Wednesday, December 13, 2017

FILOSOFI WAYANG: WISANGGENI GUGUR

FILOSOFI WAYANG: WISANGGENI GUGUR

Dalam kitab Mahabharata disebutkan bahwa Wisanggeni adalah anak keturunan dari Arjuna dengan Dewi Dresnala bidadari dari Kahyangan. Berbagai keanehan atau ketidak laziman telah menyertai kemunculannya didunia pewayangan.
Dia lahir dan besar seketika di api kawah Candradimuka. Dia sakti luar biasa. Bisa terbang, bisa masuk kedalam bumi dan lautan. Dia punya satu obsesi saja dalam hidupnya yakni: menegakkan kebenaran. Oleh karena itu tak satupun yang ditakutinya. Jangankan manusia, bahkan para Dewa termasuk Sang Hyang Girinata akan dilawannya bila bertindak tidak benar. Dia tidak berdiri dipihak manapun. Walaupun ayahnya adalah salah satu dari Pandawa, ia tetap berdiri netral. 
Ia tidak bisa berbahasa halus. Kepada siapapun ia menganggap sederajat, dan ia akan bicara dg bahasa "ngoko" atau bahasa orang awam atau rakyat kebanyakan. Dengan bahasa itu ia bicara blak blakan, apa adanya tanpa basa basi. 
Keadaan ini membuat kacau dunia wayang. Banyak sekali musuh-musuhnya dari segala penjuru. Bahkan para Dewapun berusaha membunuhnya. Diapun menyadari keadaan itu. Tetapi ia tak dapat menghindari apalagi mengingkari takdir hidupnya yaitu membasmi ketidak benaran. 
Hal ini benar-benar membebani Arjuna sebagai ayahnya. Bahkan Prabu Kresna, titisan Dewa Wisnu dan penasehat Pandawa juga khawatir. Apabila nanti Wisanggeni tahu kalau pihak Kurawa telah berlaku tidak benar maka pasti dia akan memusnahkannya. Bila ini terjadi maka Bharatayudha  yg merupakan skenario takdir alam semesta akan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Menurut takdir alam semesta pewayangan, kebenaran dan ketidak benaran merupakan unsur dinamika abadi alam semesta. Tidak bisa salah satunya ditiadakan. Bharatayuda adalah sekedar momentum puncak pertarungan keduanya. Pertarungan kelompok sifat-sifat baik dan kelompok sifat-sifat buruk. Karena itu Wisanggeni harus dihentikan.
Perlu diketahui bahwa arti kata Wisanggeni berasal dari kata Wisa yang berarti bisa (racun) dan Geni yang berarti api. Ia dapat membunuh lawannya hanya dengan menjilat bekas kakinya atau dengan meniup bayangannya saja. Maka akhirnya Sri Bathara Kresna berdialog dengan Wisanggeni dan minta agar ia membiarkan alam semesta berjalan sesuai takdir ceriteranya yaitu bahwa kebenaran dan ketidak benaran akan selalu ada selamanya. 
Wisanggeni akhirnya dapat mengerti dan bersedia untuk mundur dari percaturan jagad raya. Ia kemudian menjilat bekas tapak kakinya sendiri. Wisanggeni gugur.
Gerimis turun dari langit kelabu... Para Bidadari menangis dan menaburkan bunga duka cita... Alam semesta kembali seperti semula. Kebenaran dan ketidak benaran beriringan selamanya ... Abadi !!!
TAMAT

No comments:

Post a Comment