Monday, October 26, 2015

PERSEPSI

Bismillahirrohmaanirrohiim..
Berbeda jauh dengan suasana kereta AC pada umumnya, kereta ekonomi non-AC Jabodetabek yang lumayan panas hawa dalamnya. Penumpang saling dempet berdempet. Kebanyakan berdiri. Saling berusaha menyeimbangkan tubuh agar tidak terbawa godaan gerbong yang kadang berguncang.
Seorang eksekutif muda, berdiri di antara mereka. Sesak-sesakan dengan penumpang lain. Pakaiannya adalah jas elegan. Keringat terlihat beberapa tetes. Cukup bersih. Setidaknya, beda jelas dengan lainnya.
Lalu, ia membuka HP Tablet Androidnya. Besar. Lebih besar tentu dibanding HP umumnya. Ia memang sedang ada chat penting dengan para donatur. Chat tentang dana untuk membantu orang-orang kebanjiran.
Semuanya menoleh padanya atau meliriknya. Apa bathin mereka?
Di pintu, ada seorang pemuda lusuh membathin, 'Huh, pamer dia dengan barangnya. Sudah tahu di kereta Ekonomi.'
Di belakang pemuda lusuh itu, seorang pedagang membathin, 'Mentang-mentang sekali HP nya seperti itu dipamerkan. Sudah tahu di kereta Ekonomi.'
Seorang nenek-nenek membathin, 'Orang muda sekarang, kaya sedikit langsung pamer. Naik kereta Ekonomi, pamer-pameran.'
Seorang emak-emak membathin, 'Mudah-mudahan suami saya ga senorak dia. Norak di kereta Ekonomi bukanlah hal terpuji.'
Seorang gadis ABG membathin, 'Keren sih keren, tapi ga banget deh sama gayanya. Kenapa ga naik kereta AC saja kalau mau pamer begituan?'
Seorang pencopet mengintai, 'Ini penghinaan buat gue. Seenggaknya gue ga bakal nilep barang terang-terangan. Nape ni orang ga naek kereta AC aje si? Pamer segala!'
Seorang pengusaha membathin, 'Sepertinya dia baru kenal 'kaya'. Atau dapat warisan. Hhh...andai dia merasakan jerih pahit saya jadi pengusaha; barang tentu saya tidak akan pamer barang itu di kereta Ekonomi. Kenapa tidak naik AC saja sih?'
Seorang ustadz kampung melirik, 'Andai dia belajar ilmu agama, tentu tidak sesombong itu. Urusan pamer, naiklah ke kereta AC.'
Seorang pelajar SMA membathin, 'Gue tau lo kaya. Tapi plis deh, lo ga perlu pamer gitu kalle' ke gua. Gua tuh ga butuh style elo. Kalo lo emang pengen diakuin, lo bisa out dari sini, terus naik kereta AC. Kalo gitu kan, lo bisa pamer abis. Di sono mah comfort gila. Ill feel gue.'
Seorang tentara membathin, 'Nyali kecil, pamer gede-gedean. Dikira punya saya tak segede itu. Kalau mau belagak pamer, pamer sekalian di kereta AC.'
Seorang penderita busung lapar membathin, 'Orang ini terlalu sombong, ingin pamer di depan rakyat kecil. Padahal kereta untuk orang semacam ini adalah kereta AC, bukan kereta ekonomi yang isinya rakyat kecil.'
Seorang mahasiswa di kampus ternama membathin, 'Gue ga tega orang begini idup. Gue agak heran, ni orang nyawanya berape. Belagu amaat! Pengen banget gue usir biar die naik kereta AC aja.'
Si eksekutif muda tersenyum. Ia menyimpan Tabletnya di tas. Pikirannya hanya terfokus pada dana. Ia tersenyum   membatin, 'Alhamdulillah, akhirnya para donatur bersedia membantu semuanya. Alhamdulillah. Ini kabar baik sekali.'
Lalu, ia sempatkan melihat kantong bajunya. Secarik tiket kereta Ekonomi di dalamnya.
Ia bergumam, 'Tadi sempat tukaran karcis dengan seorang nenek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tidak tega saya. Biarlah dia yang naik kereta AC itu. Mudah-mudahan selamat.'
Maha benar firman Allah swt yg mengatakan bahwa sebagian besar prasangka itu adalah dosa ... 

No comments:

Post a Comment