Sunday, November 4, 2018

MENINGKATKAN TINGKAT LITERASI INDONESIA

MENINGKATKAN TINGKAT LITERASI INDONESIA
Yang harus dilakukan untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia
September 22, 2017
Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi anak-anak dan orang dewasa di Indonesia sangat rendah.
Kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan hasil tes PISA (The Programme for International Student Assessment) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2016.
Sementara 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki kemampuan memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks.
Data ini disimpulkan dari hasil penilaian PIAAC (The Programme for the International Assessment of Adult Competencies), tes kompetensi sukarela untuk orang dewasa yang berusia 16 tahun ke atas.
Kemampuan Literasi di Indonesia
Pada 2014-2015, Indonesia secara sukarela juga mengikuti PIAAC yang diselenggarakan oleh OECD. Penilaian PIAAC ini meliputi literasi, kemampuan angka dan kemampuan memecahkan masalah.
Berdasarkan laporan berjudul “Skills Matter” yang dirilis OECD pada tahun 2016, berdasarkan tes PIAAC, tingkat literasi orang dewasa Indonesia berada pada posisi terendah dari 40 negara yang mengikuti program ini.
Tes PIAAC, menemukan bahwa hanya 1% orang dewasa di Jakarta yang memiliki tingkat literasi yang memadai (Level 4 dan 5). Orang dewasa dengan tingkat literasi level 4 dan 5 dari tes PIAAC, dapat mengintegrasikan, menafsirkan, dan mensintesis informasi dari teks yang panjang yang mengandung informasi yang bertentangan atau kondisional. Dan hanya 5.4% orang dewasa di Jakarta memiliki tingkat literasi pada level 3, yaitu dapat menemukan informasi dari teks yang panjang.
Mengapa tingkat literasi Indonesia rendah?
Terakhir faktor rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia. Menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) sampai 2015 pembaca surat kabar hanya 13,1%, sementara penonton televisi mencapai 91,5%.
Rendahnya minat membaca ini antara lain terjadi sejak kemerdekaan akibat dihapuskannya secara bertahap buku bacaan wajib di sekolah. Dulu di era sebelum kemerdekaan pelajar AMS (sekolah setara SMA untuk pribumi di zaman pendudukan Belanda) diwajibkan membaca 25 judul buku dan pelajar HBS (sekolah setara SMA untuk anak Eropa dan bangsawan pribumi) sebanyak 15 judul buku.
Dampak Literasi Rendah
Berdasarkan laporan UNESCO yang berjudul “The Social and Economic Impact of Illiteracy” yang dirilis pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.
Berdasarkan laporan Bank Dunia tingginya kesenjangan di Indonesia saat ini sebagian besar disebabkan kesenjangan keterampilan (skill gap) yang tentunya terjadi karena rendahnya tingkat literasi.
Oleh karena itu kunci dalam meningkatkan produktivitas bangsa dan menurunkan angka kemiskinan serta menurunkan tingkat kesenjangan terletak pada keberhasilan kita dalam mengatasi masalah literasi.
Baca selengkapnya di:
http://theconversation.com/yang-harus-dilakukan-untuk-meningkatkan-tingkat-literasi-indonesia-83781

No comments:

Post a Comment