung oleh Jokowi. Mungkin karena ini, JK jadi makin “ganas” mengkritik Jokowi.

 Bahkan JK sampai mengeluarkan pernyataan yang terkesan jadi sentimen anti-China. Pada Rabu (13/5), JK berkunjung ke kantor Lembaga Eijkman, yang bekerja sama dengan PMI, yang diketuai oleh JK. Ya, orang2 dia juga. Disana terbitlah pernyataan JK, "Indonesia harus punya kontribusi terhadap dunia dalam bidang sains untuk penanganan corona. Jangan seperti selama ini, apa2 minta dari China."

Lalu JK mengeluarkan lagi kritik terhadap info hoaks yang dihembuskan oleh pihak2 tertentu, soal pelonggaran PSBB. Kan lucu ya, jelas2 sudah ditegaskan oleh Presiden Jokowi bahwa pemerintah tidak melonggarkan PSBB. Eh, JK malah sok mengkritik dan mewanti2 agar pemerintah jangan coba2 melonggarkan PSBB. Maksudnya apa? Menyebarkan hoaks gitu?

JK juga mempermasalahkan pernyataan Jokowi soal berdamai dengan virus Corona. Padahal WHO pun beberapa waktu kemudian mengeluarkan pernyataan serupa. Ya, kita paham lah maksud dan logikanya. Virus itu sulit untuk dihilangkan. Jadi tinggal kita sebagai manusia yang berpikir dan bernalar ini yang menyesuaikan diri. Selama belum ada vaksin, ya kita ngikutin aja protokol kesehatan. Buat jaga diri sendiri kok. JK malah menanyakan hal yang koplak, kalau virusnya tidak mau berdamai bagaimana? Ya, monggo silakan tanya ke virusnya sana.

Cwapek dweeech 

Lalu bagaimana dengan reaksi Presiden Jokowi terhadap berbagai pernyataan dan kritikan aneh JK ini? Kita paham lah bahwa Jokowi bukan orang yang frontal. Langkah caturnya unik. Kalaupun menyasar ke satu orang, beliau tidak akan langsung menyebut namanya. Ya itu betul.

Menyebut nama, sama dengan mengangkat orang itu ke permukaan. Sama dengan menyamakan level dengan orang itu. Padahal kan nggak level lah  Kedua, balasan dari seorang Jokowi bukan hanya balasan dalam omongan semata. Presiden Jokowi membalas kritikan dengan kerja nyata. Karena hasil kerja nyata itu sangat telak dalam membalas kritikan, terlebih tudingan2 kosong dari barisan sakit hati.

Jadi apa balasan telak Jokowi terhadap JK? 

Hari ini, tanggal 20 Mei 2020, masih ingat hari apa? Adalah Hari Kebangkitan Nasional. Hari ini Presiden Jokowi meluncurkan produk2 riset untuk percepatan penanganan Covid-19. "Saat ini dunia sedang beradu cepat dalam menangani wabah COVID-19 dan kita harus menjawabnya dengan inovasi dan karya2 nyata yang konkret dan ini adalah momentum baru… 

Ini adalah momentum baru bagi kebangkitan bangsa, ini adalah momentum baru kebangkitan bidang sains dan teknologi kita dan khususnya di bidang kesehatan,” kata Presiden Jokowi dalam kata sambutannya. 

Apa kata JK sebelumnya? 

Jangan apa2 minta dari China. Ya khan? Siapa yang minta dari China? Yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi hari ini adalah produk karya anak bangsa Indonesia. Makjleb gk ? Nyaho tuch aki2 julid 

Ada 9 produk riset yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi. 

https://jatimtimes.com/baca/215198/20200520/132100/presiden-jokowi-luncurkan-9-produk-riset-untuk-penanganan-covid-19

https://news.detik.com/berita/d-5022078/diluncurkan-jokowi-ini-9-produk-riset-untuk-penanganan-covid-19/2

1. Dari PCR Test Kit Covid-19, 

2. Rapid Diagnostics Test IgG/IgM Covid-19, 

3. Emergency Ventilator #BPPT3S,

4. Imunomodulator Herbal Asli Indonesia, 

5. Plasma Convalesence,

6. Mobile Lab BSL-2, 

7. Sistem AI untuk deteksi Covid-19, 

8. Medical Assistant Robot Raisa 

9. dan Autonomous UVC Mobile Robot, hingga Powered Air Purifying Respirator.

Elegan khan caranya? Tapi menohok dan telak kan? 

Dan yang menikmati hasilnya adalah rakyat, terutama para pasien yang terinfeksi Covid-19. Kemudian juga menjadi penambah semangat bagi rakyat dan menjadi kebanggaan Indonesia di dunia internasional. Elegan dan bermartabat, serta mengangkat nama bangsa.

Aki JK mau bilang apa lagi? 

https://s.id/iaa0l

#NinaNoor #DejaVu


Tuesday, May 19, 2020

WHEN ABNORMALITIES BECOMING A NEW NORMAL

Bila Tatanan Abnormal Menjadi Norma Baru

By Galatia Chandra

Author of Hacking Your Mind Book

Pada suatu ketika ada seorang Milyarder yang sangat kaya tinggal di kota Suzhou China. Milyarder ini mengidap sakit mata yang sangat berat dan akut. Sehinga Ia berkonsultasi dengan banyak sekali ahli medis, dokter-dokter mata yang hebat-hebat di sana dan meminum obat yang jumlahnya buanyak sekali. Berulang-ulang ia harus menerima injeksi juga disekitar matanya. Namun begitu, rasa sakitnya tidak kunjung sirna. 

Akhirnya ia menyerah, pikirnya… cara dunia Barat tidak berhasil, maka tidak ada salahnya untuk mencoba methode timur. Tidak jauh dari kota Suzhou, ada seorang tabib yang terkenal bisa mengobati apa saja. Ia bisa mendiagnosa hanya dengan memegang nadi yang ada pergelangan tangan dan langsung tau apa yang menjadi masalahnya. Tanpa membuang waktu ia pun segera ke sana.

Setelah Tabib memeriksa nadinya, ia mengangguk-angguk tanda ia mengerti apa problema yang dihadapi oleh milyarder tersebut. Tabib itu meminta agar ia menghentikan semua obat-obatan, dan menjalankan terapi fokus warna hijau. Ia untuk sementara dalam perawatan tidak boleh melihat warna yang lain selain warna hijau.

Sepulangnya dari tabib itu, ia mengumpulkan seluruh keluarga dan pegawainya serta mengupah banyak sekali tukang cat untuk mengubah semua warna yang dilihatnya menjadi warna hijau. Semua dinding, peralatan makan, dll semuanya diubahnya menjadi hijau. Kurang lebih seminggu mata milyarder ini pun terasa enakan. Ia pun tambah heboh lagi, meminta agar sekeliling rumah dibangun tembok yang tinggi dan di dalam tembok itu, semuanya diubah menjadi hijau.

Kemudian tiba saatnya sang Milyarder ini harus melakukan pemeriksaan ulang dari Tabibnya. Ia pun meminta Tabib tersebut berkunjung ke rumah Milyarder tersebut. Ketika Tabib itu baru saja masuk, salah seorang pegawainya lari dengan tergesa-gesa dengan seember tinta hijau, byur… baju tabib itu yang berwarna merah di siram warna hijau. Supaya majikannya tidak melihat warna lain selain warna hijau.

Mendengar hal ini, Tabib ini pun tertawa terbahak-bahak… Ia berkata: “Siapa yang suruh mengubah semuanya menjadi warna hijau? Jika saja ia membeli sebuah kacamata hijau yang harganya Cuma beberapa Yuan saja kan masalahnya sudah selesai. Semuanya akan jadi hijau bukan?

Mengapa harus mengubah semua warna-warna yang ada? Coba tuh lihat pot keramik yang bagus begini dan antik lagi, sekarang jadi jelek karena diubah jadi hijau, lagian tuh langit kan masih berwarna biru, bagaimana kamu mewarnai langit?

Friends… Kita tidak dapat mengubah semua hal di dunia sesuai dengan selera yang kita ingini… Sekeras apa pun kita berusaha, kita tidak akan mampu mengubahnya… Hal itu sangatlah kompleks… Hal sederhana yang mampu dan bisa kita lakukan adalah… Ubahlah cara kita atau diri kita dalam memandang sesuatu. Beradaptasilah….

Situasi Covid-19 ini membuat situasi yang ABNORMAL seperti misalnya harus menggunakan masker, hand sanitizer, physical distancing yang kini tanpa kita sadari menjadi sebuah kondisi normal yang baru (new normal). Banyak orang menjadi stress, mereka mengatakan… When all of these will turn back into normal? Kapan semuanya akan menjadi normal Kembali? Semakin kita berharap semakin kita bertambah kecewa dan akhirnya berubah menjadi Stress.

WHO minggu lalu menyatakan bahwa Covid-19 ini akan terus ada di dunia selamanya. https://www.independent.co.uk/news/health/coronavirus-latest-covid-19-who-hiv-mike-ryan-a9513456.html - Jadi tidak ada pilihan lagi… Apakah kita akan adjust diri kita, dengan gaya hidup yang baru ini yang kita rasakan tidak normal ini atau kita tidak akan survive dan akan mati terkena infeksi Covid-19. Banyak orang yang tidak sabar dan akhirnya Kembali ke gaya hidup yang lama. Itu akan berbahaya. Berhati-hatilah….  

Kita tidak diminta untuk mengganti semua yang ada di dunia ini disesuaikan dengan kebutuhan kita. Sebab hal itu tidak mungkin terjadi. Tidak perlu juga berharap semua orang harus mengikuti aturan yang ditetapkan, tata tertib yang diatur oleh pemerintah (sebab itu tugas pemerintah dan akan membuat frustasi kita, jika kita tetap ngotot meminta semua orang mematuhinya). Kita tidak perlu emosi juga ketika orang lain tidak mau join hand untuk menjaga jarak dll. 

Yang bisa kita lakukan adalah… Adjust diri kita, buat aturan untuk diri kita dan keluarga kita supaya tetap aman, mulai membiasakan hidup di dunia yang New Normal ini dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang mungkin membuat kita tidak nyaman pada awalnya. Tapi percayalah, bila kita biasakan… semuanya akan Kembali seperti normal. Saya pribadi sekarang mulai nyaman menggunakan masker saat keluar rumah 

”I can't change the direction of the wind, but I can adjust my sails to always reach my destination” - Jimmy Dean

Stay safe and healthy my friends… Have a GREAT Day! GC


Monday, May 18, 2020

SATU NYAWA

Sabtu 16 May 2020

Oleh : Dahlan Iskan

Wuhan ngamuk. Gegara ditemukan penderita baru di kota asal Covid-19 itu, seluruh penduduknya harus menjalani tes. Seluruhnya. Mulai hari ini. Sampai lusa.

Dalam tiga hari itu, 11 juta warga Wuhan harus sudah selesai dites.

Itu bukan sekedar rapid test. Yang hasilnya kadang tidak akurat itu.

Yang dilakukan kali ini adalah langsung tes nucleus acid. Yang hasilnya pasti: positif atau negatif.

Tiongkok akan mencari sungguh-sungguh dari mana asal virus yang mencoreng nama Wuhan -- yang sudah tercoreng itu. Yakni virus baru yang menular ke kakek berumur 84 tahun itu. Yang tinggal di perumahan kelas bawah di pusat kota Wuhan itu. Yang sering keluar rumah tanpa masker itu. Yang kemudian menulari tetangganya itu. 

Memang si kakek itu salah: mengapa tidak pakai masker. Sampai semua pejabat di kecamatan itu dipecat. 

Tapi ada hikmahnya: berarti masih ada orang yang bervirus di Wuhan. Yang orang itu kesana-kemari -- menularkan virusnya kepada orang yang sembrono.

Orang itu sendiri tidak sadar kalau dirinya bervirus. Tidak ada gejala apa-apa yang ia rasakan --banyak yang seperti itu. 

Berarti sulit sekali menelusuri siapa saja orang yang merasa sehat tapi bervirus. Karena itu sapu jagad saja: semua penduduk Wuhan dites. Biarpun jumlahnya 11 juta jiwa. 

Rasanya tidak ada negara yang all-out seperti itu: mengejar satu orang dengan cara memeriksa 11 juta orang. Atau jangan-jangan ternyata banyak yang ditemukan bervirus.

Sekalian tuntas. 

Bisa juga sekaligus sebagai pilot project. Kalau hasilnya membahayakan berarti di kota lain juga perlu dilakukan tes menyeluruh.

Itulah kegilaan di Wuhan. Itulah sulitnya menjaga reputasi.

Ada lagi berikut ini:

Tidak hanya Wuhan. Yang juga lagi all-out adalah Vietnam. Yakni all-out untuk menyelamatkan nyawa satu orang. 

Di mana pentingnya nyawa satu orang itu?

Ia bukan orang yang sangat penting. Tapi kalau sampai meninggal dunia hilanglah ”gelar” agung Vietnam selama ini. Yakni gelar sebagai satu-satunya negara yang tidak satu pun orang meninggal karena Covid-19. 

Gelar agung itu telah pula menjadi kebanggaan rakyat Vietnam. Rakyat begitu kagum pada pemerintahnya. Maka jangan sampai akhirnya ada yang meninggal dunia karena Covid-19.

Upaya apa pun harus dilakukan: jangan sampai ada yang meninggal. 

Tapi rasanya akan ada.

Semoga tetap tidak ada. 

Semoga dokter terbaik di Vietnam berhasil menyelamatkan satu nyawa orang itu. Yang kondisinya benar-benar sudah gawat. Sudah menggunakan pernafasan buatan.

Ia seorang pilot. Warga asing. Dari Inggris. Ia bekerja di perusahaan penerbangan Vietnam, Vietnam Airlines.

Nama pilot itu singkat: Pasien No 91.

Awal Februari lalu ia tiba dari Inggris. Sebagai penumpang biasa. Untuk mulai bertugas di Vietnam. Ia tidak hanya menerbangkan pesawat untuk rute domestik. Juga rute internasional.

Sebelum ke Vietnam ia sudah dinyatakan negatif. Maka ia pun mulai bekerja. Ia juga hidup normal di Saigon -- kini: Ho Chi Minh City. Termasuk, kalau malam, ke bar-bar yang waktu itu masih buka. Vietnam belum di-lockdown kala itu.

Tiba-tiba ia batuk-batuk. Badan panas. Nafas sesak. Positif Covid-19.

Jadilah ia Pasien No 91.

Sementara ia menjalani isolasi di rumah sakit pemerintah melakukan pelacakan: siapa saja yang kira-kira tertular pilot itu.

Ditemukanlah 4.000 nama yang harus dihubungi. Yakni para penumpang pesawat, para pengunjung bar dan teman-teman kerjanya. Tidak mudah. Banyak sekali bar yang ia kunjungi di malam-malam membujangnya di Vietnam.

Dari pelacakan terhadap 4.000 orang itu ditemukan penderita baru. Sampai akhirnya di Vietnam terdapat 288 penderita Covid-19. Angka itu terus bertahan. Sampai sekarang tidak pernah bertambah.

Dari 288 orang itu tidak satu pun yang meninggal. 

Kecuali, ada satu yang lagi gawat itu. Pilot itu.

Umurnya 43 tahun.

Kini yang serba terbaik sudah diberikan ke pilot itu. Asal bisa sembuh. Tapi kondisinya terus memburuk.

Sulit diselamatkan.

Minggu lalu disimpulkan: satu-satunya pertolongan tinggal-lah transplantasi paru.

Maka muncullah banyak calon donor. Vietnam memang negara komunis. Tapi kulturnya tetap Budha. Di negara Budha soal donor organ dianggap sangat mulia. Media di sana menyebut ada 10 orang yang mengajukan diri bersedia menjadi pendonor paru. Salah satunya seorang veteran tentara berumur 70 tahun.

Berbeda dengan donor ginjal, donor paru tidak mudah. Orang bisa mendonorkan salah satu ginjalnya. Masih bisa hidup normal dengan satu ginjal.

Atau orang bisa mendonorkan separo hatinya. Hati yang tinggal separo bisa utuh lagi dalam tiga bulan.

Orang juga bisa mendonorkan sebagian parunya. Ia sendiri tetap bisa hidup. Tapi paru yang sudah dipotong tidak bisa utuh lagi.

Paru pilot itu sendiri sudah sangat parah. Fungsinya tinggal 10 persen. Tapi UU yang berlaku di sana masih belum membolehkan pendonor hidup.

Berarti sang pilot masih harus menunggu ada orang yang meninggal dunia di rumah sakit itu.

Doa saya untuk pilot itu. Juga untuk Vietnam.

Memang sudah tidak ada Covid-19 di Vietnam. Tapi nyawa pilot itu harus selamat.(Dahlan Iskan)

https://www.disway.id/r/934/satu-nyawa

 


Sunday, May 17, 2020

MENYINGKAP TABIR HOAX MOROWALI

Adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang disebut-sebut dalam hoax Morowali tersebut. Dari yang awalnya sebatas isu Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina, lalu berkembang lebih liar lagi semisal adanya larangan beribadah (sholat), dan larangan penggunaan jilbab untuk para karyawati yang beragama Islam.

Entah apa tujuan dari isu-isu yang dibuat oleh oknum tidak bertanggung jawab tersebut, tapi yang jelas, isu tersebut harus dijernihkan, dan diluruskan beritanya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan fact check ke lapangan, atau observasi langsung ke sumbernya, dan itulah yang saya lakukan bersama beberapa kawan aktivis.

Dari hasil penelusuran yang kami lakukan di IMIP, baik melalui pengamatan di area kerja, maupun audiensi dengan banyak pihak, mulai dari para pekerja hingga ke jajaran direksi, maka saya sampaikan beberapa poin isu dan faktanya sebagai berikut :

1) Isu soal banyaknya TKA asal Cina.

Fakta >> Jumlah TKA di IMIP adalah 3.148 orang dari total karyawan yang berjumlah 30.428. Itu artinya, jumlah TKA hanya sekitar 10% dari keseluruhan karyawan, dan itu jelas tidak melanggar batas ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

2) Isu soal adanya pelarangan beribadah (sholat) bagi pekerja.

Fakta >> Perlu diketahui bahwa di dalam kawasan IMIP itu terdapat 4 masjid dan 20 mushola yang setiap bulan mampu mengumpulkan dana infak jamaahnya hingga 200 juta rupiah. Nah, bagaimana mungkin dana infak sebesar itu dapat terkumpul kalau tidak ada jamaah yang sholat di sana ?

3) Isu soal pelarangan jilbab.

Fakta >> Para pekerja wanita yang kami temui membantah isu tersebut, dan kami juga melihat langsung bahwa banyak sekali pekerja wanita yang berjilbab. Semua itu bisa dibuktikan melalui foto-foto yang menyertai tulisan ini.

4) Isu soal demo TKA.

Fakta >> Tidak ada demo TKA, yang melakukan demo kemarin adalah para pekerja lokal terkait permintaan kenaikan gaji pokok. Terkait hal ini, jajaran direksi mengabulkan angka maksimal kenaikan sebesar 13% dari 20% yang dituntut pekerja lokal.

5) Isu soal TKA yang dipekerjakan pada jenis pekerjaan kasar.

Fakta >> TKA asal Cina yang berada di sana hampir seluruhnya bekerja sebagai operator alat yang memang berteknologi asal Cina. Mereka sekaligus bertindak sebagai trainer bagi pekerja lokal dalam rangka alih teknologi. Makanya, dari waktu ke waktu jumlah TKA akan semakin berkurang, sehingga pada tahun 2023 diproyeksikan hanya akan ada 5% (maksimal) TKA dari total karyawan 100.000 orang.

6) Isu Jokowi mengundang Cina untuk menguasai aset Indonesia (IMIP)

Fakta >> IMIP berdiri pada 19 September 2013 yang merupakan tindak lanjut dari penandatanganan perjanjian B to B di hadapan Presiden SBY dan Presiden Xi Jinping di hotel Shangrila Jakarta pada 3 Oktober 2013, yang sekaligus dalam rangka mematuhi UU Nomor.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara yang menetapkan larangan ekspor mineral mentah mulai 12 Januari 2014. Nah, semua itu terjadi sebelum era pemerintahan Presiden Jokowi.

7) Isu TKA digaji lebih tinggi dari TKI.

Fakta >> IMIP adalah perusahaan profesional di bidangnya, dan sebagaimana perusahaan-perusahaan lain, mereka memiliki standar pengupahan yang merujuk kepada aturan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya standar keahlian dan jabatan. Di IMIP gaji awal untuk lulusan SMA ada di kisaran angka 4,2 juta, masih sedikit lebih tinggi dari upah rata-rata nasional yang berada di angka 3 jutaan.

8) Isu soal TKA Cina yang disembunyikan bila ada kunjungan pihak luar ke IMIP.

Fakta >> Sistem kerja di IMIP itu dibagi ke dalam 3 shift karena beroperasi penuh 24 jam, dan sementara IMIP sendiri terdiri dari beberapa perusahaan di dalamnya. Jumlah TKA yang sekitar 3 ribuan itu hanya sekitar seribuan dalam tiap shiftnya, dan itupun terbagi lagi ke dalam beberapa perusahaan. Jadi bukanlah hal yang mengherankan ketika anda berkunjung ke IMIP, mengelilingi area kerjanya, anda akan jarang berjumpa dengan mereka, padahal area kawasan IMIP itu luas banget sekitar 2.000 hektar.

9) Isu soal adanya bahan makanan yang tidak layak makan pada menu makan karyawan.

Fakta >> Bagian Dapur di IMIP itu besar dengan peralatan-peralatan penunjang yang lengkap semisal lemari pendingin untuk menyimpan daging, buah atau sayur-mayur. Jadi tidak masuk akal kalau mereka menggunakan bahan-bahan yang telah rusak.

Sebagai catatan tambahan

1. Keberadaan IMIP juga membawa dampak keuntungan bagi masyarakat sekitar. Misal, saat ini banyak warga yang memiliki kontrakan atau tempat kost bagi karyawan IMIP dengan jumlah sewa sebesar 1jt/bulan. Sewa yang mahal sebetulnya, jika mengingat fasilitas yang tersedia di sana.

2. IMIP juga membangun fasilitas kesehatan berupa Poliklinik yang melayani masyarakat umum dengan cuma-cuma alias gratis. Anggaran yang disedikan IMIP untuk Poliklinik ini mencapai 1,2 sampai 1,4 milyar perbulannya, dimana 700 juta adalah dana yang dikeluarkan untuk pengadaan obat bagi hampir 400 pasien perhari.

3. Pajak perusahaan yang diterima negara setiap tahun dari IMIP juga besar sekali, yaitu 4 trilyun rupiah (2018), dan estimasi pada 2019 akan berkisar di angka 4,8 trilyun rupiah.

4. IMIP juga merupakan kawasan industri yang mandiri. Ini bisa dibuktikan dengan adanya fasilitas pendukung kawasan seperti pelabuhan khusus, bandara khusus, pengolahan air, pabrik oksigen, dan PLTU sendiri.

5. IMIP juga bekerja sama dengan Politeknik Industri Logam Morowali yang pendiriannya atas inisiasi Kementrian Perindustrian, dimana mahasiswa pada semester 4 & 5 akan melakukan magang di IMIP atau selama 1 tahun penuh.

Gimana, masih mau percaya hoax ?