Friday, November 30, 2018

INTERNET PROTOCOL VERSION 9

INTERNET PROTOCOL VERSION 9
Berita bagus dan mengapa Washington menyimpan begitu banyak rasa iri dan benci terhadap China:
Setelah menonton video "National Sovereign Network IPV9 secara resmi diresmikan", saya menyadari mengapa keamanan cyber adalah keamanan nasional dan apa yang memungkinkan Pemerintah Amerika Serikat untuk mengumpulkan begitu banyak kekayaan dari setiap negara lain di dunia.
Hari demi hari dan setiap kali kami menjelajahi internet, baca email kami, WeChat, QQ, WhatsApp, dll., Dan gunakan WiFi untuk alasan apa pun termasuk streaming video di ponsel cerdas dan smartTV, kami harus menggunakan Protokol Internet Version 4 (IPV4) milik Amerika Serikat. Ini adalah server induk dan server root utama untuk WWW atau Internet di seluruh dunia.
China telah menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat untuk menyewa Internet di seluruh dunia selama 20 tahun dari tahun 2000. Setiap tahun, China dan seluruh dunia telah, dan saat ini masih membayar sewa ke monopoli Amerika Serikat. Sewa tahunan meningkat dengan peningkatan penggunaan yang terus meningkat, termasuk 500 miliar pada tahun 2007 dan 1,8 triliun pada tahun 2017. Pada akhir 2020, diperkirakan akan lebih banyak lagi yang hanya sewa dari China saja! Setiap negara lain di dunia juga membayar sewa untuk penggunaan Internet ke AS. Berapa banyak transfer kekayaan itu! Bagaimana bisa suatu negara tidak menjadi kaya ketika ia memiliki monopoli humungus seperti itu? Jika orang Amerika biasa tidak menerima bagian dari rejeki tak terduga ini, maka elit negara mereka seperti Trump, Clinton, Bush, bankster Wall Street seperti Goldman Sachs, dll., Mungkin dapat dibuat untuk membocorkan rahasia mereka.
Untungnya bagi China (juga sangat mungkin untuk negara-negara Dunia Ketiga) pada tahun 2014, China secara mandiri mengembangkan server induk IPV9 (Internet Protocol Version 9) dan server root utama dengan hak kekayaan intelektual independen. Setelah mencapai lompatan kuantum ini, China mencoba bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk memperkenalkan kepada dunia protokol IPv9 barunya. Tidak mengherankan, itu ditolak.
Kemudian pada tahun 2015, sebuah tim delegasi China ahli teknologi meluncurkan dan memberikan pengenalan uji IPV9 kepada anggota Majelis Umum PBB. Tim ahli dapat membuktikan bahwa baik keamanan dan kualitas IPV9 jauh melebihi IPv4 dan IPv6 Amerika Serikat.
Kedua negara itu kemudian diberi kesempatan untuk mempresentasikan kasus mereka pada akhir sidang Majelis PBB yang sangat mendukung IPV9 China.
Setelah diskusi lebih lanjut, Majelis Umum PBB menyerahkan pengelolaan internet di seluruh dunia ke China selama 100 tahun. Artinya, ketika sewa saat ini dengan AS berakhir pada 2020, China akan mengasumsikan kepemimpinan dan manajemen internet di seluruh dunia dengan server induk IPV9 superlatif dan server root utama.
Semua stasiun penerima dan pemancar di Tiongkok kini telah selesai. Hingga saat ini, 25 negara telah menandatangani perjanjian sewa-beli dengan Tiongkok dengan negara lain di dunia untuk mengikuti. Pada 2019, IPV9 akan dimasukkan ke dalam operasi uji coba. Ketika sewa dengan AS berakhir pada 2020, IPV4 Amerika Serikat lama dan usang akan ditutup dan Internet generasi baru China, yaitu "Internet of Things IPV9", akan mulai beroperasi. Jika Internet IPv4 dan IPv6 membuat Amerika Serikat cemerlang, maka Internet of Things IPV9 akan membawa kemuliaan dan berkah yang luar biasa ke China dan seluruh dunia selama seratus tahun ke depan!

Tuesday, November 27, 2018

IBU MERRY HOEGENG

IBU MERRY HOEGENG
Meriyati Roeslani lahir pada 23 Juni 1925. Tak banyak yang diketahui dari masa kecilnya. Ia dinikahi oleh Hoegeng Imam Santoso pada tanggal 31 Oktober 1946. 
Beberapa bulan setelah menikah, Hoegeng masih menjadi kadet Akademi Kepolisian Yogyakarta mendapat tugas dari Kapolri saat itu, R.S. Soekanto, untuk menyusun jaringan sel intelijen subversi, dengan tugas menghimpun informasi, hingga membujuk pasukan NICA membelot dan membela Indonesia. 
Meski tidak digaji, Hoegeng menjalani tugasnya dengan rasa nasionalisme yang tinggi. 
Untuk memuluskan penyamarannya, ia memutuskan melamar menjadi pelayan sebuah restoran yang biasa didatangi orang Indonesia dan orang Belanda bernama "Pinokio". Di sana, Hoegeng diterima menjadi pelayan namun, lagi-lagi tak ada gaji untuknya. Sebagai ganti, pemilik resto memberikan makanan gratis tiap hari untuk pegawainya. Di tempat yang sama, Merry, panggilan akrab Meriyati Roeslani, juga berjualan sate untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
Tak ada seorang pun yang tahu Hoegeng dan Merry adalah pasangan suami istri saat itu.
Selama mendampingi Hoegeng, Merry selalu setia dan penuh pengertian. Padahal ia tak pernah sekalipun mengecap mewahnya kehidupan menjadi istri pejabat negara. Merry tampaknya sudah terbiasa dengan kondisi serba sulit apalagi ditambah dengan kemauan Hoegeng yang tak pernah berpikir untuk hidup mewah. 
Saat pindah ke Jakarta, Merry dan Hoegeng juga sempat tinggal di garasi mobil seorang kerabat.
Setelah menjadi perwira, Hoegeng tetap hidup pas-pasan. Untuk itu istrinya, Merry Roeslani membuka toko bunga di garasi rumah dinasnya. 
Toko bunga itu ternyata cukup laris dan terus berkembang.
Tapi sehari sebelum Hoegeng dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (kini jabatan ini disebut dirjen imigrasi) tahun 1960, Hoegeng meminta Merry menutup toko bunga tersebut. 
Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan Merry. Apa hubungannya dilantik menjadi kepala jawatan imigrasi dengan menutup toko bunga?
“Nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko bunga ibu, dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya,” jelas Hoegeng.
Merry yang selalu mendukung suaminya untuk hidup jujur dan bersih memahami maksud permintaan Hoegeng itu. 
Ia rela menutup toko bunga yang sudah maju dan besar itu.
Hoegeng diangkat menjadi Kapolri ke-5 pada tahun 1969. Namun jabatan itu disandangnya hanya 2 tahun saja akibat kejujuran dan idealisme yang dimilikinya. Pada 2 Oktober 1971, Hoegeng diberhentikan dari jabatan sebagai Kapolri oleh Presiden Soeharto yang tidak suka karena Hoegeng ngotot untuk menyelidiki kasus pemerkosaan 'Sum Kuning'. 
Usai tak menjadi polisi, Hoegeng pulang ke kampung halamannya di Pekalongan untuk bertemu ibunya. 
Di sana, Merry menceritakan Hoegeng menyatakan pada ibunya bahwa ia tak lagi memiliki pekerjaan. 
"Saya tidak bisa lupakan itu. Dia sungkem lalu berkata, 'saya tidak punya pekerjaan lagi, Bu'. Ibunya mengatakan, 'kalau kamu jujur melangkah, kami masih bisa makan nasi sama garam.' Itu yang bikin kita kuat semua," kenang Merry. 
Setelah pensiun sebagai Kapolri, Hoegeng dimasukkan ke dalam daftar hitam sebagai figur yang berlawanan dengan Soeharto. 
Ia bahkan dilarang hadir dalam HUT Polri yang diperingati setiap 1 Juli.
"Yang saya ingat itu bapak dipensiunkan umur 49 tahun. Padahal masih banyak yang harus dilakukan. Saya menghadapi waktu yang berat tapi masih mau bekerja membetulkan semuanya," katan Meriyati Roeslani dengan sedih.
Usai pensiun meskipun pernah menjabat sebagai Kapolri, Hoegeng tidak memiliki rumah dan kendaraan pribadi. Namun Merry terus mendampingi Hoegeng selama lebih dari setengah abad, hingga akhirnya Hoegeng wafat pada 14 Juli 2004, setelah terserang penyakit stroke dan jantung. 
Sesuai wasiatnya, Hoegeng tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. 
Jasadnya akhirnya dikebumikan di Pemakaman Umum Giri Tama, Bogor. Sebuah tempat yang cukup terpencil, untuk mencapainya diperlukan sekitar 1 jam perjalanan dari Stasiun KA Bojong Gede.
Di usia senjanya, Merry masih terlihat bugar. Bicaranya juga masih bagus, dan masih kuat berjalan kaki dengan sehat. 
Bahkan ingatan Merry masih tetap kuat, meski seluruh rambutnya telah memutih. 
Namun kondisinya belakangan ini agak melemah dan sering sakit-sakitan.
Semoga lekas sembuh Ibu Merry.
(dari berbagai sumber)

Saturday, November 24, 2018

CHINA...CHINA...CHINA

CHINA...CHINA...CHINA
Akhir Maret 2010 dunia dikejutkan ketika produsen mobil asal China, Geely dikabarkan akan segera mengakuisisi Volvo.
Dunia makin terbelalak ketika Lenovo yang dimotori para alumni Chinese Academy of Sciences mengambil alih raksasa komputer dari AS, IBM.
Apalagi ketika China mampu menciptakan processor yang lebih hebat dari Intel sehingga mereka secara mandiri bisa menghasikan produk MRI kelas dunia. Dan itu lahir dari dapur riset Chinese Academy of Sciences.
China punya 17 juta mahasiswa yang mayoritas mengambil jurusan science & teknik. Tiap tahun tidak kurang dari 325 ribu insinyur dihasilkan.
Tiap tahun China mengeluarkan USD 60 milliar untuk Research & Development. Saat ini, fokus laboratorium-laboratorium China diarahkan untuk mendukung inovasi kaum entrepreneur untuk menghasilkan produk yang bagus & murah.
Kemajuan China sekarang tak lepas dari semangat kemandirian dari kaum terpelajarnya yang merupakan komunitas elite (cuma segelintir sarjana S1 nya dari total populasi). Tapi kesempatan jadi sarjana ini benar-benar mereka maksimalkan untuk mengambil bagian dalam membawa peradaban bangsa ke tingkat yang lebih tinggi. 
China punya Silicon Valley seperti Qingdao. Hebatnya kota nelayan ini juga punya Laoshan yang merupakan kawasan indah berhawa sejuk yang ditetapkan sebagai kawasan Industri High Tech. Di kawasan inilah berdiri berbagai perusahaan High Tech yang melakukan berbagai inovasi di bidang IT. Mereka terhubung dengan lebih dari 100 kampus terbaik di China dan beberapa lembaga riset. Dari business software IT saja wilayah ini menghasilkan devisa > USD 40 miliar/tahun (lebih besar dari income MIGAS kita).
Gaji seorang insinyur di Qingdao cuma 1/5 gaji insinyur di AS & Eropa dengan kualitas kerja yang sama. Biaya hidup di Qingdao juga sangat murah. Ini mengundang banyak perusahaan asing melakukan investasi & inovasi produk dengan menggandeng insinyur Qingdao. Tentu mereka juga harus bermitra dengan pengusaha lokal. Disinilah terjadi sinergi hebat antara SDM, Market & Investor.
China tidak punya kebun kelapa sawit tapi punya downstream CPO terluas di dunia. Dari oleokimia, oleopangan, dan oleo non food/oleo non edible mencakup ratusan item produk yg dihasilkan oleh ribuan industri hilir CPO.
Indonesia yang punya kelapa sawit, tapi mereka yang mendapatkan nilai tambah luar biasa besarnya. Itu semua berkat kehebatan visi China menjadi negara industri modern dengan dukungan riset. Nilai ekspor produk turunan CPO China lebih besar dari nilai penerimaan devisa kita sebagai penghasil CPO.
Pertumbuhan cepat China karena adanya paradigma baru setelah era Deng, yaitu lahirnya New Wave of Entrepreneurs dari kalangan kampus. Mereka terpelajar dan sangat mudah menerjemahkan kebijakan pemerintah untuk melompat ke masa depan. Sebagian besar yang kini jadi 1.000 orang kaya China adalah para sarjana alumni Chinese Academy of Sciences.
Andaikan dulu para sarjananya lebih memilih jalur aman berkarir sebagai karyawan, mungkin sampai sekarang China masih akan terbelakang. Tantangan masa depan cuma bisa dijawab oleh kaum terpelajar dan itu didukung oleh kemauan mereka untuk berwiraswasta menjadi pahlawan bagi keluarga & negaranya.
Jadi memang budaya suatu bangsalah yang membuat bangsa itu kuat melewati putaran jaman.

#RustamAthiam

Tuesday, November 20, 2018

MEMBANGUN INNER-STRENGTH

MEMBANGUN INNER-STRENGTH
Jika kita pernah berkunjung ke Rocky Mountains di Colorado tepatnya di bukit terjal menuju puncaknya yang disebut sebagai “Long’s Peak” Kita akan melihat sebuah pohon raksasa yang tumbang dan tinggal hanya sisa-sisa batang yang tingginya sekitar 1 meter, masih tegak berdiri disana.
Menurut para ahli tanaman dan lingkungan hidup disana. Pohon tersebut hidup lebih dari empat ratus tahun lamanya disana. Pohon itu tumbuh ketika Columbus mendarat di San Salvador. Tumbuh dewasa ketika para pelancong mulai migrasi dan tinggal di Plymouth.
Selama masa hidupnya pohon raksasa tersebut sering terkena hamtaman petir. Tidak kurang dari 14 kali pohon tersebut terhantam petir, namun ia tetap bertahan hidup. Demikian juga ratusan longsor yang terjadi selama 4 abad itu juga badai dan angin keras yang menerpanya… Tapi itu semua malahan memperkuat akar pohon tersebut.
Hingga suatu ketika pasukan kumbang datang dan mulai menyerang pohon tersebut hingga tumbang. Serangga tersebut memakan batangnya dan merusak “Inner Strength” dari pohon tersebut, sekalipun serangga ini sangat kecil dibandingkan pohon raksasa tersebut. Namun dengan persistensinya dan terus menerus ia merusak bagian dalam pohon tersebut dan merubuhkannya.
Kumbang, adalah serangga yang kecil, yang bahkan dengan injakan kaki kita saja, kita dapat membunuhnya. Namun bisa menghancurkan pohon raksasa yang tahan terhadap cuaca, badai, dan kuat seperti baja.
Cerita ini seharusnya adalah sebuah peringatan untuk kita semua. Negara, Perusahaan, juga diri Kita semuanya akan dapat survive atau selamat sekalipun keadaan krisis seperti apa pun juga. Bencana Alam, Kesulitan ekonomi dll. Namun Negara, Perusahaan dan juga diri Kita akan hancur jika ada “kumbang-kumbang” di dalam kita yang “Toxic”, meracuni dari dalam dan merusak INNER-STRENGTH-nya.
Apa Racun yang dapat merusak tersebut? Racun tersebut adalah: Kecemburuan, Marah, Kebencian, Pikiran picik dan Kenegatifan emosional lainnya.
Mari kita bahu membahu, membangun kekuatan di dalam kita. Kita konsolidasi, kita saling mengerti, saling menghormati. Buang racun-racun yang dapat merusak INNER-STRENGTH kita. Jangan karena ada yang jahat pada kita, lalu kita juga harus berbuat jahat padanya. Buanglah kemarahan-kemarahan kita, buang kebencian kita. Think positively…
Di hari menjelang Ramadhan, saya ingin mengucapkan bagi seluruh saudara saya yang beragama Islam, selamat menjalankan Ibadah Puasa.
Mari kita tinggalkan kebencian-kebencian, kemarahan dan hal-hal negatif lainnya (jika ada). Kita galang persaudaraan, persatuan… sebab kita ini satu. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa… INDONESIA.
Mari membangun “Inner-strength” kita… Kebersamaan dalam Persatuan yang indah…
“No matter what kind of challenges or difficulties or painful situations you go through in your life, we all have something deep within us that we can reach down and find the inner strength to get through them.” Alana Stewart
Sekali lagi, selamat menunaikan ibadah puasa dan memaksimalkan ibadah-ibadah lainnya di Bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir dan bathin
Wasallamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
M. Bambang Irawan, 1/66

Saturday, November 17, 2018

SELAMAT PAGI SAHABAT

SELAMAT PAGI SAHABAT
Oleh Prof. Rhenald Kasali
Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.
Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.
Mooryati Soedibyo
Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?
Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.
Memang ia tampak sedikit kewalahan "bersaing" dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui, kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.
Rekan kuliah belajarnya bersaksi: "Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi."
Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.
Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.
Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia "diluluskan" dengan bantuan, "sekolahnya hanya dua tahun", dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.
Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga go public. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.
Dian Sastro
Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?
Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: "no bargain on process and quality".
Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.
Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.
"Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak outstanding," ujarnya.
Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. "Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa," ujarnya.
Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. "Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya," ujarnya.
Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.
Metakognisi Susi
Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena "sekolahnya". Beruntung, banyak juga yang membelanya.
Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah "self driver" sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?
Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi "passenger", ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.
Saat saya mengirim mahasiswa pergi "melihat pasar" ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).
Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.
Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.
Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari "pintu" adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang produktif. 
Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.
Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.
Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam keseharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.                                                                      
Selamat bekerja, berusaha, berkarya, melayani dan beraktivitas, hati-hati di perjalanan, TUHAN MAHA ESA MAHA KUASA MAHA KASIH senantiasa menyertai, melindungi dan memberkati kita serta keluarga kita semua. 

Aamiin 

Wednesday, November 14, 2018

PROFESOR EGALITER UNTUK YANG TANPA KASIR

PROFESOR EGALITER UNTUK YANG TANPA KASIR
Oleh: Dahlan Iskan
10 November 2018
Inilah profesor yang ideal: badannya langsing, tidak pernah masuk rumah sakit, tidak pernah minum obat, dekat dengan mahasiswa, egaliter, aktif di penelitian, menciptakan sesuatu, dan semua hal yang ideal-ideal.
Di kartu namanya tidak dicantumkan gelar apa pun. Hanya: Raldi Artono Koestoer. Gelar akademisnya entah disimpan di mana: profesor, doktor, MSc, insinyur.
Waktu saya masuk ruangannya Prof Raldi lagi asyik di depan komputer. Dr Ir Mohammad Aditya memberitahukan kedatangan saya. Wakil Direktur Pusat Riset Universitas Indonesia ini baru berumur 40 tahun. Lulusan UI dan Jerman.
Prof Raldi terjungkit saat melihat saya datang. ''Dapat rezeki apa saya didatangi Pak Dahlan,'' ujarnya.
Saya merasa bersalah. Baru sekali ini bertemu Prof Raldi. Saya akan terus menulis namanya 'Prof Raldi'. Biar pun Prof Raldi minta agar saya jangan memanggil begitu.
Saya pun dirangkulnya. Saya lirik kakinya: pakai sandal jepit.
Di ruang sebelahnya, di gedung Fakultas Tehnik Universitas Indonesia ini, seorang mahasiswa memainkan laptop. Bisa saya lihat lewat sekat kaca di ruangan itu. Di depan mahasiswa itu tergolek  sesosok bayi. Dalam sebuah inkubator. Agak aneh: bayi itu bule. Seperti bayi pasangan suami-istri Prancis.
Ternyata itu boneka.
Saya pun digandeng ke ruang sebelah. Mahasiswa tadi tidak terusik. Ternyata lagi bikin soft ware. Untuk digitalisasi inkubator tersebut.
Itulah inkubator hasil desain Prof Raldi. Yang lahir akibat banyaknya kejadian: meninggalnya bayi prematur dari keluarga miskin.
Kekhususan inkubator UI ini: hanya 50 watt. Cocok untuk rumah orang miskin di Indonesia. Bandingkan dengan yang impor: 400 watt.
Aneh, kata profesor 64 tahun ini, di negara tropik ada inkubator dengan power 400 watt.
Kalau itu di barat, bisa dimengerti. Di sana suhu udara bisa sangat dingin. Tapi dasar mental importir, yang tidak logis pun diimpor.
Kelebihan lain: beratnya hanya 13 kg. Bisa ditenteng dari desa ke desa. Dibuat knock-down pula.
Tidak menimbulkan suara sama sekali. Tidak dipasangi kipas di dalamnya.
Dan... harganya hanya Rp 3,5 juta. Bukan Rp 40 juta. Atau Rp 50 juta. Seperti harga impor.
Kakaknyalah yang sebenarnya yang berhasil mengetuk sanubarinya. Sang kakak menantang Prof Raldi untuk mengatasi kematian bayi miskin. Bayi prematur.
Prof Raldi pun mempelajari prinsip-prinsip dasar inkubator: penghangat, merata dan cukup udara. (Lihat instagram saya: dahlaniskan19).
Begitu simple. Pikirnya.
Kenapa begitu mahal. Pikirnya.
Kok boros listrik. Pikirnya.
Berpikir. Ciri intelektual memang berpikir. Dan intelektual egaliter berpikir lebih keras: karena harus disertai misi.
Misi utama ia tetapkan: hanya untuk menolong orang miskin.
Di kartu namanya memang tertulis: Socio-technopreneur. Peminjaman inkubator gratis untuk Nusantara.
Saya bayangkan: betapa larisnya inkubator UI ini kalau dijual untuk umum.
Tapi Prof Raldi sudah teguh: hanya melayani pembeli khusus. Yakni pembeli yang mau jadi relawan UI: meminjamkan inkubator itu untuk orang miskin. Termasuk mau mengantarkan ke rumah bayi. Dan mengambilnya kembali.
Tidak boleh si orang miskin mengambil sendiri. Atau harus mengembalikan. Itu akan menimbulkan biaya. Bisa-bisa bayinya mati. Karena tidak punya uang untuk mengambil inkubator.
Kini sudah ada 70 relawan seperti itu. Di 70 kota.
Relawan di Jember misalnya, mengantar inkubatornya sampai ke Banyuwangi.
Permintaan inkubator itu bisa langsung ke relawan. Atau lewat UI: ada nomor telepon yang bisa di SMS atau WA. Ada di kartu nama Prof Raldi.
Dari mana tahu kalau yang kirim SMS itu miskin atau tidak?
''Kita kirimkan sejumlah pertanyaan,'' ujar Prof Raldi, lulusan UI dan Prancis itu.
Penjelasan Prof Raldi berikutnya membuat saya tertawa ngakak:
''Kalau jawaban SMS itu kacau pasti dia miskin,'' ujarnya.
Ada juga rumah sakit yang ingin membeli. Lalu dilayani. Tanpa diteliti apakah rumah sakit itu kaya atau miskin. Prof Raldi cukup nelihat nama rumah sakit itu: Rumah Sakit Tanpa Kasir. ''Tahu sendiri kan, apa artinya?'' ujar Prof.Raldi.
Lokasinya di Tangerang Selatan.
Atau rumah sakit di Bandung ini. Namanya: RSBC. Singkatan dari Rumah Sakit Bersalin Cuma-cuma.
Masih ada beberapa lagi ciptaan Prof Raldi. Tapi acara mahasiswa teknik mesin ini segera dimulai: MME Summit. Dekan FT UI yang juga egaliter itu, Prof Dr Ir Hendri DS Budiono sudah menunggu.
Meski mengaku belum profesor saya memanggil beliau begitu. Yang belum itu kan hanya administratif saja. Kelas dan kualitasnya kan sudah.
Dan lagi kami belum salat dhuhur. Prof Raldi mengajak saya ke mushala.
Saya kumandangkan iqamat. Prof Raldi yang jadi imam. Penuh sekali mushala itu. Doa ribuan orang miskin memberkahinya. (Dahlan Iskan)


Sunday, November 11, 2018

PENGARUH PELUKAN AYAH

PENGARUH PELUKAN AYAH
Khusus untuk para AYAH.
Di ruang  praktek Prof.Dr. Djauhar Ismail,SpA, MPH, PhD. di klinik tumbuh kembang RS Sardjito tergantung foto ayah yg memeluk anaknya.
Tidak lama saya berada di ruangan ini hanya sekitar 20 menit, namun luar biasa tamparan besar buat saya, karena kekurang-syukurnya saya, karena kesombongan saya, karena keterlenaan saya.
Ruangan klinik tumbuh kembang masih sepi hanya ada 3 pasien..
Sudut pandangan yang pertama, duduklah saya disamping seorang ibu yang sangat muda menggendong babynya yang sepertinya microchepaly (ukuran kepala kecil) yang artinya membuat perkembangan motorik anak menjadi terganggu, di usianya yang sudah 9 bulan, dia belum sanggup mengangkat kepalanya. Yang membuat saya kagum si ibu ini hanya datang sendiri tanpa suami dan keluarganya. Padahal dalam keadaan demikian saya yakin perempuan butuh laki-laki.
Di sudut pandangan sebelah timur, tampak seorang ibu yang sudah kelihatan agak sepuh sedang menitah anaknya. Ya, anak itu sudah berusia 5 tahun tapi belum bisa berjalan, menurut sang ibu (sebelumnya saya kira neneknya) anaknya terdiagnosa down syndrome. Dan lagi-lagi ibu itu hanya ditemani oleh anak perempuannya yang masih SMA. 
Di sudut pandangan depan saya, seorang anak sedang di terapi speech delayed. Dia masih kesulitan dan malas bicara padahal usianya sudah 4 tahun. Hanya ada 2 kata yang selalu diucap yaitu mamah dan maem. Dan sekali lagi tidak tampak sosok laki-laki di dekatnya, hanya ada mamah dan neneknya.
Tidak berapa lama, beliau datang dan meminta saya ke ruangan dan tidak sampai 3 menit urusan acc ujian beres, selebihnya kami banyak berbincang. Penasaran saya tanyakan makna dan maksud beliau memajang gambar "FATHER'S TOUCH"
Penjelasan beliau panjang lebar yang intinya saat ayah memeluk, menyentuh sesungguhnya ayah  sedang mentransfer kemampuan dan kemandirian pada diri anak. Selain itu aspek yang sifatnya berani berinteraksi dengan figur otoritas yang dimiliki ayah. 
Hmmmm....dalem sekali maknanya.
Beliau mengatakan, "Coba, njenengan lihat di ruangan ini mana anak yang diantar ayah, kakek atau om atau pakdhenya?.." hehee iya juga ya.
Tak heran, jika banyak anak perempuan yang dekat dengan ayahnya akan tumbuh sebagai pribadi yang tangguh. Tentu tak heran pula jika banyak para gadis kemudian berusaha mencari dan menikahi laki-laki pujaannya kelak yang memiliki sifat dan sikap seperti ayah yang dikaguminya.
Sedangkan pelukan dari ibu akan mentransfer sifat penuh kasih atau empati pada anak. Ibu itu figur afeksi, yang ketika anak sakit, ia akan memeluk anak maupun mengambilkan obat untuk anak. Anak yang sering mendapat pelukan ibu akan menjadi pribadi yang mudah memberikan kasih sayang atau rasa simpati kepada orang lain.
Ditilik dalam kehidupan nyata, ayah memang tak selalu intens dalam memberikan pelukan kepada anak. 
Bisa jadi, ayah yang sulit memeluk dulunya juga mungkin jarang dipeluk.... (ehmmmm.....)
Karena si ayah tumbuh dan berkembang jarang dipeluk, ia akan melakukan hal yang sama kepada anaknya. Tetapi kalau ia biasa dipeluk, ia akan memeluk anaknya. 
Dalam penelitian yang dirilis dalam buku The Miracle of Hug, mengungkap bahwa pelukan orangtua kepada anaknya dapat membangun konsep diri yang positif, mengurangi emosi negatif seperti kesepian, cemas atau frustasi, serta meningkatkan kecerdasan otak, merangsang keluarnya hormon oksitosin yang memberikan perasaan tenang pada anak.
Dengan pelukan pula, anak akan merasa dicintai dan dihargai. Anak yang sering mendapat pelukan dari orang tuanya akan lebih efektif sembuh dari depresi, dan akan timbul rasa percaya dirinya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Bahkan, pelukan saat inisiasi dini, sesaat setelah bayi terlahir ke dunia, akan mentransfer sejenis mikroorganisme yang membuat daya tahan tubuh bayi semakin kuat.
Tak perlu khawatir dengan mitos yang mengatakan bahwa anak yang sering mendapat pelukan akan menjadi cengeng. Lupakan paradigma kalau anak saya laki-laki harus bermental kuat, kalau dipeluk-peluk nanti melempem. 
Enyahkan pikiran kalau anak saya cuman perempuan satu-satunya ini, dengan didikan "kenceng" supaya dia mandiri tidak manja. 
Tegas, mandiri, kuat tidak harus dibentuk dengan kekerasan (verbal atau fisik sekalipun). 
Banyak pakar yang sudah ber-quotion bahwa sentuhan dan pelukan orang tua kepada anaknya sungguh memiliki kehebatan luar biasa yang tidak dimiliki obat-obat ciptaan dokter di dunia
Jadi, siapkan sentuhan dan pelukan terbaik untuk anak-anak tersayang. 
Minta maaflah dan sadarlah sudah sering bertindak "kasar" kepada anak-anak.

Wednesday, November 7, 2018

NILAI TUKAR TAHU GORENG

NILAI TUKAR TAHU GORENG
"Dolar naik terus, mas," ujar Abu Kumkum. Dia menyomot sebuah tahu goreng isi toge. Ini tahu ketiga yang dimakannya. Kumkum membayar Rp5000. Harga tahu sama seperti delapan bulan lalu, sebelum dolar naik seperti sekarang. Goceng dapat tiga potong.
Saya cuma manggut-manggut. 
Abu Kumkum menegaskan lagi, seolah saya gak mendengar omongannya. "Dolar sudah Rp14.850 lho mas."
Saya diam saja, Barusan saya beli rokok, harganya juga sama seperti beberapa beberapa bulan lalu. Gak banyak berubah. 
Tadi pagi, kata Kumkum, dia membeli beras, ikan dan sayuran di pasar. Harganya juga tidak berubah jauh. Ada yang naik, ada yang turun. Tapi gak gila-gilaan juga naik-turunnya. Harga telur memang pernah naik sedikit, tapi sekarang sudah normal lagi.
Jadi dolar naik, emang kenapa, Kum?
Coba lihat di pasar. Semua bahan makanan tersedia. Kamu mau membeli apa semuanya ada. Harganya juga masih biasa-biasa saja. Gak banyak berubah. 
"Lalu kalau dolar naik, siapa yang repot? Kenapa orang-orang pada teriak soal dolar?"
Begini, kang. Yang terkena dampak kenaikan dolar itu adalah barang-barang impor. Atau barang-barang yang proses produksinya menggunakan bahan baku impor. Kalau barang itu diproduksi sendiri oleh kita, kenaikan dolar gak banyak pengaruhnya.
Siapa yang pertama kena imbas kenaikan dolar, yaitu mereka yang terbiasa menggunakan barang impor untuk konsumsinya. Harga makanan kemasan yang berasal dari impor juga naik. Tapi itu hanya dirasakan oleh kalangan menengah. Kelas kayak kita yang makan bubur ayam gerobakan, mah, cuma kena isunya doang. Dampaknya belum terasa sekarang.
Ok, dolar naik. Tapi coba lihat angka inflasi sekarang. Menurut data BPS inflasi kita rata-rata gak sampai 4%. Artinya untuk barang yang dikonsumsi publik kenaikkannya gak besar-besar amat. Kenapa inflasi bisa terjaga? Karena pemerintah serius memikirkan kemampuan daya beli rakyat.
Untuk kita, Kum, yang paling penting adalah angka inflasi terjaga. Harga-harga barang terjangkau. Bisa dibeli dengan mudah. Barangnya tersedia banyak di pasaran. Itu yang penting. "Ngapain kamu mikirin dolar yang naik, wong kamu masih bisa makan tahu seharga goceng tiga potong," kataku.
"Tapi kalau dolar naik, kan bahaya buat ekonomi kita?"
Iya, kalau naikknya gila-gilaan memang bahaya. Turun gila-gilaan juga bahaya. 
Tapi begini. Dulu ekonomi AS krisis. Pemerintahnya memproduksi dolar banyak untuk menggerakkan roda ekonomi. Bunga bank rendah agar pengusaha bisa meminjam. Sebagian uang dengan bunga rendah itu dilarikan untuk investasi di luar AS yang keuntungannya lebih tinggi.
Lalu Trump menang. Dia mengambil kebijakan berbeda yaitu dengan menarik kembali uang yang ada di luar agar masuk kandang. Trump menaikkan pajak barang impor. Dia menghambat barang dari luar untuk masuk dengan bebas. Di sisi lain, The Fed menaikkan suku bunga.
Akibatnya orang lebih untung menempatkan dolarnya di AS dibanding dengan di luar negeri. Dana yang tadinya berada di berbagai negara, lalu terbang kembali ke haribaan AS. Akibatnya terjadi kekosongan dolar di berbagai negara.
Nah, negara-negara itu atau rakyatnya kan juga harus melakukan transaksi dengan dolar. Karena harus impor barang atau bayar utang kepada investor asing. Kita butuh dolar, sementara dolar lagi balik kandang ke AS. Akibatnya dolar yang ada di pasaran harganya jadi naik.
Bukan hanya rupiah yang tertekan. Lira Turki juga ngos-ngosan. Ringgit Malaysia juga deg-degan. Peso Argentina juga ampun-ampunan. Bath Thailand juga kena imbas. Pokoknya seluruh dunia kena imbas dari kebijakan Trump yang ajaib ini.
Seluruh dunia kena imbasnya. Termasuk Indonesia. Tapi ada negara yang imbasnya pada angka inflasi yang melonjak sehingga barang-barang mahal. Ada juga yang berusaha menjaga dampak fluktuasi dolar dengan mempertahankan angka inflasi yang rendah. Nah, Indonesia mengambil kebijakan tersebut.
Orang-orang ada yang teriak dolar naik. Dolar naik. Tapi dia masih bisa beli beras Rp9.500 seliter. Bisa membeli rokok dengan harga biasa. Bisa membeli pakaian dengan harga yang gak banyak berubah. Tapi dia sok-sokkan menyerang pemerintah dengan belagak pusing mikirin harga dolar. Wong, isi data saja belinya paket gocengan.
Jalan yang paling realistis untuk mengantisipasi adalah dengan menganjurkan kepada orang-orang kaya pemilik dolar untuk melepas dolarnya ke pasar. Para politisi dan pejabat yang memegang dolar, jangan cuma kritik dan nyonyor harga dolar naik, tapi tukarkan dolar miliknya menjadi rupiah.
Coba tanya Sandiaga Uno, yang sekarang lagi nyinyir. berapa banyak dolar yang sudah dilepas ke pasar untuk membantu memperbaiki rupiah? Tanya Fadli Zon, berapa sudah simpanan dolarnya ditukarkan. Tanya hal yang sama pada SBY atau Prabowo. atau kepada siapa saja orang-orang superkaya yang sekarang nyinyirin pemerintah. Apakah mereka benar mau membantu rupiah agar nilainya kembali normal dengan melepas dolarnya, atau jangan-jangan malah mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar.
Bagi rakyat kebanyakan, yang menjadi soal bukan dolar mahal atau murah. Toh, transaksi kita tetap menggunakan rupiah. Dan masuk ke restoran mahal setahun sekali. Yang paling penitng bagi kita, apakah harga barang di pasar mahal apa gak. Barangnya tersedia apa gak. 
Kalau dilihat dari data inflasi sih, kenaikan rata-rata barang nilainya rendah. Masuk ke warung, minimarket atau supermarket juga mau cari barang apa saja masih banyak.
"Tahu goreng nilai tukarnya masih sama," ujar Abu Kumkum. 
"iya benar."
"Harga rokok tetap."
"Nah..."
"Honor penulis juga belum ada kenaikan, ya mas."
"Rese lu!"
Eko Kuntadhi