Saturday, July 4, 2020

RUMAH SAKIT HUSADA

Cerita tentang RS Husada (copas tetangga). Nama aslinya bukan Husada, tapi adalah Rumah Sakit “Jang Seng Ie”, yang merupakan satu sumbangan tak ternilai dari masyarakat kalangan Tionghoa terhadap orang-orang miskin di Jakarta. Entah kenapa, pada tahun 1965, Prof. Dr. Satrio sebagai Menteri Kesehatan, mengganti nama rumah sakit Jang Seng Ie menjadi R.S Husada.

Berdiri sejak tahun 1924, di bawah inisiatif dan pimpinan dari Dr. Kwa Tjoan Sioe, Jang Seng Ie adalah wujud rasa kemanusiaan luar biasa dari kalangan masyarakat Tionghoa terhadap kondisi penanganan kesehatan masyarakat Betawi (Jakarta) yang amat buruk dari penjajah Belanda saat itu.

Bayangkan, puluhan ribu masyarakat dari berbagai kalangan, terutama penduduk Betawi, diobati secara cuma-cuma alias gratis di rumah sakit ini. Sulit kita bayangkan, sebagian besar dari para dokter dan perawatnya tidak mau menerima bayaran. Bahkan, mereka menanggung sendiri biaya transportasi dan keperluan lainnya.

Tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan tindakan sosial luar biasa dari mereka itu. Kalangan dermawan dari orang Tionghoa juga menyumbangkan begitu banyak dana untuk membiayai keberlangsungan rumah sakit tersebut. Di antaranya yang dapat kita catat adalah:

1. Auw Boen Hauw 38.000 Gulden

2. Khouw Ke Hien 18.000 Gulden

3. Liem Gwan Kwie 22.000 Gulden

4. Thung Tjien Pok 10.000 Gulden

Luar biasa dan yang menariknya, saya juga menemukan keterangan dari iklan undangan pernikahan kalangan Tionghoa yang memberikan penjelasan, bahwa uang sumbangan (angpao) untuk mempelai akan disumbangkan kepada Rumah Sakit Jang Seng Ie. Luar biasa bukan?

Sang Pendiri

Dr. Kwa Tjoan Sioe (1893-1948) adalah pendiri R.S Jang Seng Ie. Dr Kwa lulusan Kedokteran dari Universiteit van Amsterdam dan Tropen Institute of Tropical Hygiene. Beliau menempuh pendidikan di Belanda dari tahun 1913 sampai 1921.

Tahun 1922, Dr Kwa sudah membuka praktek untuk menolong orang-orang miskin, ibu hamil dan anak-anak. Tahun 1924, bersama tokoh-tokoh Tionghoa lainnya seperti Liem Tiang Djie, Tan Boen Sing, Injo Gan Kiong, Ang Jan Goan, Lie Him Lian, Tan Eng An dan Lie Tjwan Ing, mendirikan Jang Seng Ie.

Pada 19 Maret 1948, Dr Kwa meninggal terjatuh dalam keletihan akibat pengabdiannya yang begitu hebat kepada rakyat. Beliau meninggal dalam perjuangan untuk bangsanya, Indonesia!

Pasien biasanya bayar dokter, tapi dokter yang satu ini sebaliknya, lebih sering memberi uang kepada pasiennya yang susah. Kehebatan dan ketenaran dokter Kwa tidak hanya dikenal di Batavia, tapi juga ke daerah-daerah lainnya, seperti Serang dan Cirebon. Beliau mengobati pasien di mana pun berada, sejauh yang bisa dicapai. Tak jarang ia harus tidur dalam mobil.

Jika sebagian dokter menjauhi arena politik, tidak dengan beliau, kemampuannya menulis artikel di surat kabar dibarengi dengan keberaniannya mengecam praktek penjajahan Belanda.

Saya mendapatkan keterangan sangat berarti bagaimana orang yang sangat kaya, yaitu pemilik balsem Cap Macan, Auw Boen Hauw, harus merayu Dr Kwa Tjoan Sioe, sebagai pendiri R.S Jang Seng Ie (Husada) agar mau menerima sumbangan darinya. Dr Kwa, mulanya menolak, tapi akhirnya setuju.

Ketika Auw Boen Hauw memberikan pandangan, bahwa dengan menerima sumbangannya, maka Dr Kwa dapat membangun paviliun, agar orang kaya dapat datang dan mau berobat di rumah sakitnya. Lalu uang biaya pengobatan dari orang-orang kaya tersebut dapat dipakai untuk mengobati lebih banyak lagi orang-orang miskin. Keterangan ini merupakan informasi yang disampaikan langsung oleh Ibu Myra Sidharta, tokoh senior peneliti Peranakan Tionghoa di Indonesia. Diperkuat oleh keterangan dari buku karangan Prof Leo Suryadinata yang berjudul Prominent Indonesian Chinese.

Demikian ulasan singkat tentang sejarah RS.Husada dan pendirinya Dr. Kwa Tjoan Sioe. Tak Kenal Maka Tak Sayang...!!!


No comments:

Post a Comment