Friday, December 22, 2017

WULING, RIWAYATMU KINI

WULING, RIWAYATMU KINI

China dan Korea berbagi teknologi militer dengan Indonesia, hal itu tidak mengusik Jepang, karena bukan produsen senjata.
Tetapi dengan masuknya merek mobil China yang berinvestasi lengkap dengan membangun pabrik dan suku cadangnya yang bekerja sama dengan vendor lokal, membuat Jepang terperangah, tapi terlambat. Karena terlalu lama menikmati zona nyaman bersama pendukung-pendukungnya, dengan anggapan kalau membuat merk Indonesia sendiri tidak akan laku dan repot, itulah yang di kampanyekan mereka selama ini.
Jokowi membuka  kesempatan pabrikan kakap China invest lengkap dengan suku cadang  di Indonesia, yang akan merupakan kepanjangan tangan untuk pasar Asteng.
Industri yang ingin dikuasai Indonesia sejak lama adalah otomotif, hal yang penting untuk transportasi darat selain KA. Mengingat teknologinya tidak ada yang baru dan Indonesia telah lama menguasai nya.
Yang jadi masalah adalah bisa memproduksi, tapi agar laku dijual merupakan masalah lain lagi, yang melibatkan kepercayaan pembeli, serta pemasaran yang belum dikuasai Indonesia.
Industri otomotif Jepang sudah 50 tahunan bercokol di Indonesia tapi hingga saat ini tidak mau berbagi produk Indonesia dengan merk lokal.
Simak tulisan berikut memaksa Jepang berbagi kue otomotif.
Korea, Taiwan dan China sebagai saingan utama Jepang, telah berhasil menggeser industri elektronika Jepang. Akibatnya kita saksikan bersama bagaimana dominasi Jepang di industri ini tinggal kenangan.
Kini di industri otomotif Jepang mendapat lawan serius, dengan masuknya industri otomotif China yang membangun pabrik lengkap. Mereka mencoba menggeser Jepang dengan strategi handphone, yaitu spesifikasi lebih OK, harga ringan dikantong. Akibatnya smartphone bisa dimiliki siapa saja karena bukan lagi lambang status tetapi berubah jadi kebutuhan.
Begitu juga dengan otomotif, bila strategi ini diterapkan ke alat transport maka harga akan jadi wajar.
Dengan pasar otomotif yang masih 83 mobil/1000 orang (yang terendah di Asteng), maka pasar Indonesia terbuka lebar.
Rupanya Jepang masih terlena akibat berkuasa selama 50 tahunan, tetapi dengan masuknya Wuling, merk-merek Jepang yang semula jagoan mobil sejuta umat dipaksa berhitung dengan cermat .
Tidak cukup Wuling sebagai competitor Avanza cs dan mobil-mobil LCGC,   merk lain, Dongfeng sebagai kompetitor Innova cs tahun depan akan ikut terjun, memasuki segmen pasar SUV. Pasar mobil akan riuh rendah dan konsumen akan jadi raja dan tidak lagi didekte pasar .
China merusak zona nyaman tidak hanya dari segi harga, tetapi juga mutu dan spesifikasi yang lebih tinggi membuat mobil Jepang ketinggalan jaman.
Jepang kelihatan sekali gelagapan di giias di tahun 2017, sepertinya kehilangan momentum karena China iba-tiba sudah ada didepan mata siap merebut pasar.
Mereka kukuh berpendapat mutu berbanding lurus dengan harga, lupa jaman sudah berubah. Contoh: Di Indonesia VW Mobil mewah setelah difabrikasi di China jadi mobil rakyat .
Dengan adanya kebijakan pemerintah mengembangkan mobil listrik dalam waktu dekat, beban bagi Jepang bertambah untuk bersiap-siap menghadapi persaingan. Technical Knowledge mobil listrik telah dikuasai 90% oleh Indonesia bila minus baterai.
Mari kita saksikan bersama bagaimana kiat Jepang menghadapi China dan Korea. Korea mendukung penuh langkah China, yang didukung penuh pula oleh pabrikan di China dalam berinvestasi di Indonesia.
Kalau lngkah ini diikuti pabrikan mobil Korea dalam berinvestasi membangun pabrik komplit dengan suku cadang, maka lengkaplah sudah penderitaan Toyota cs, di mana mereka dipaksa berbagi kue pasar otomotif.
Terjadi pertarungan yang menguntungkan konsumen dan perekonomian negara secara makro.
Bila uang semula hanya cukup untuk beli mobil, karena harga turun sebagian uang bisa dibelikan produk lain misal assesory mobil dsb. Perekonomian ikut berkembang, begitulah hukum ekonomi yang saling kait mengkait.

No comments:

Post a Comment