Saturday, December 23, 2017

DISRUPSI 7 RAKSASA BISNIS INDONESIA


DISRUPSI 7 RAKSASA BISNIS INDONESIA
7 Raksasa Industri Bisnis Indonesia Yang Diprediksi Akan Terpuruk

Sudah sempat baca berita mengenai sepinya pembeli di pasar Glodok? Miris sekali rasanya, karena dulu buat orang-orang yang tinggal di Jabodetabek, kalau mau beli elektronik, ya ke Glodok. Sayangnya, kondisi sepinya Glodok ini sudah dialami sejak beberapa tahun belakangan disebabkan karena berjamurnya toko online, disisi lain, penjual diberatkan dengan uang sewa toko.
Trend bisnis Indonesia saat ini
Trend sepinya pembeli di pasar tradisional (offline) yang akhir-akhir ini terjadi diramalkan akan terus berlanjut.
Proses penjualan modern, yaitu perpindahan pembelian dari proses tradisional (offline) dimana pembeli bertemu dengan penjual di suatu tempat (seperti toko), kemudian berpindah ke pembelian secara online, dimana pembeli tidak lagi harus bertemu bahkan berinteraksi dengan penjual.
Perubahan trend ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi telah terjadi juga di belahan dunia lain dan akan terus terjadi mengikuti perilaku manusia modern yang mudah dan efisien. Akibatnya, beberapa industri dan bisnis terpaksa atau dipaksa untuk beradaptasi.
Berikut 7 jenis bisnis yang diprediksi bakal terpuruk karena perkembangan dunia digital (online):

1. Bisnis Retail dan Supermarket

Belum lama ini, kita dikejutkan dengan berita kebangkrutan salah satu pioneer supermarket yang mengusung konsep supermarket dan coffee shop, yaitu Seven Eleven. Hal ini menjadi salah satu bukti akan ketatnya persaingan bisnis di area tersebut. Belum lagi gebrakan yang dilakukan Amazon melalui AmazonGo (supermarket yang terintegrasi dengan aplikasi smartphone) yang bisa jadi akan masuk ke pasar Indonesia. Dengan mengusung konsep “No lines, No checkout” atau “Tanpa antri, Tanpa bayar dikasir”, AmazonGo bisa jadi akan menjadi saingan berat untuk brand-brand supermarket ternama seperti Carrefour, Hypermart dan lain-lain.

2. Bisnis Perdagangan Elektronik

Pasar elektronik Glodok menjadi salah satu pusat perdagangan elektronik terbesar di Indonesia pada tahun 1990-an yang berlokasi di Jakarta Barat. Sejak 2-3 tahun belakangan, Glodok menjadi sepi pembeli salah satu penyebabnya karena berkembangnya toko online. Kebanyakan pedagang yang masih bertahan di Glodok karena memiliki toko online, sedangkan pedagang yang tidak menjual online, sudah bisa dipastikan tidak dapat bertahan di Glodok.

3. Bisnis Perdagangan Handphone

Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar telpon genggam. Roxy Square menjadi salah satu saksi bisu geliat di tahun 2000an di Jakarta.
Pembangunan fly over dilakukan sebagai solusi untuk mengurai kemacetan di daerah Roxy Square dan maraknya penjualan melalui online di sinyalir menjadi 2 alasan terbesar sepinya pembeli di Roxy Square saat ini. Belum lagi biaya sewa ruko 20jt/tahun.

4. Bisnis Transportasi

Siapa yang tidak kenal GoJek, Grab atau Uber? 3 brand transportasi terbesar yang saat ini ada di Indonesia. Anehnya, meski berpenghasilan ratusan juta setiap harinya, perusahaan-perusahaan ini tidak memiliki aset transportasi sebagaimana yang layaknya bisnis transportasi sebelumnya, atau lebih dikenal sebagai “share economy” atau “peer economy”. Model bisnis tersebut, berdampak sangat besar bahkan hingga menimbulkan gejolak sosial yang sebelumnya menggantungkan hidupnya pada jasa transportasi seperti ojek pangkalan dan taxi.

5. Bisnis Perhotelan

Hampir serupa dengan nasib transportasi offline, industri perhotelan terus berusaha keras bertahan agar tingkat hunian (occupancy) tetap di angka yang menguntungkan. Salah satu faktor penyebab menurunnya pendapatan pada industri ini yaitu online marketplace (seperti: AirBnB) atau aplikasi budget hotel (seperti: Reddoorz dan Airy Room), perusahaan website/aplikasi yang memungkinkan pemilih rumah, villa, apartement bahkan kamar kos, agar dapat menyewakan propertinya kepada orang lain. Tingkat hunian (occupancy) beberapa hotel dan villa di Bali kurang dari 50% bahkan 0% occupancy selama berhari-hari, sesuatu yang jarang sekali terjadi di beberapa tahun sebelumnya.

6. Bisnis Media Cetak (Koran, Majalah, Tabloid, dll)

Sinar Harapan, Harian Bola, Koran Tempo Minggu dan Jakarta Globe adalah hanya sebagian dari banyak media cetak yang terpaksa harus menutup bisnisnya karena tingginya biaya cetak koran dan tidak mampu bersaing dengan media online (seperti detik.com, okezone), meskipun sebagian media offline sudah beralih ke online. Kejadian serupa juga terjadi di media-media cetak di Amerika, sebut saja The Washington Post dan The New York Times.

7. Bisnis Tekstil dan Pakaian

Pasar Tanah Abang atau dulunya bernama Pasar Sabtu, telah ada sejak tahun 1735 yang menjadi salah satu pusat penjualan tekstil terbesar se-Asia Tenggara yang berlokasi di Jakarta Pusat. Menurut beberapa sumber, penurunan penjualan hingga mencapai lebih dari 50% dirasakan oleh penjual jika dibandingkan dengan tahun lalu hal ini dikarenakan berkurangnya daya beli masyarakat dan persaingan dengan eCommerce (toko online) besar yang semakin digandrungi masyarakat.
Untungnya, sebagian pemilik toko di Tanah Abang masih terbantu dengan adanya pembeli reseller yang menjual kembali barang dagangan mereka melalui online.
Ekspansi bisnis ke dunia digital atau online bukan lagi menjadi pilihan tetapi sudah menjadi keharusan yang harus disegerakan. Mudahnya menjalankan bisnis online mengakibatkan ledakan jumlah toko online di seluruh dunia. Modal kecil, tanpa resiko kerugian, membuat toko online dalam beberapa menit dan peluang keuntungan besar, menjadi beberapa alasan banyak orang untuk terjun ke bisnis online. Pilihannya hanya Beradaptasi atau Tergerus zaman. Ayo mulai toko online kamu sekarang!

Friday, December 22, 2017

WULING, RIWAYATMU KINI

WULING, RIWAYATMU KINI

China dan Korea berbagi teknologi militer dengan Indonesia, hal itu tidak mengusik Jepang, karena bukan produsen senjata.
Tetapi dengan masuknya merek mobil China yang berinvestasi lengkap dengan membangun pabrik dan suku cadangnya yang bekerja sama dengan vendor lokal, membuat Jepang terperangah, tapi terlambat. Karena terlalu lama menikmati zona nyaman bersama pendukung-pendukungnya, dengan anggapan kalau membuat merk Indonesia sendiri tidak akan laku dan repot, itulah yang di kampanyekan mereka selama ini.
Jokowi membuka  kesempatan pabrikan kakap China invest lengkap dengan suku cadang  di Indonesia, yang akan merupakan kepanjangan tangan untuk pasar Asteng.
Industri yang ingin dikuasai Indonesia sejak lama adalah otomotif, hal yang penting untuk transportasi darat selain KA. Mengingat teknologinya tidak ada yang baru dan Indonesia telah lama menguasai nya.
Yang jadi masalah adalah bisa memproduksi, tapi agar laku dijual merupakan masalah lain lagi, yang melibatkan kepercayaan pembeli, serta pemasaran yang belum dikuasai Indonesia.
Industri otomotif Jepang sudah 50 tahunan bercokol di Indonesia tapi hingga saat ini tidak mau berbagi produk Indonesia dengan merk lokal.
Simak tulisan berikut memaksa Jepang berbagi kue otomotif.
Korea, Taiwan dan China sebagai saingan utama Jepang, telah berhasil menggeser industri elektronika Jepang. Akibatnya kita saksikan bersama bagaimana dominasi Jepang di industri ini tinggal kenangan.
Kini di industri otomotif Jepang mendapat lawan serius, dengan masuknya industri otomotif China yang membangun pabrik lengkap. Mereka mencoba menggeser Jepang dengan strategi handphone, yaitu spesifikasi lebih OK, harga ringan dikantong. Akibatnya smartphone bisa dimiliki siapa saja karena bukan lagi lambang status tetapi berubah jadi kebutuhan.
Begitu juga dengan otomotif, bila strategi ini diterapkan ke alat transport maka harga akan jadi wajar.
Dengan pasar otomotif yang masih 83 mobil/1000 orang (yang terendah di Asteng), maka pasar Indonesia terbuka lebar.
Rupanya Jepang masih terlena akibat berkuasa selama 50 tahunan, tetapi dengan masuknya Wuling, merk-merek Jepang yang semula jagoan mobil sejuta umat dipaksa berhitung dengan cermat .
Tidak cukup Wuling sebagai competitor Avanza cs dan mobil-mobil LCGC,   merk lain, Dongfeng sebagai kompetitor Innova cs tahun depan akan ikut terjun, memasuki segmen pasar SUV. Pasar mobil akan riuh rendah dan konsumen akan jadi raja dan tidak lagi didekte pasar .
China merusak zona nyaman tidak hanya dari segi harga, tetapi juga mutu dan spesifikasi yang lebih tinggi membuat mobil Jepang ketinggalan jaman.
Jepang kelihatan sekali gelagapan di giias di tahun 2017, sepertinya kehilangan momentum karena China iba-tiba sudah ada didepan mata siap merebut pasar.
Mereka kukuh berpendapat mutu berbanding lurus dengan harga, lupa jaman sudah berubah. Contoh: Di Indonesia VW Mobil mewah setelah difabrikasi di China jadi mobil rakyat .
Dengan adanya kebijakan pemerintah mengembangkan mobil listrik dalam waktu dekat, beban bagi Jepang bertambah untuk bersiap-siap menghadapi persaingan. Technical Knowledge mobil listrik telah dikuasai 90% oleh Indonesia bila minus baterai.
Mari kita saksikan bersama bagaimana kiat Jepang menghadapi China dan Korea. Korea mendukung penuh langkah China, yang didukung penuh pula oleh pabrikan di China dalam berinvestasi di Indonesia.
Kalau lngkah ini diikuti pabrikan mobil Korea dalam berinvestasi membangun pabrik komplit dengan suku cadang, maka lengkaplah sudah penderitaan Toyota cs, di mana mereka dipaksa berbagi kue pasar otomotif.
Terjadi pertarungan yang menguntungkan konsumen dan perekonomian negara secara makro.
Bila uang semula hanya cukup untuk beli mobil, karena harga turun sebagian uang bisa dibelikan produk lain misal assesory mobil dsb. Perekonomian ikut berkembang, begitulah hukum ekonomi yang saling kait mengkait.

Thursday, December 21, 2017

WARISAN

WARISAN
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Holland atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tentu Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari keluarga mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan. Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara mereka.
Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri. Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.
Ternyata..., Umat Kristen  juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.
Maka..., bayangkan jika kita tak henti-hentinya menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.
Jalaluddin Rumi mengatakan; "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; yang jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh."
Latar belakang dari semua perselisihan adalah karena masing-masing warisan mengklaim, "Golonganku adalah yang terbaik karena Tuhan sendiri yang mengatakannya".
Lantas..., pertanyaan saya adalah; kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang menciptakan para Muslim, Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, bahkan atheis dan memelihara mereka semua sampai hari ini?
Tidak ada yang meragukan kekuasaan Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa saja menjadikan kita semua sama. Serupa. Seagama. Sebangsa. Tapi tidak, kan?
Apakah jika suatu negara dihuni oleh rakyat dengan agama yang sama, hal itu akan menjamin kerukunan?  Tidak! Nyatanya, beberapa negara masih rusuh juga padahal agama dan rakyatnya sama.
Oleh karena itu, jangan heran ketika sentimen mayoritas vs minoritas masih berkuasa, maka sisi kemanusiaan kita mendadak hilang entah kemana.
Bayangkan juga seandainya masing-masing agama menuntut agar kitab sucinya digunakan sebagai dasar negara. Maka, tinggal tunggu saja kehancuran Indonesia kita.
Karena itulah yang digunakan negara dalam mengambil kebijakan dalam bidang politik, hukum, atau kemanusiaan bukanlah Alquran, Injil, Tripitaka, Weda, atau kitab suci sebuah agama, melainkan Pancasila, Undang-Undang Dasar '45, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Dalam perspektif Pancasila, setiap pemeluk agama bebas meyakini dan menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka tak berhak memaksakan sudut pandang dan ajaran agamanya untuk ditempatkan sebagai tolakukur terhadap pemeluk agama lain.
Hanya karena merasa paling benar, umat agama A tidak berhak memaksakan kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan.
Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan pada anak cucu kita betapa negara ini nyaris tercerai berai bukan karena bom, senjata, peluru, atau rudal, tapi karena orang-orangnya saling mengunggulkan bahkan meributkan warisan masing-masing di media sosial.
Ketika negara lain sudah pergi ke bulan atau merancang teknologi yang memajukan peradaban, kita masih sibuk meributkan soal warisan
Kita tidak harus berpikiran sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir untuk keutuhan dan kemajuan bangsa ini, agar kita bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang terus mengembangkan teknologi untuk memperbaiki peradaban manusia. Sayangnya, kita banyak ketinggalan, mari sama-sama kita berpikir dan berkarya bagaimana bangsa Indonesia bisa mengejar ketinggalan ini.
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan

Wednesday, December 20, 2017

KUDETA TAK BERDARAH

KUDETA TAK BERDARAH
Analisa Lapangan: Apakah KUDETA TAK BERDARAH sedang berlangsung di Indonesia?
Mengamati pergerakan gerakan radikal di Indonesia saat ini dan “perlawanan” mereka terhadap pemerintahan yang sah maka sangat jelas terlihat bagaimana taktik mereka berevolusi untuk mencapai tujuan mereka. Tujuan dari gerakan dengan interpretasi radikal syariat Islam ini tidak pernah berubah dari menjadikan Indonesia yang berbhineka berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menjadi sebuah Khilafah dengan prinsip One Mosque, One Ruler and One Authority.
Gerakan dengan interpretasi radikal di Indonesia ini sudah melewati beberapa fase.
Fase pertama adalah fase pasca kolonialisme yang melahirkan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Ini adalah fase dimana pergerakan kelompok radikal ini dilakukan dengan taktik perang konvensional di beberapa daerah di Indonesia. Taktik ini secara natural dipergunakan karena pada periode berakhirnya kolonialisme di tahun 40an, proses demobilisasi dan reintegrasi kelompok-kelompok bersenjata di Indonesia kedalam struktur TNI.
Fase kedua adalah fase pasca perang jihad di Afghanistan yang juga diikuti oleh mujahhiden-mujahidden asal Indonesia. Mereka yang menjadi delusi pasca perang Afghanistan ingin meneruskan peperangan mereka di Indonesia. Karena keterbatasan persenjataan, maka taktik yang digunakan adalah taktik perang asimetrik termasuk pembajakan pesawat yang dilakukan oleh Komando Jihad. Taktik perang asimetrik ini berlanjut sampai pada fase ke-3 saat runtuhnya rezim orde baru. Teror menjadi taktik yang dipakai oleh kelompok radikal di fase pasca reformasi ini.
Sampai di fase ketiga ini, gerakan-gerakan radikal ini sadar bahwa taktik yang mereka lakukan tidak akan mampu membuat mereka mencapai tujuan utama mereka yaitu menjadikan Khilafah di Indonesia. Mereka sadar bahwa disaat kekerasan yang ekstrim maupun terror (violent extremism and terrorism) yang menjadi taktik mereka mengakibatkan jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan harta benda maka itu akan kontra-produktif upaya mereka untuk mencapai tujuan, bahkan gerakan ini malah mendapat perlawanan dari ummat Islam Indonesia. Intinya adalah Khilafah akan sangat sulit diraih dengan memakai kekerasan dan terror di Indonesia, tetapi bukan berarti Khilafah itu mustahil diraih di Indonesia.
Kalau dengan melakukan kekerasan dan terror itu adalah taktik yang salah, maka apa taktik yang mungkin dilakukan?
Ini yang bisa diamati dalam fase keempat saat ini yaitu fase penetrasi ideologi.
Fase keempat yang dilakukan oleh kelompok dengan interpretasi radikal syariat Islam ini adalah dengan memanfaatkan keengganan masyarakat Indonesia untuk melawan ideologi yang bersentuhan dengan keimanan dia. simply put: dengan memakai symbol-simbol Islam maka orang Indonesia akan enggan untuk melawan, bahkan cenderung permisif terhadap perkembangan dengan taktik ini. Embrio dari penetrasi ideologi yang dilakukan oleh gerakan dengan interpretasi radikal syariat Islam ini sudah terlihat secara laten sejak runtuhnya orde baru. Pilkada DKI, perlawanan terhadap UU Ormas bahkan reuni 212 kemaren merupakan symbol perlawanan yang dilakukan oleh gerakan ini untuk mencapai tujuannya.
Kenapa sampai penetrasi ideologi ini memiliki kemungkinan untuk berhasil melebihi penggunaan kekerasan dan teror?
1. Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya adalah ummat Islam. Penggunaan kekerasan dan terorisme akan memakan korban sesama ummat Islam juga dan sebagai negara yang relative cukup aman dengan trend serangan terror yang sangat sedikit dibanding negara-negara di Timur tengah, korban jiwa akibat terror akan menciptakan penolakan besar-besaran terhadap gerakan tersebut. Sebaliknya, dengan mengkampanyekan ideologi dengan memakai simbol-simbol Islam tanpa kekerasan maka taktik ini masih bisa ditolelir oleh segmen ummat Islam Indonesia dan bahkan akan menciptakan dilema dan keengganan untuk melawan walaupun hal itu bertentangan dengan hati nurani;
2. Minimnya akses ke senjata dan bahan peledak di Indonesia membuat taktik kekerasan dan terror itu menjadi lebih sulit untuk dieksekusi. Dilain pihak, lemahnya payung hukum di Indonesia memberikan ruang bagi gerakan radikal ini untuk menyebarkan ideologi mereka berdasarkan interpretasi radikal syariat Islam;
3. Kudeta terhadap pemerintah dengan mempergunakan kekerasan itu jauh lebih susah dan akan menciptakan pertumpahan darah yang luar biasa. Disisi lain, kudeta tak berdarah atau bloodless coup itu bisa dimulai dari sekarang dan tidak membutuhkan kejeniusan taktik untuk mengelabui deteksi aparat keamanan;
4. Hancurnya ISIS sebagai salah satu organisasi teroris terbesar di dunia, salah satunya disebabkan karena ISIS terlalu cepat menjadikan dirinya sebagai ancaman terhadap keamanan negara-negara tetangga dan kawasan. Resiko ini bisa diminimalkan dengan melakukan kudeta tak berdarah dengan menekan korban jiwa yang serendah-rendahnya dan tidak menjadikan kudeta ini sebagai ancaman negara tetangga dan kawasan. Semakin kecil korban jiwa maka semakin kecil pula resiko intervensi negara asing atas nama kemanusiaan;
Harus diingat bahwa tujuan dari gerakan-gerakan radikal seperti ISIS termasuk yang ada di Indonesia itu bukan untuk membunuh orang sebanyak-banyak. Tujuan mereka cuma satu yaitu menjadikan Khilafah sesuai dengan interpretasi radikal syariat Islam versi mereka. Jadi ada saatnya mereka mempergunakan kekerasan dan terror, tetapi ada saatnya juga mereka bermutasi dan mengedepankan penetrasi ideologi untuk mencapai dukungan yang sebesar-besarnya. Teror hanya dipergunakan untuk menciptakan kesan bahwa pemerintah setempat tidak mampu, sedangkan penetrasi ideologi dipakai untuk memenangkan hati dari orang-orang yang yang gampang ditipu dan dibodohin.
Dari ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa proses KUDETA TAK BERDARAH itu sedang terjadi di Indonesia saat ini, jadi WASPADALAH!!!
Salam dari Iraq
#IndonesiaTanahAirBeta
#IndonesiaWaspada
Source wag  

Tuesday, December 19, 2017

THE NEXT VUCA

THE NEXT VUCA
(Apa yang akan terjadi setelah VUCA?)

Minggu lalu saya menerima WhatsApps dari seorang sepupu saya yang tinggal di Stockholm. Dia bilang, ”Mas Pam, artikel mas Pam diforward sampai ke groupnya diaspora di Eropa mas.“ Sebut saja namanya Randi, Dia bekerja di Swedia sementara istrinya sedang menyelesaikan program PHD-nya di kota yang sama.
Memang artikel tentang VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity and Ambiguity) itu sempat viral ke mana-mana.
Dan sekarang Randi bertanya,”What will happen again after VUCA mas?”
Pertanyaan yang logis dan make sense. Dari jaman yang dulu nya begitu teratur, sekarang kita melangkah ke jaman yang begitu “chaotic” dan “disruptive”.
Randi is right to ask “What’s next?”
Apakah lima atau sepuluh tahun ke depan jaman akan lebih teratur (mengikuti siklus sinusoidal), ataukah ternyata akan semakin “chaotic” lagi? Good question! Saya tiba-tiba merasa menjadi Robert Zemeckis yang bermain-main dan berpetualang dengan waktu di filmnya “Back to the Future “ first, second and third!
Ternyata Kevin Roberts, yang pernah menjadi Chairman Saatchi & Saatchi pernah menganalisa apa yang akan terjadi setelah jaman VUCA ini dan menuliskannya dalam bukunya “64 Shots”.
Dan inilah yang akan terjadi setelah jaman VUCA ...
 #1 - VIBRANT WORLD (optimisme dan positivisme)
Dunia di masa depan adalah dunia di mana semuanya di-“share” dengan “connection” kita.
Nokia dulu pernah meramalkan dengan tepat bahwa dunia akan penuh dengan “connecting people” , dan kemudian akan terus berevolusi menjadi “connecting the world”. Semuanya akan “connected”. We will share our dreams, our hope, our optimism for a better world, and with a full speed.
Seorang extreme traveller dari Irlandia, Benny Lewis, pernah menyampaikan,”Everyone just wants validation, love, security, enjoyment and hope for a better world”
Dan kita melihat itu dimana Sosial media platform dipenuhi dengan foto-foto cantik (hasil editan tentunya) dari wajah kita, keluarga kita, masakan kita, rumah kita, atau apapun yang kita lakukan.
Mereka semua memerlukan justifikasi dan validasi dari orang lain. Ini melambangkan bahwa kita semua masih punya harapan yang positive bahwa dunia masa depan akan lebih baik dari sekarang. Mimpi yang positive juga melambangkan bahwa masa sekarang memang masih “mengecewakan” bagi sebagian orang (sosial, politik, kemiskinan, bencana ...etc).
Tetapi itu juga melambangkan bahwa kita semua masih mempunyai harapan yang positive! Harapan yang positive adalah awal dari tindakan yang positibe untuk menuju masa depan yang lebih baik.
#2 - UNREAL WORLD (kehidupan yang tidak nyata)
Kita akan hidup di dunia yang tidak nyata. Ke mana mana gak usah bawa uang lagi, ada virtual money. Gak usah beli atau sewa ruko untuk buka toko ada virtual shop. Ada banyak pekerjaan yang sudah gak usah ke kantor atau bahkan ketemu bossnya, virtual world. Ada yang punya teman virtual dan bahkan punya pacar virtual (gak pernah ketemu, tapi pacarannya lewat messaging platform, social media dan video call di FaceTime).
Unreal dan virtual sudah memasuki semua aspek kehidupan kita.
Seorang teman saya adalah orang Amerika yang tinggal di Singapore, menjadi profesor virtual untuk universitas di China dan mempunyai istri virtual (yang tinggal di Paris dan mereka bertemu hanya sekali setahun!)
Apa sisi positive nya dari dunia yang virtual dan un-real?
Anda gak perlu punya barang yang nyata (atau real). All you need to have to be successfull is idea!
Dulu untuk mengubah dunia anda harus perlu power atau uang. Sekarang dengan ide anda bisa mengubah dunia! Idea bisa menarik modal yang besar.
Idea bisa menciptakan “niche-market” dan “Blue Ocean” initiative. Idea is the currency of millenium. Pemenang kompetisi di masa depan adalah Bangsa atau budaya atau perusahaan yang berhasil menelurkan lebih banyak idea, dengan lebih cepat dan memgimplementasikannya.
#3 - CRAZY WORLD (dunia yang tidak “lazim”
We need more “crazy” people. Kita cenderung menganggap bahwa orang yang tidak sama dengan kebanyakan orang itu gila. Padahal seringkali mereka punya banyak ide yang bisa mengubah dunia.
Orang-orang yang “crazy” adalah orang- orang yang memikirkan idea, mempertahankan idea dan terus menerus berusaha agar kita semua menjalankan idea itu. Dalam prosesnya banyak yang menganggap dia “nyleneh”, “lain”,”tidak lumrah” atau bahkan “gila”.
George Bernard Shaw pernah berkata,”Orang-orang yang reasonable berusaha mengadaptasi dirinya dengan dunia, tetapi orang-orang yang un-reasonable berusaha keras untuk mengubah dunia dan beradaptasi dengan dirinya!”
Kita melihat bagaimana Steve Jobs (Apples), Mark Zuckerberg (Facebook) dan Nadim Makarin (Gojek) bekerja keras agar dunia bisa beradaptasi dengan mereka.
Kita memerlukan lebih banyak innovator seperti mereka, kita memerlukan “crazy-people” seperti mereka. Kita tidak memerlukan orang-orang yang hanya menjadi follower dalam semua aspek kehidupan mereka. Tanyakan dalam diri anda sendiri, ide apa (sekecil apapun atau sesederhana apapun) yang anda akan lakukan untuk mengubah dunia!
#4 - ASTOUNDING WORLD (kehidupan yang membuat kita heran dan kagum)
Dunia yang akan datang memang mengagumkan dan mencengangkan! Dan itu sudah dimulai!
Amazon mengajarkan kepada kita bahwa beberapa click di handphone kita akan mengantarkan buku terbaru ke rumah saya.  Gojek mengajarkan bahwa beberapa click akan mengantarkan makanan favorite saya menemani jam makan siang saya. Youtube mengajarkan bagaimana kita bisa melihat semua cabang olahraga olimpiade sesuai yang kita suka tanpa kita ke sana. Mobile banking mengajarkan kita bagaimana menghindari hujan, panas dan macetnya Jakarta.
Dan masih banyak lagi evolusi dan revolusi yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Are you ready to be astonished? Apakah anda siap untuk lebih kagum dan lebih heran lagi?
Jadi sekarang kita mengerti kan? Setelah jaman VUCA (Volatile, Uncertainty, Complexity and Ambiguity) kita akan mengalami jaman yang semakin lebih VUCA lagi . The next VUCA is even more VUCA (Vibrant, Unreal, Crazy and Astonishing).
Terus bagaimana impactnya kepada bisnis?
Kita melihat bahwa growth perusahaan perusahaan besar mulai turun. Kita melihat bahwa start up bermunculan. Memang banyak yang layu sebelum berkembang, tapi banyak juga ternyata tumbuh dan makin berkembang bahkan mampu mengalahkan perusahaan besar.
Bank-bank besar mulai terancam dengan FinTech dan mobile payment. (Di China orang sudah lama beli semangka di pasar dengan WeChat). Pabrik besar akan tergantikan oleh automated machine. Dan ini akan terjadi di semua bidang kehidupan.
Dan ini akan terus terjadi? Yes!
Bersiaplah bahwa akan semakin banyak perusahaan besar yang tumbang. Akan banyak industri yang collapse. Akan banyak start up yang bermunculan. Dan akan banyak new industry yang akan tumbuh. Yang jelas kriteria untuk survival dan grow bukan lagi besarnya perusahaan atau besarnya modal yang mereka punya. Ukuran kesuksesan sebuah persahaan akan tergantung pada “VUCA” mereka sendiri
a) Velocity of generating and implementing new ideas  (Kecepatan melahirkan dan mengimplementasikan ide baru)
Sebuah perusahaan harus mempunyai unit baru yang menjadi inkubasi untuk semua ide-ide innovative yang akan menghasilkan long term success di masa depan. Company has to encourages all level of employees to generate the new ideas.

Jangan hanya memberikan bonus berdasarkan nilai penjualan tahun ini. Tapi pertimbangkan juga untuk memberikan incentive atas ide ide baru yang lahir dan bagaimana setiap millestone dicapai dalam implementasi ide tersebut.
Jangan hanya fokus pada pencapaian objective di masa sekarang, tapi perhatikan juga organization readiness to survive in the future dari segi business, people, customer and technology.
b) Unleash talent potential (Kemampuan memanfaatkan potensi talent-talent yang tadinya tidak kelihatan)
Di masa depan nanti kita memerlukan multi-disiplin dan cross-functional talents. Kita membutuhkan talent talent yang menguasai dua atau tiga bidang sekaligus. Mereka ini adalah talent talent yang menguasai (misalnya) Sales dan Logisik, Marketing dan Finance, HR dan Distributions Management ...etc.
Untuk itu peruahaan harus explore dan mencari potential talents, hidden talents yang selama ini tidak kelihatan. Assess mereka dan lakukan cross-functional career rotation.
c) Creativity of leadership team . (Kreativitas top leadership team untuk mencoba pemecahan baru dengan cara-cara yang baru dan tidak terjebak untuk terus menggunakan cara-cara lama)
Leader-leader di top position harus berani bereksperimen dan mencoba cara-cara dan metode baru untuk memecahkan masalah bisnis mereka. Kita tidak bisa memecahkan masalah baru dengan cara yang lama.
Learn, try, experiment and evaluate. Leaders harus menembangkan creativity mereka dalam me-manage business mereka. Creativity is nor (only) R&D business. It is every leader’s business.
d) Agility of the organization. (Kelincahan mental seluruh organisasi untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang sedang berjalan)
Agility itu tidak bisa hanya dimiliki oleh top management, tetapi juga semua orang di setiap level dan di setiap divisi. Untuk itu mereka semua harus dikomunikasikan, ditraining, didorong dan di-reward agar mereka mempunyai mental agility yang akan dibutuhkan di masa depan.
Ini harus menjadi prioritas di semua perusahaan, mengingat hal ini yang seringkali akan menjadi pembeda antara perusahaan yang survive dan yang tidak.
Jadi ingat, jangan berharap bahwa uncertainty dan chaos yang terjadi di jaman VUCA, akan berganti. Situasinya akan semakin tidak stabil.
The next VUCA adalah dunia yang akan semakin
       Vibrant
       Unreal
       Crazy dan
       Astounding
Dan untuk mengantisipasinya, makan perusahaan juga harus meningkatkan :
       Velocity (speed of generating and implementing new ideas)
       Unleash the talent potentials
       Creativity of Leadership Team , and
       Agility of the new organization
Salam Hangat, Pambudi Sunarsihanto