Thursday, December 20, 2018

SELALU ADA YANG TAK HAPPY

SELALU ADA YANG TAK HAPPY
(Dari keberhasilan Indonesia menguasai 51,2% saham PT Freeport Indonesia (PT FPI)
Mengapa? 
Ini penjelasan Rhenald Kasali, Guru besar FEB Universitas Indonesia.
1. Freeport itu PT. Sedangkan alam itu tanah, emas dll.  tanahnya tetap dikuasai NKRI, dan dari dulu Indonesia dapat uang konsesi, pajak dll.  Itu adalah hak atas tanah yang dikuasai asing yang di dalamnya ada emas, perak dan tembaganya.
2. Yang namanya PT itu berbeda dengan tanah yang dijamin konstitusi. Di dalam PT itu ada aset,  ada modal, saham2, R&D, ada team direksi, expertise,  brand, technology, market channel dll. Ada harta2 kelihatan dan ada intangiblesnya. PT ini bukan milik kita. Itu dibawa asing ke tanah Indonesia dan kalau mereka diusir, pasti aset2nya itu diangkut semua keluar dan kita pasti tak bisa olah emas itu dengan cara2 konvensional. Jadi kalau mau diambil, ya harus bayar kompensasinya. Kalau mau tanahnya saja, usir saja PT-nya, lalu bangun sendiri PT baru. Butuh 20-30 tahun dan sangat mahal untuk bisa membentuk itu semua.
3. Hanya saja memang  dulu pejabat2 kita senang terima bagian besar buat dirinya sendiri atau kelompoknya, sehingga dikasih kecil buat negaranya mereka OK saja. 
Jokowi sebaliknya. Dia rela compang-camping dihina para mafioso yang berada dibalik kuasa itu. Dia bereskan dengan tenang untuk dapat bagian dari PT-nya yang lebih besar dan fair, yaitu bayar yang menjadi hak orang lain dan sebaliknya mereka harus bayar lebih baik yang menjadi hak kita
4. Ada yang bilang itu memang sudah saatnya beralih. Ya begini, sekarang semua orang bisa bilang sudah saatnya. Tetapi menentukan saatnya sebelum waktunya tiba itulah leadership. Dan jangan lupa ide itu murah karena tak beresiko apa2, tetapi implementasi itu mahal karena yang menjalankan akan babak belur. 
Maka jangan heran pemimpin2 yang dulu selalu memundurkan action karena kurang berani atau mereka kurang pandai bertempur, kurang gigih dll. Meraka selalu geser ke belakang begitu saatnya tiba di tangan leadership mereka.
Akibatnya saat Jokowi eksekusi, Jakarta selalu digoyang. Amerika marah besar bahkan sempat kirim pasukan yang merapat di Australia. Namanya juga negara adikuasa. Pakai psy-war adalah hal biasa dalam mengawal kepentingannya.  Belum lagi penembakan2 di Papua, begitu negosiasi mencapai kesepakatan.
Mafioso biayai preman2 jalanan dan oknum aparat serta oknum2 politisi untuk memutarbalikkan cerita yang sebenarnya. Alhamdulillah Tuhan mencintai Indonesia. Semua rintangan alhamdulilah kita bisa atasi.
5.  Yang kita beli dan ambil alih itu sahamnya, saham PT-mya (bukan tanah Papua yang sudah milik NKRI)) sehingga  kita bisa menjadi pemegang saham mayoritas supaya bisa dapat bagian lebih besar dan bisa pegang kendali, dari pengolahan dan teknologi yang kita gak kuasai.... kita bisa belajar alih teknologi dan skill.
6. Mengapa kita harus jual global bond untuk biayai pengambilalihan saham PT FPI? Karena kita tidak mau cadangan dolar kita tergerus lagi. Nilai rupiah bisa tertekan lagi kalau diambil dari lokal. Sebab PT FPI maunya dibayar pakai dolar, bukan rupiah. Jadi kita harus cerdik sedikit, jual global bond supaya dapat dolar. Tinggal bagaimana hitung2annya. Itu harus berhitung
7. Yang kita perkukan surat hutang yang tenornya panjang, bahkan ada yang 30 tahun. Supaya apa? Supaya hasil Freeport bisa segera  dinikmati bangsa ini. Kalau dihitung, kita baca laporan keuangannya, maka tampak EBITDA-nya PT FPI setahun sekitar 4 Billion dolar. Net profitnya saja sekitar  2 Billion dolar. Kalau jangka pendek, jelas memberatkan.
8. Karena kini kita berhasil memiliki sahamnya sebesar 51,2%, saja dalam setahun Indonesia bisa menikmati 1 Billion dolar lebih.  Itu duit gede boz! 
9. Jadi kalau kita mau, hanya dalam 4 tahun global bond itu beres  dan setelah itu kita dapat duit gede seterusnya selama 50 tahun. Sebab jumlah surat hutang itu ya hanya sekitar 4 Billion dolar sebagai kompensasi yang kita bayar ke PT FPI.  Aneh kalau kehebatan ini disalah-salahkan.
10. Maka, hanya orang-orang bodoh saja yang menyalah2kan bangsa Indonesia.  Dan orang seperti itu akan selalu ada di negeri ini.  Mereka senang memakai  kacamata buram, dan selalu hanya mencari kesalahan. Sebab sebagian orang menikmati rezekinya dengan cara demikian. Ada profesi bayaran untuk menciptakan ketidak-stabilan atau ketidak-percayaan. Ada juga yang menderita luka batin, kecewa, tak mendapat bagian, tidak dilayani atau pernah diberhentikan. Begitulah kehidupan demokrasi.
Begitulah pula orang mencari makan, mencari kehormatan, mendapatkan kompensasi mental atas kekecewaaannya atau membangun jati dirinya. 
Sementara, dunia justru sedang memuji betapa lihai dan pandainya pemimpin Indonesia.
11.  Orang yang susah melihat bangsa ini senang sebagian mungkin memang mewarisi darah penghianat yang  kalau ditelusuri ada DNA yang begitulah...yang membuat VOC bisa menjajah kita berabad-abad...
So, faktanya kini kita bisa menutup akhir tahun dengan banyak senyum. Saat kita bisa berlibur menikmati ribuan kilometer jalan
-jalan baru baik antar kota maupun antar desa. Saat warga desa menyewakan homestaynya melalui platform airbnb dll.  Saat kita  merayakan banyak keberhasilan....
Salam akhir tahun... Kita rayakan dengan senyum. Ayo ajak kaum nyinyir liburan sekalian cuci DNA... Cheers!!!

No comments:

Post a Comment