Thursday, June 7, 2018

P E C A H

P E C A H   
Seperti biasa anakku Boy Steven Luther John Damanik kalau jam makan siang, pasti pulang ke rumah,  tidak makan dikantornya. Lidahnya lebih cocok dengan makanan rumah. Saat dia makan, di layar tv berita tentang permohonan keluarga korban tenggelamnya KM Sinar Bangun, untuk tidak menghentikan pencarian mayat yang tenggelam, meskipun sudah 2 minggu lebih. 
Aku jadi teringat beberapa tahun lalu,  Boy ke Bali untuk ujian mendapatkan "SIM" menyelam "naik tingkat" menyelam lebih dalam. Saat itu barulah aku tau, ternyata bukan cuma bawa mobil, motor,  truk,  pesawat, kereta api yang ada SIM nya. Menyelam pun gak boleh sembarangan. Selain bahaya, taruhan nyawa, mahal pula biaya untuk ujian dan mendapatkan SIM.  Sampai juta jutaan. 
Saat kutanya, ngapain buang buang duit untuk sesuatu yang berbahaya. 
Jawab Boy : "Nggak semua orang beruntung bisa melihat keindahan laut di kedalaman tertentu, mah. Dan itu gak bisa dinilai dengan uang"
Hmmm.. Masih gak masuk diakalku,  secara aku memang gak suka air.Lalu teringat peristiwa tenggelamnya ratusan orang di Danau Toba. Aku jadi serius nanya ke Boy. 
"Teringatnya Boy, sampai kedalaman berapa meter loe bisa nyelam?" 
"30 meter mah,  kenapa?"
"Emang paling dalam berapa meter orang bisa nyelam?"
"50 meter"
"Lebih dari 50 meter?"
"Ya matilah mah,  pecah pembuluh darahnya. Tekanan di air itu lebih berat dari pada tekanan di udara. Perbandingannya 1 : 1000, 1 meter di dalam air sama dengan 1000 meter di udara, makanya meski sudah ribuan meter di udara, kita tidak begitu pengaruh, paling kuping agak mendenging dikit"
"Jadi gak bisalah orang nyelam sampai kedalaman 450 meter?"
"Oalaah maah. Di kedalaman 50 meter aja, kita gak bisa lama lama. Paling lama sekitar belasan menit. Mama tau gak. Kalau nyelam itu, mesti pelan pelan turunnya gak bisa langsung buru buru kedasar. Setiap  5 meter berhenti, menyesuaikan tekanan udara. Kalau kita bawa botol air mineral,  itu akan terlihat menciut. Semakin kedalam semakin menciut. Pembuluh darah kita juga begitu juga.Trus setelah di kedalaman 30 meter, gak bisa lama lama Mah.. Persediaan oksigen juga tertentu waktunya. Saat naik kembali ke atas pun sama. Tidak bisa buru buru, setiap 5 meter berhenti. Kalau mendadak langsung naik, tekanan udara naik. Pembuluh darah pecah. Mati kontan mah.."
Waduuh..! Segitunya ya Boy. Patutlah tak ada yang nyelam ke bawah. Kasihan mama liat orang orang yang masih menunggu, keluarganya diangkat dari danau"
"Susah ngasi pengertian sama keluarga yang berduka. Kita dianggap gak punya perasaan. Kalaupun mayat itu bisa didapat, ya sudah hancurlah kalau diangkat kepermukaan. Sebaiknya memang dihentikan. Kan sudah tau lokasinya, ya bersyukurlah bisa tau tujuan berjiarah"
Hhhhh... Tiba tiba dadaku yang jadi sesak.Lalu aku bertanya, ingin tau apa jawaban Boy. 
"Kalau seandainya mama yang tenggelam di danau itu, gimana Boy?" 
"Ya.. Gimana lagi,  ya di ikhlaskanlah. Toh udah mati, mau diapain lagi?"
Sambil ngomong gitu, Boy cium guwe lalu permisi kembali ke kantornya. 
Tinggallah awak sendiri dimeja makan, merenung. Enteng aja Boy menjawab begitu. Mak jadi ngeri kali kurasa mendengar cakap anak awak itu begh.. Yang salah ajarnya ini,  pikirku pulak. Tapi setelah kurimang rimangi,  iyalah pulak. 
Boy itu kan sudah mengerti tentang kenapa sulit untuk mengevakuasi korban meskipun sudah tau lokasi kapal tenggelam. Kedalaman 450 meter itu luar biasa. Untuk menyelam di kedalaman 50 meter saja perlu 2 tabung oksigen. Tidak ada yang bisa menyelam ke 450 meter sana kecuali robot dan peralatan canggih. Itupun kata Boy belum tentu bisa dapat. 
Aiiiih... Berat memang di situasi seperti ini. Kita bukan orang yang pesimis. Kita adalah orang yang berpengharapan, orang yang optimis. Namun berhikmadlah. Jadilah orang yang optimis realistis. Relakanlah. Toh mereka tidak kemana mana,  semua kembali ke PenciptaNya. Ikhlaskanlah. 

Selamat malam.

No comments:

Post a Comment