Wednesday, December 20, 2017

KUDETA TAK BERDARAH

KUDETA TAK BERDARAH
Analisa Lapangan: Apakah KUDETA TAK BERDARAH sedang berlangsung di Indonesia?
Mengamati pergerakan gerakan radikal di Indonesia saat ini dan “perlawanan” mereka terhadap pemerintahan yang sah maka sangat jelas terlihat bagaimana taktik mereka berevolusi untuk mencapai tujuan mereka. Tujuan dari gerakan dengan interpretasi radikal syariat Islam ini tidak pernah berubah dari menjadikan Indonesia yang berbhineka berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menjadi sebuah Khilafah dengan prinsip One Mosque, One Ruler and One Authority.
Gerakan dengan interpretasi radikal di Indonesia ini sudah melewati beberapa fase.
Fase pertama adalah fase pasca kolonialisme yang melahirkan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Ini adalah fase dimana pergerakan kelompok radikal ini dilakukan dengan taktik perang konvensional di beberapa daerah di Indonesia. Taktik ini secara natural dipergunakan karena pada periode berakhirnya kolonialisme di tahun 40an, proses demobilisasi dan reintegrasi kelompok-kelompok bersenjata di Indonesia kedalam struktur TNI.
Fase kedua adalah fase pasca perang jihad di Afghanistan yang juga diikuti oleh mujahhiden-mujahidden asal Indonesia. Mereka yang menjadi delusi pasca perang Afghanistan ingin meneruskan peperangan mereka di Indonesia. Karena keterbatasan persenjataan, maka taktik yang digunakan adalah taktik perang asimetrik termasuk pembajakan pesawat yang dilakukan oleh Komando Jihad. Taktik perang asimetrik ini berlanjut sampai pada fase ke-3 saat runtuhnya rezim orde baru. Teror menjadi taktik yang dipakai oleh kelompok radikal di fase pasca reformasi ini.
Sampai di fase ketiga ini, gerakan-gerakan radikal ini sadar bahwa taktik yang mereka lakukan tidak akan mampu membuat mereka mencapai tujuan utama mereka yaitu menjadikan Khilafah di Indonesia. Mereka sadar bahwa disaat kekerasan yang ekstrim maupun terror (violent extremism and terrorism) yang menjadi taktik mereka mengakibatkan jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan harta benda maka itu akan kontra-produktif upaya mereka untuk mencapai tujuan, bahkan gerakan ini malah mendapat perlawanan dari ummat Islam Indonesia. Intinya adalah Khilafah akan sangat sulit diraih dengan memakai kekerasan dan terror di Indonesia, tetapi bukan berarti Khilafah itu mustahil diraih di Indonesia.
Kalau dengan melakukan kekerasan dan terror itu adalah taktik yang salah, maka apa taktik yang mungkin dilakukan?
Ini yang bisa diamati dalam fase keempat saat ini yaitu fase penetrasi ideologi.
Fase keempat yang dilakukan oleh kelompok dengan interpretasi radikal syariat Islam ini adalah dengan memanfaatkan keengganan masyarakat Indonesia untuk melawan ideologi yang bersentuhan dengan keimanan dia. simply put: dengan memakai symbol-simbol Islam maka orang Indonesia akan enggan untuk melawan, bahkan cenderung permisif terhadap perkembangan dengan taktik ini. Embrio dari penetrasi ideologi yang dilakukan oleh gerakan dengan interpretasi radikal syariat Islam ini sudah terlihat secara laten sejak runtuhnya orde baru. Pilkada DKI, perlawanan terhadap UU Ormas bahkan reuni 212 kemaren merupakan symbol perlawanan yang dilakukan oleh gerakan ini untuk mencapai tujuannya.
Kenapa sampai penetrasi ideologi ini memiliki kemungkinan untuk berhasil melebihi penggunaan kekerasan dan teror?
1. Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya adalah ummat Islam. Penggunaan kekerasan dan terorisme akan memakan korban sesama ummat Islam juga dan sebagai negara yang relative cukup aman dengan trend serangan terror yang sangat sedikit dibanding negara-negara di Timur tengah, korban jiwa akibat terror akan menciptakan penolakan besar-besaran terhadap gerakan tersebut. Sebaliknya, dengan mengkampanyekan ideologi dengan memakai simbol-simbol Islam tanpa kekerasan maka taktik ini masih bisa ditolelir oleh segmen ummat Islam Indonesia dan bahkan akan menciptakan dilema dan keengganan untuk melawan walaupun hal itu bertentangan dengan hati nurani;
2. Minimnya akses ke senjata dan bahan peledak di Indonesia membuat taktik kekerasan dan terror itu menjadi lebih sulit untuk dieksekusi. Dilain pihak, lemahnya payung hukum di Indonesia memberikan ruang bagi gerakan radikal ini untuk menyebarkan ideologi mereka berdasarkan interpretasi radikal syariat Islam;
3. Kudeta terhadap pemerintah dengan mempergunakan kekerasan itu jauh lebih susah dan akan menciptakan pertumpahan darah yang luar biasa. Disisi lain, kudeta tak berdarah atau bloodless coup itu bisa dimulai dari sekarang dan tidak membutuhkan kejeniusan taktik untuk mengelabui deteksi aparat keamanan;
4. Hancurnya ISIS sebagai salah satu organisasi teroris terbesar di dunia, salah satunya disebabkan karena ISIS terlalu cepat menjadikan dirinya sebagai ancaman terhadap keamanan negara-negara tetangga dan kawasan. Resiko ini bisa diminimalkan dengan melakukan kudeta tak berdarah dengan menekan korban jiwa yang serendah-rendahnya dan tidak menjadikan kudeta ini sebagai ancaman negara tetangga dan kawasan. Semakin kecil korban jiwa maka semakin kecil pula resiko intervensi negara asing atas nama kemanusiaan;
Harus diingat bahwa tujuan dari gerakan-gerakan radikal seperti ISIS termasuk yang ada di Indonesia itu bukan untuk membunuh orang sebanyak-banyak. Tujuan mereka cuma satu yaitu menjadikan Khilafah sesuai dengan interpretasi radikal syariat Islam versi mereka. Jadi ada saatnya mereka mempergunakan kekerasan dan terror, tetapi ada saatnya juga mereka bermutasi dan mengedepankan penetrasi ideologi untuk mencapai dukungan yang sebesar-besarnya. Teror hanya dipergunakan untuk menciptakan kesan bahwa pemerintah setempat tidak mampu, sedangkan penetrasi ideologi dipakai untuk memenangkan hati dari orang-orang yang yang gampang ditipu dan dibodohin.
Dari ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa proses KUDETA TAK BERDARAH itu sedang terjadi di Indonesia saat ini, jadi WASPADALAH!!!
Salam dari Iraq
#IndonesiaTanahAirBeta
#IndonesiaWaspada
Source wag  

No comments:

Post a Comment