Saturday, February 17, 2018

THE MUSKETEERS

THE MUSKETEERS

The Three Musketeers adalah novel tentang petualangan empat orang pemuda di tengah-tengah pergolakan politik di Perancis di abad pertengahan yang dikarang oleh Alexandre Dumas. Empat orang itu adalah D’Artagnan, Athos, Porthos, dan Aramis. 
Judulnya Tiga Musketeer, tapi tokoh utamanya  kok ada 4? 
Hehe, usah bingung kawan, sebelum saya jelaskan,  ijinkan terlebih dulu saya bercerita sedikit mengenai musketeer. 
Musketeer adalah sejenis tentara infantri di Perancis jaman old. Mereka disebut begitu karena keahlian mereka  menggunakan 'Musket', sejenis senjata laras panjang.
Kisah ini diawali dengan kedatangan D’Artagnan ke Paris. Ia berniat menemui De Treville, komandan satuan Musketeer. Berbekal surat referensi dari ayahnya yang merupakan teman dekat De Treville, D’Artagnan menuju Perancis dengan semangat membara untuk menjadi seorang anggota Musketeer. Namun, karena sebuah insiden di tengah perjalanan, surat referensi itu dicuri orang.
Di Paris, pemuda yang mudah tersulut emosinya itu harus bersitegang dengan 3 orang anggota Musketeer seperti yang telah saya sebutkan di atas, Athos, Porthos, dan Aramis. Akan tetapi, ketika mereka akan bertarung, datanglah tentara-tentara Kardinal ikut campur. Para tentara Kardinal ini memang sudah sejak lama selalu mengganggu para Musketeer. Melihat hal itu, D’Artagnan secara naluri justru bergabung dengan 3 Musketeer itu dan berhasil mengalahkan tentara-tentara Kardinal tadi.
Sejak saat itu, D’Artagnan mendapat penghormatan dari 3 Musketeer yang sempat memusuhinya itu, bahkan De Treville, sang Komandan Musketeer pun ikut menyampaikan pujian. Meskipun tidak bisa menjadi musketeer dikarenakan surat referensinya yang hilang di jalan, namun dia selalu diterima untuk ikut berjuang bersama tiga musketeer tersebut. Jadi meskipun novel tersebut berjudul Three Musketeer, namun kekompakan ke 4 anggotanya memang tersohor di seantero negeri. 
Battle cry mereka yang sangat terkenal dan mampu menggoyahkan nyali musuh-musuhnya adalah One for all, all for one
TEORI GESTALT
Teori psikologi Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.
Tiga tokoh utama dari teori psikologi Gestalt adalah Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler. Ketiga tokoh ini berpendapat bahwa manusia seringkali cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Dalam aplikasinya terhadap proses belajar, teori psikologi Gestalt dimaknai sebagai sebuah proses mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena atau gejala.
Manusia akan cenderung untuk mempersepsikan sebuah gejala dari rangkaian pola-pola yang mirip sebagai sebuah kesamaan serta satu kesatuan yang utuh.
Salah satu manfaat dari teori psikologi Gestalt dalam implikasinya ke dalam hubungan sosial dalam kelompok dan masyarakat adalah membantu kita untuk dapat melihat segala sesuatu secara lebih terperinci dan detail pada tiap-tiap fenomena yang terjadi di sekitar kita untuk kemudian memahaminya sebagai sebuah gambaran besar yang utuh. 
Ketika hal ini berhasil dilakukan, kita akan lebih mudah dalam memahami gambaran sebuah situasi yang lebih besar, bukan hanya fenomena yang berdiri sendiri-sendiri.
INTEGRATED PART THERAPY
Dalam praktik psikologi atau hipnoterapi,  gejala atau fenomena yang terjadi di dalam diri manusia biasa dikenal dengan istilah 'part', dan teknik untuk menyelaraskan part-part tadi disebut Integrated Part Therapy. 
Sepertinya halnya teori gestalt atau kisah tentang musketeer tadi, ternyata di dalam diri manusia, tepatnya di dalam pikiran manusia terdapat banyak sekali part yang dalam satu waktu bisa muncul secara bersamaan. 
Kesemua part tadi merupakan sebuah kesatuan yang pada dasarnya tidak bisa atau bahkan tidak boleh dipisahkan. 
Misal,  pagi hari alarm berbunyi pukul 4, coba Anda ingat begitu mata Anda terbuka, gagasan apa saja yang terbersit dalam benak Anda nyaris dalam waktu yang bersamaan? 
Buang air kecil, BAB, ambil air wudhu, ambil air minum, tarik selimut lagi, shalat, mematikan alarm, dlsb. 
Apapun gagasan yang paling sering Anda ikuti akan mewujud dalam sebuah tindakan. Dan ketika tindakan itu selalu Anda ulang, maka orang akan mengenal Anda seperti tindakan yang dominan Anda lakukan tesebut. Anda akan disebut beser jika setiap buka mata langsung pipis, disebut sholeh ketika Anda langsung berwudhu untuk shalat, atau si pemalas kalau kebiasaan Anda adalah tarik selimut. 
Kejadian serupa bisa terjadi ketika suatu siang kendaraan Anda diserempet orang yang kemudian kabur. Saat itu gagasan berujung tindakan yang mungkin muncul adalah: marah, memaki, mengejar, tarik nafas dan istighfar, menggigil ketakutan, dlsb. 
Label orang juga mulai muncul sesuai dengan tindakan dominan yang akan Anda ambil. Pemarah, Penyabar atau malah Penakut. 
Runyamnya yang terjadi dalam kehidupan sehari hari,  orang lain hanya memandang Anda dari salah satu gejala atau fenomena yang dominan muncul. Padahal di dalam malas Anda terdapat juga rajin serta sholeh. Di dalam pemarah Anda, pastilah ada sang penyabar itu jauh di dalam diri (pikir) Anda. Dan menjadi lebih runyam lagi ketika Anda mengaminkan pendapat orang lain tersebut. 
Kenali Musketeer Anda
Manusia diciptakan Allah sebagai sesempurna sempurnanya makhluk (fii ahsani taqwin), dengan semua karunia pembeda dari makhluk lain. 
Di dalam diri manusia ada segumpal darah yang jika baik darah itu maka baiklah seluruh tubuh manusia itu, sebaliknya jika buruk segumpal darah itu maka buruk pulalah seluruh tubuh manusia itu. Para ulama meyakini bahwa segumpal darah itu adalah hati. 
Saya kok merasa yang dimaksud sebenarnya adalah OTAK. 
Otak merupakan hardware, dan pikiran merupakan software-nya. Dan tahukah Anda bahwa gagasan/part yang ada dalam pikiran manusia ternyata sangatlah banyak jumlah dan ragamnya. Bukan hanya berupa gagasan atau emosi (state), namun juga terdapat pelbagai sisi kreatif, jenius serta terapis, yang kesemuanya itu ketika sudah kita kenali akan dengan mudah dioptimalkan pemanfaatannya. 
Sepertinya kata sebuah presuposisi  (asumsi dasar) dalam NLP bahwa semua manusia sudah memiliki semua sumber daya untuk sukses. Yang perlu dilakukan adalah: 
- mengidentifikasi, 
- memperkuat,  kemudian
- mengurutkannya. 
***
Menurut kawan saya seorang Polyglot (orang yang menguasai lebih dari satu bahasa), cara paling cepat dan mudah belajar bahasa asing adalah mengidentifikasi sang jenius dalam diri kita, untuk kemudian memanggil 'part' bahasa asing yang dikehendaki, semisal Inggris, Rusia, Jepang dll. 
Teknik sederhana mengidentifikasi part tadi adalah melakukan personifikasi, memberi warna bahkan nama. Semakin banyak indera yang mampu mengenali part tadi akan semakin mudah part tadi dimunculkan. 
Dus, ketika kita sakitpun sebenarnya kita bisa melakukan resusitasi awal sebelum pergi ke dokter. Kita bisa memanggil sang terapis untuk melakukan diagnosis dan mendapatkan tips mengenai tindakan yang perlu diambil agar kondisi kesehatan kita membaik. 
Salah satu teknik yang sangat ampuh adalah Six Step Reframming. (Silakan googling sendiri tekniknya)
Saya mengalaminya ketika melakukan roadshow 10 hari Happiness & NLP di Jogja dan Jateng bulan lalu. Di hari ke-3 mata kaki kiri saya tiba-tiba saja membengkak. Saat itu saya sedang mengajarkan mengenai teknik six step reframming ini. Maka sekalian untuk mencontohkan, saya tanyakan pada terapis di dalam diri saya, what to do?
Dan jawabannya sangat aneh, saya diminta minum black coffee tanpa gula (padahal saya tidak pernah minum kopi sebelumnya), diminta melepas sepatu setelah lunch break dan duduk ketika mengajar. 
Ajaibnya setelah saya ikuti anjuran sang terapis tadi, menjelang coffee break sore, kaki saya sudah kembali normal. 
Dan luar biasanya bahkan kaki saya tetap sehat sampai saya menyelesaikan roadshow tersebut. Owsem. 
***
Dalam praktek lebih advance lagi ternyata teknik part therapy ini juga mampu mengatasi beberapa gangguan fisik. 
Contoh paling aktual terjadi pada artis Ria Irawan yang divonis kanker serviks. Sel kanker sebenarnya merupakan bagian diri manusia yang akibat radikal bebas menyebabkan pertumbuhannya menjadi seolah tanpa kendali lagi. Nyatanya dengan mencoba mengenali sel kanker tersebut,  memberinya nama, bahkan senantiasa menyapanya. Mengajak ngobrol hingga membujuknya untuk pergi, alhasil dalam beberapa bulan Ria Irawan dinyatakan sudah terbebas dari kanker serviks. 
Tahun 2009, saya mengalami cholic ureter, yang membuat saya harus dirawat selama 2 hari. Dari hasil rontgen serta USG, diketahui bahwa terdapat batu ginjal sepanjang 1,5 cm di ureter kanan. Saya lakukan self therapy yang salah satunya juga membujuk batu ginjal tadi untuk keluar dengan aman dan nyaman. Alhamdulillah setelah 2 minggu akhirnya batu tadi keluar juga. Tanpa darah. Tanpa rasa sakit. Owsem.  
Dengan memahami pendekatan ini maka kita selalu memiliki harapan untuk menyelesaikan sebuah situasi yang kurang memberdayakan diri kita. 
Kalau kita selalu merasa minder ketika berada di ruang publik, yang terjadi sebenarnya kita hanya belum mengenali Si Pemberani atau Percaya Diri dalam diri kita. Ketika kita lebih sering dikendalikan oleh amarah kita, yang sebenarnya terjadi hanyalah kita belum mengenali si sabar dalam diri kita. 
Dari beberapa literatur yang saya pelajari, juga pengalaman saya melakukan part therapy, kita tidak boleh berpihak pada salah satu part atau mengalahkan salah satu part lainnya. Tugas kita adalah melakukan edukasi sehingga tercapai kesepakatan dan kesepahaman antar part demi mencapai sebuah WFO (Well Formed Outcome) yang membuat mereka lebih 'berdaya'. 
Ibarat musketeer tadi,  semua part ini mesti bahu membahu demi tercapainya tujuan besar mereka. Maka slogan yang dipegang juga mesti sama, yaitu one for all, all for one
Silahkan tebar jika manfaat 
Tabik
- haridewa -
Happiness Life Coach 
NLP Trainer
FB: Hari Dewanto 
WA: 08179039372

No comments:

Post a Comment