Saturday, May 7, 2016

WISANGGENI DAN AHOK

Wisanggeni dan Ahok


Untuk orang yang gak suka Ahok sperti saya krena mulut embernya, mungkin baik untnk nyimak tulisan ini.
Tulisan aktual dari VN. Susilowati, postingan Salim Said, salah satu pengamat militer senior Indonesia.
To: Salim Said <bungsalim43@gmail.com>
Subject: Wisanggeni Yang Mampu Membasmi Para Siluman Jahat Itu Bernama Ahok
ISLAMTOLERAN.COM - Wisanggeni berarti bisanya api, berasal dari kata wisa yang artinya bisa dan geni yang artinya api. Tak peduli siapapun pasti dibakarnya. Musuh atau sodara, teman atau tetangga bila menyimpang dari kebenaran akan dilawan. Kriteriannya hanya satu, membela kebenaran! Dan kebatilan adalah musuhnya.
Karakter Wisanggeni adalah mungkak kromo (tidak bisa menggunakan bahasa kromo / halus ketika bicara dengan siapapun), sama seperti Bima. Dia bicara selalu terbuka, blak-blakan, apa adanya dan jarang berbasa-basi.
Dalam Kitab Mahabharata, Wisanggeni adalah anak Arjuna dari Dewi Dresanala. Wisanggeni lahir dan besar seketika di tengah api kawah Candradimuka dan langsung diasuh oleh banyak orang sakti termasuk Semar Badranaya dan Hanoman.
Wisanggeni tumbuh dibesarkan oleh 2 guru sakti yaitu Batara Baruna (Dewa Penguasa Lautan) dan Hyang Antaboga (Rajanya Ular yang tinggal di dasar bumi), yang menjadikan Wisanggeni punya kemampuan yang luar biasa. Di jagat pewayangan, dia bisa terbang seperti Gatotkaca dan masuk ke bumi seperti Antareja dan hidup di laut seperti Antasena
Kelahiran Wisanggeni dalam jagad pewayangan adalah di luar kehendak dewa. Sebab Wisanggeni adalah manusia edan dalam arti bukan yang sebenarnya. Wong edan yang selalu menempatkan kebenaran di atas segalanya. Wong edan yang sering tidak peduli situasi dan siapa yang dihadapi. Wong edan yang sama sekali tidak mengenal takut. Dan keedanan Wisanggeni ini bahkan telah menyebabkan ketakutan para dewa akan tuah yang dibawa.
Setelah Wisanggeni lahir maka Wisanggenilah yang sering menggebuk para dewa jika mereka melakukan kesalahan dan ketidakadilan pada umat manusia termasuk para Pandawa. Saking saktinya, bahkan Raja Dewa yaitu Sang Mahadewa Syiwa atau Bhatara Guru saja kalah oleh Wisanggeni. Dalam peristiwa kelahiran Wisanggeni diceritakan Bhatara Guru sampai lari ke dunia karena di kayangan semua dewa di buat babak belur oleh Wisanggeni yang menggungat menuntut kebenaran
Sifatnya yang tidak bisa berbahasa krama/halus, selalu terbuka (to the point), tidak mengenal takut serta sering menggoncangkan dunia wayang dan dunia para dewa atas tindak-tanduknya yang tanpa kompromi di dalam membela kebenaran menyebabkan tokoh wayang Bambang Wisanggeni ini diidentikkan dengan tokoh Basuki Tjahya Purnama alias Ahok, Gubernur DKI Jakarta saat ini.
Karakter Wisanggeni yang percaya diri, lebih suka bertindak sendiri dan tidak terikat golongan manapun semakin membuat dia mirip dengan Ahok yang tidak mau terikat kepentingan partai/golongan mana pun didalam menjalankan tugasnya kepada rakyat.
Jika rakyat adalah penonton sebuah pagelaran wayang, maka ibarat Lakon Wisanggeni Gugat yang mempertontonkan seorang Gubernur Ahok dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan rakyat, pelayan kebenaran dan keadilan. Kebenaran dan keadilan yang transparan dan tanpa kompromi dan Panggung sepenuhnya menjadi miliknya…!  Tanggung jawab dari SUMPAHNYA kepada rakyat…! Sang Wisanggeni meneriakkan syair-syair tembang yang indah dan lantang seperti :
•  ”Saya lebih baik dipecat daripada meloloskan dana siluman..”
•  ”Saya akan lawan DPRD meski saya sendirian..”
•  ”Mereka tidak akan ribut seperti ini jika saya setuju. Tapi hati nurani saya menolak..”
Sebuah syair yang penuh keberanian, kejujuran dan ketulusan… Ungkapan kemuak-an yang dituturkan dengan garang. Mencerminkan makna SUMPAH seorang Pemimpin…..
Dan Ahok meneriakkannya dengan lantang dan ganas. Seganas ajian Wisanggeni (Bisa Api) yang dia keluarkan untuk membakar seluruh musuh rakyat yang korup... untuk membakar semangat rakyat agar lebih kritis dan waspada terhadap para wakil dan pemimpinnya... Sekaligus untuk menerangi Indonesia dan memberi contoh kepada para pejabat dan kepala daerah lain agar bertindak serupa. Ketika Ahok terus memainkan api nya. Api itu akan terus menyala, tidak pernah mati dan akan terus berkobar mencari mangsa para oknum penjahat dan koruptor sambil berteriak “LAWAN” ...
Ahok adalah lonceng penanda kebangkitan. Ketika KPK mulai runtuh…, HARUS ada yang berteriak lantang supaya rakyat tetap terjaga bahwa kita dalam situasi berbahaya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi tangan kita terkepal ?
Api yang dinyalakan Ahok telah menjebol dinding pertahanan kemunafikan. Bagaikan melihat tarian sang Wisanggeni Gugat yang telah membuat Para Dewa-dewa kahyangan merasa takut kalau sampai Ahok menjadi ikon baru dalam perlawanan terhadap kejahatan dan penyimpangan dalam pemerintahan.
Permainan anggaran sebenarnya sudah lazim dilakukan di semua daerah di Indonesia, namun baru Gubernur Ahok-lah satu-satunya yang berani mengungkapkan praktik yang merugikan negara itu. Sudah saatnya daerah-daerah lain juga berani mengikuti langkah Ahok ini.
Para kepala daerah tidak berani melaporkan permainan anggaran yang terjadi di daerahnya. Tindakan Gubernur Ahok yang menyoroti dana siluman dalam APBD DKI tentu akan menjadi barometer dan acuan bagi masyarakat untuk terjadi juga di daerahnya. Ahok baru beberapa bulan dilantik jadi gubernur tapi apa yang dia lakukan saat ini jadi barometer untuk wilayah lainnya.
Fakta mengenai adanya permainan anggaran di seluruh daerah Indonesia bahkan di pusat ini tentu membenarkan anggapan bahwa Indonesia sudah bersih dari korupsi masih jauh dari kenyataan. Kalau ada lembaga independen yang memasukkan Indonesia ke dalam negara korup dan masih jauh di bawah Singapura dan Malaysia, mungkin kita tidak perlu sakit hati.
Justru para anggota DPRD dan DPR dengan tulus perlu berupaya mengubah sikap agar tingkat anti korupsi Indonesia bisa diperbaiki. Mencari-cari kesalahan Gubernur Ahok atu berupaya menjatuhkannya agar APBD bisa dinikmati, justeru akan memperpanjang kondisi Indonesia dimasukkan ke dalam negara korup di bawah Singapura itu.
Kalau memang permainan anggaran ini masih terjadi di seluruh daerah wajar saja kalau kekayaan Indonesia itu belum bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa itu. Untuk itu perlu dilakukan gerakan agar DPRD dan kepala daerah tidak boleh lagi mempermainkan anggaran rakyat. Semoga segera bermunculan pemimpin–pemimpin yang lain yang seperti Wisanggeni, senantiasa berani dan tanpa kompromi untuk membela kebenaran dan keadilan dalam rangka melindungi kepentingan rakyat yang dipimpinnya.
Di Indonesia tidak ada kepala daerah yang bisa memenangkan Pilkada tanpa dukungan partai Politik, dan Ahok tahu itu. Baginya tidak ada gunanya ikut partai Politik bila tidak berguna untuk rakyat. Dari sini jelas bahwa Ahok bertindak benar-benar tanpa pamrih, dia tidak butuh terpilih lagi jadi Gubernur DKI, dia hanya berpikir untuk berbuat yang terbaik untuk rakyat. Supaya dikenang selamanya bahwa Indonesia pernah memiliki Gubernur yang berani menentang Aggaran Siluman yang diajukkan DPRDnya. Bahwa Ada seorang Gubernur yang berani bilang "Nenek Loe" kepada wakil rakyatnya yang gak bener
Penulis: Vega Nur Susilowati

Note: Sebagai orang Jawa yang kebetulan senang wayang rasanya analogi Ahok seperti tokoh Wisanggeni ini lebh cocok untuk saya. Semoga dia betul-betul seperti Wisanggeni.

No comments:

Post a Comment