Tuesday, July 27, 2021

SPIRITUALITAS JAWA

Pengakuan dari seorang teman"

Saya memang keturunan Tionghua, tapi lahir dan besar di tanah Jawa, hidup dalam lingkungan yang berbudaya Jawa, bahkan lebih bisa berbahasa Jawa halus dibandingkan sebagian orang Jawa sendiri. 

Ada yang menarik bagi saya dalam budaya Jawa, yaitu konsep Tuhan. 

Konsep Tuhan dalam budaya Jawa itu unik,  khas, dan berbeda dengan konsep Tuhan dalam budaya bangsa lain (USA, Timur Tengah, Eropa,  dll), yang sering memberikan gambaran Tuhan dengan sifat manusia seperti : senang, marah, cemburu, menghukum, dsb. 

Spiritualitas Jawa tidak pernah menggambarkan Tuhan dengann konsep sebagai personal atau sosok hebat di atas langit yang bebas melakukan apa saja terhadap manusia seperti menguji, memerintah, melarang, menghukum atau memberikan hadiah dengan berbagai atribut serta perilaku manusia yang lainnya. 

Dalam spiritualitas Jawa, sosok Tuhan sering disebut dengan istilah Hurip (Hidup) atau Sang Hyang Hurip / Yang Maha Hidup. Konsep ini bersifat abstrak dan universal daripada konsep tentang Tuhan sebagai sosok yang bersifat anthropomorfis tadi. Itulah sebabnya dalam spiritualitas Jawa tidak ada istilah menyenangkan Tuhan, memperjuangkan Tuhan, membela Tuhan,  ataupun bahkan berperang atas nama Tuhan,  karena Tuhan dipahami sebagai Sumber, Dasar dan Tujuan dari segala sesuatu, kekuatan kehidupan itu sendiri (Sangkan Paraning Dumadi). 

Dengan demikian, spiritualitas Jawa dapat menghargai dan hidup harmonis selaras dengan keyakinan dan kepercayaan lain karena menganggap semua itu berasal dari Tuhan,  sehingga tidak ada persaingan untuk menunjukkan atau berebut mengenai Tuhan ini milik siapa yang lebih benar, karena semuanya toh juga berasal dan akan kembali kepada Tuhan juga tanpa ada pembedaan dan diskriminasi sedikitpun. 

Itu sebabya juga dulu orang Jawa bisa menerima dan mempersilahkan agama dari bangsa-bangsa asing untuk bisa masuk,  hidup dan berkembang di tanah Jawa,  meskipun pada akhirnya tidak sedikit dari mereka yang kemudian berkembang menjadi arogan, ekspansif dan bahkan ingin menghilangkan,  bahkan mengusir sang tuan rumah dari tanahnya sendiri. 

Spiritualitas Jawa tidak pernah bicara tentang usaha mendominasi untuk menguasai dan mengatur seluruh dunia ke dalam satu sistem yang seragam dan sama. Spiritualitas Jawa menghargai keragaman dan perbedaan secara sebenarnya, bukan basa basi di mulut saja. 

Dan karena sifatnya yang demikian, maka spiritualitas Jawa juga tidak sibuk mengatur tentang perilaku manusia,  melainkan sekedar berusaha membangkitkan kesadaran manusia, agar dengan kesadaran diri itu manusia bisa mengatur dirinya sendiri dengann lebih baik. 

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan doktrin yang kaku dan tidak boleh diubah,  karena menyadari bahwa pengertian manusia akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan tingkat kesadarannya seiring waktu. 

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan sistem dan lembaga yang cenderung akan menciptakan penjara  baru bagi umat manusia. Tidak menciptakan dokumentasi yang mati dan kaku karena menyadari bahwa kitab sejati letaknya ada di hati nurani dan sanubari manusia yang terdalam, karena disitulah manusia akan bisa memahami Tuhan yang sejati dan bukan Tuhan yang sekedar sebagai "berhala mental" saja. 

Spiritualitas Jawa juga tidak menciptakan teror, menakut-nakuti, maupun ancaman,  juga tidak ingin menciptakan perbudakan terhadap manusia berdasarkan ancaman dan rasa takut. Hanya ada welas asih, karena welas asih adalah sifat dan hakikat  Tuhan yang sejati. 

MEMAYU HAYUNING BAWONO.  SURA DIRA JAYANINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI.  JAYA JAYA WIJAYANTI. 

RAHAYU SAGUNG DUMADI. 

MUGI RAHAYU JANMA KANG BEBUDI RAHAYU. 

Semoga budaya yang begitu luhur dan indah dari leluhur tanah Jawa ini, tidak dilupakan begitu saja oleh anak cucunya sendiri 


No comments:

Post a Comment