Saturday, December 19, 2020

MACAM-MACAM VAKSIN

MACAM-MACAM VAKSIN

1.   Vaksin Sinovac

Vaksin corona yang bernama CoronaVac diproduksi oleh Sinovac Life Science, perusahaan farmasi swasta yang berbasis di Beijing, China. Harga vaksin Sinovac diperkirakan sekitar Rp200 ribu perdosis, sesuai keterangan Dirut PT Bio Farma Honesti Basyir pada pertengahan Oktober 2020 lalu.

Dokumen persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin penggunaan pada kondisi darurat yang diterbitkan BPOM RI, menyatakan vaksin Sinovac bisa digunakan buat orang usia 18-59 tahun.

Sejauh ini, selain Indonesia, sejumlah negara lain yang sudah memesan vaksin ini di antaranya: Brasil, Turki, Singapura, Filipina, Ukraina, Thailand, dan Cile.

CoronaVac dikembangkan dengan menggunakan platform inactivated viruses, atau virus yang sudah dilemahkan. Jadi, vaksin Sinovac bekerja dengan cara menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa risiko respons penyakit serius.

Uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac sudah dilakukan di Brasil, Turki, dan Indonesia. Kepala Badan POM, Penny Lukito sudah menyatakan bahwa hasil klinis vaksin Sinovac di Bandung menyimpulkan ia memiliki tingkat efikasi (kemanjuran) mencapai 65,3 persen.

BPOM juga mempertimbangkan hasil uji klinik 3 di Turki yang menyimpulkan vaksin Sinovac punya efikasi 91,25 persen. Sementara hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan efikasi vaksin Sinovac sebesar 78 persen. Ini berarti efikasi vaksin ini jauh di atas batas minimal menurut ketentuan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 50 persen.

Namun, laporan terbaru dari Brasil, seperti diwartakan BBC pada Rabu (13/1/2021), memperbarui keterangan mengenai efikasi vaksin Sinovac, menjadi 50,4 persen. Peneliti di Butantan Institute (lembaga riset negara di Brasil yang terlibat dalam proses pengujian CoronaVac) menyebut bahwa efikasi 78 persen belum memasukkan data dari relawan dengan kasus gejala ringan yang tak butuh perawatan.

Namun, mereka menegaskan, vaksin Sinovac memiliki tingkat efektivitas 78 persen untuk mencegah kasus Covid-19 dengan gejala ringan yang memerlukan perawatan, dan sepenuhnya efektif mencegah kasus sedang hingga berat.

2. Vaksin Sinopharm

Sinopharm adalah perusahaan milik pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan saat ini tengah mengembangkan dua jenis vaksin corona.Satu vaksin dikembangkan oleh Beijing Institute of Biological Products, dan vaksin lainnya dikembangkan oleh Wuhan Institute of Biological Products.Pada uji klinis tahap 1 dan 2, kedua vaksin tersebut menunjukkan efek yang baik untuk mencegah Covid-19, karena hanya menimbulkan sedikit efek samping ringan pada beberapa peserta uji coba. Selain itu, keduanya terbukti berhasil memicu terbentuknya antibodi untuk melindungi tubuh dari virus SARS CoV-2.Lebih lanjut, Sinopharm tengah melakukan uji klinis tahap 3 di beberapa negara seperti Maroko, Peru, dan Uni Emirat Arab (UAE).

Virus corona buatan Sinopharm dibuat menggunakan bahan baku atau metode virus infaktif. Artinya, di dalam vaksin tersebut terdapat virus penyebab Covid-19 yang sudah dilemahkan atau dibuat tidak aktif, sehingga tidak akan memicu infeksi, tapi tetap bisa memicu respons dari sistem kekebalan tubuh.Saat vaksin tersebut masuk ke tubuh, maka sistem imun akan mengenali virus-virus tersebut sebagai penyebab penyakit, sehingga akan membentuk suatu kekebalan terhadap Covid-19.Proses pembuatan vaksin menggunakan metode ini juga sebelumnya dipakai untuk vaksin-vaksin yang sekarang sudah kita kenal, seperti vaksin hepatitis A, vaksin flu, vaksin rabies,dan vaksin polio suntik.

Pada hasil uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Uni Emirat Arab, vaksin Sinopharm buatan Beijing disebut memiliki tingkat efektivitas sebesar 86%. UAE memang menjadi salah satu negara yang menjalankan uji klinis vaksin asal RRT ini.Dimulai pada bulan Juli 2020, uji klinis tahap 3 ini dilakukan kepada 31.000 orang sukarelawan dari 125 negara, termasuk warga negara Indonesia yang tinggal di UAE.Vaksin Sinopharm sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di UAE pada bulan September lalu dan diberikan kepada kurang lebih 100.000 orang di negara tersebut.

3.   Vaksin Pfizer

Uji Klinis 3 terhadap vaksin Pfizer telah dilakukan dengan melibatkan 43.448 orang yang berusia 16 hingga lebih dari 55 tahun (45 persen berusia 56-85 tahun). Puluhan ribu relawan itu tersebar di AS, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, dan Argentina. Sebelumnya, uji klinis fase 2 vaksin ini dilakukan di AS dengan 30 ribu relawan berusia 18-85 tahun.

Mengutip The New York Time, hasil uji klinis 3 menunjukkan bahwa vaksin Pfizer memiliki tingkat efikasi mencapai 95 persen. Untuk mencapai tingkat efikasi itu, vaksin Pfizer harus disuntikkan d kali dengan interval 3 pekan. Distribusi vaksin ini memerlukan ruang penyimpanan dengan suhu -70 derajat celcius.

Berdasarkan pantauan Financial Times, vaksin Pfizer/Biontech telah diizinkan penggunaannya oleh Inggris, AS, Uni Eropa, Kanada, Bahrain, Arab Saudi dan 40an negara lainnya. Persetujuan dari Inggris, AS, dan Uni Eropa terbit pada Desember 2020, tetapi sebelum ada keputusan dari WHO.

Pfizer dan Biontech menargetkan, hingga akhir 2021, produksi vaksin Comirnaty akan mencapai 1,3 miliar dosis. Harga vaksin Pfizer diperkirakan mencapai 20 dolar AS per dosis. Harga vaksin ini jauh lebih mahal, dari vaksin AstraZeneca misalnya, yang 4 dolar AS per dosis.

4.   Vaksin Moderna

Vaksin bernama resmi mRNA-1273 dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi yang berbasis di Boston, AS, yakni Moderna. Vaksin ini dikembangkan dengan metode mRNA, sama seperti Pfizer. Uji klinis fase 3 vaksin Moderna telah dimulai pada Juli 2020 dengan melibatkan 30 ribu relawan.

Dengan tingkat efikasi mencapai 94,5 persen, vaksin Moderna telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada 18 Desember 2020.

Pada awal Januari lalu, Moderna telah menyuplain 18 juta dosis vaksin untuk kebutuhan AS. UEA vaksin Moderna juga telah diterbitkan oleh Uni Eropa, Israel, Swis, dan Inggris.

Harga vaksin Moderna diperkirakan sekitar 25-37 dolar AS atau Rp354 ribu-Rp524 ribu per dosis. Vaksin Moderna perlu disuntikkan 2 dosis dengan interval 4 pekan. Vaksin ini bisa bertahan di suhu minus 20 derajat celcius selama 6 bulan.

Moderna menargetkan memproduksi 600 juta sampai 1 miliar dosis vaksin pada 2021. Produksi vaksin Moderna dilakukan di AS, Swis, dan Spanyol, demikian dilaporkan Financial Times.

5.   Vaksin Novavax

Novavax mengembangkan vaksin corona bernama resmi NVX-CoV2373. Perusahaan bioteknologi yang berbasis di Maryland, AS tersebut belum mengumumkan data terkait efikasi vaksinnya.

Usai mendapat hasil yang menjanjikan dari studi pendahuluan ke monyet dan manusia, Novavax meluncurkan uji coba Fase 2 dengan 2.900 relawan di Afrika Selatan pada Agustus 2020.

Sebulan berikutnya, Novavax menggelar uji fase 3 yang melibatkan 15.000 relawan di Inggris. Uji coba di Inggris diharapkan memberikan hasil pada awal 2021. Uji coba fase 3 vaksin Novavax juga dimulai pada akhir Desember 2020 di AS, dengan melibatkan 30 ribu relawan.

Pada September 2020, Novavax membuat kesepakatan dengan Serum Institute of India, produsen vaksin besar kelas dunia, yang memungkinkan mereka memproduksi 2 miliar dosis per tahun.

Jika uji klinis 3 vaksin buatan Novavax berhasil, perusahaan ini bisa menyuplai 100 juta dosis untuk AS pada 2021. Kesepakatan lain juga telah mereka buat dengan Inggris dan Australia.

6.   VAKSIN ASTRAZENECA

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah menandatangani perjanjian pembelian vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca. Dosis yang dibeli diketahui sebanyak 50 juta dosis vaksin.

"Progres yang signifikan berupa penandatanganan perjanjian pembelian 50 juta dosis vaksin AstraZeneca oleh Bio Farma," kata Menkes Budi dalam siaran langsung Konferensi Pers Perkembangan Vaksin COVID-19 di kanal Youtube Kemenkes, Rabu (30/12/2020).

Berdasarkan kesepakatan tersebut, vaksin COVID-19 yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca tersebut, diperkirakan akan tiba di Indonesia sekitar kuartal II 2021.

Selain vaksin AstraZeneca, Menkes Budi juga menyebutkan telah mengamankan sebanyak 50 juta dosis vaksin Corona Novavax. Pembelian kedua vaksin ini disebut akan cukup untuk memberikan produk yang nantinya akan digunakan oleh masyarakat.

Terkait pengadaan vaksin, Menkes Budi mengatakan tahap pertama ditargetkan selesai dalam dua hingga tiga pekan ke depan. Setelah itu, pendistribusian vaksin akan dilakukan ke seluruh Indonesia.

"Tahap 2 bagaimana memikirkan distribusi vaksin ke seluruh pelosok Indonesia untuk bisa diberikan ke tenaga kesehatan, tenaga publik dan seluruh masyarakat Indonesia," jelasnya.

7.   VAKSIN JOHNSON & JOHNSON

Perusahaan farmasi AS Johnson & Johnson memulai uji coba tahap akhir vaksin virus corona pada Senin (16/11/2020). Uji coba tahap 3 yang dilakukan di Inggris ini menargetkan 6.000 sukarelawan. Sementara sisanya akan bergabung dari negara lain dengan kasus Covid-19 yang tinggi seperti Amerika Serikat, Belgia, Kolombia, Perancis, Jerman, Filipina, Afrika Selatan, dan Spanyol. Pengujian dilakukan untuk rejimen dua dosis vaksin Covid-19 eksprerimental dan mengevaluasi potensi manfaat tambahan terkait durasi perlindungan dengan dosis kedua.
Perusahaan obat Amerika Serikat ini berencana mendaftarkan hingga 30.000 peserta untuk penelitian dan menjalankannya secara paralel dengan uji coba satu dosis yang melibatkan 60.000 sukarelawan mulai September lalu. Sukarelawan akan diberikan dosis pertama yang terdiri dari plasebo dan suntikan vaksin yang diberi nama Ad26COV2 itu. Kemudian setelah 57 hari, sukarelawan akan diberikan dosis kedua atau plasebo. Uji coba yang dilakukan kali ini mengikuti hasil positif dari studi klinis tahap awal hingga pertengahan yang sedang berlangsung dari perusahaan. Studi awal menunjukkan satu dosis kandidat vaksin memicu respons imun yang kuat dan secara umum dapat ditoleransi dengan baik. "Studi ini akan menilai kemanjuran vaksin yang diteliti setelah dosis pertama dan kedua untuk mengevaluasi perlindungan terhadap virus corona dan potensi tambahan untuk durasi perlindungan dengan dosis kedua," tulis J&J dalam keterangan resminya seperti dikutip dari Reuters, (16/11/2020).

8.   VAKSIN GAMALEYA

Pusat Epidemilogi & Mikrobiologi Nasional Gamaleya merupakan institusi Rusia terkemuka di dunia yang berdiri sejak tahun 1891

Institusi ini mengelola satu “Perpustakaan Virus” di dunia dan memiliki memiliki fasilitas produksi vaksin sendiri. Pusat Riset Gamaleya baru-baru ini menerima hak paten internasional untuk memproduksi vaksin Ebola dengan menggunakan vektor adenovirus

UJI KLINIS

Vaksin Covid-19 yang digunakan telah menerima sertifikat pendaftaran dari Kementrian Kesehatan Rusia dan di bawah undang-undang kedaruratan  yang dapat diterapkan dalam masa  pandemi Covid-19 untuk melakukan vaksinasi warga Rusia

Sebelum proses uji klinis dimulai, vaksin Gamaleya telah melalui semua tahapan uji-preklinis pada jenis-jenis binatang percobaan yang berbeda, termasuk 2 jenis primata

Uji klinis vaksin tahap 1 dan 2 telah selesai pada tangal 1 Agustus 2020. Semua responden merasa baik, tanpa adanya efek samping yang tidak diharapkan. Vaksin terbukti mendorong terbentuknya antibody dan imunitas sel yang kuat.

Tak ada satupun relawan darl uji klinis ini terinfeksi oleh Covid-19 setelah mendapat suntikan vaksin. Efektifitas yang tinggi dari vaksin ini telah dikonfirmasi melalui test antibody dalam darah para relawan dengan akurasi yang tinggi. (Termasuk satu analisa untuk antibodi yang menetralisir virus corona). Selain itu, juga dipastikan adanya kemampuan dari sel-sel imun dalam tubuh relawan menjadi aktif sebagai respons terhadap adanya Spike Protein-S dari virus corona. Ini menunjukkan bahwa baik pembentukan antibody maupun kekebalan selular telah timbul.

Uji klinis post-registrasi yang dilakukan pada lebih dari 40.000 relawan di Rusia dan Belarusa di luncurkan pada tanggal 25 Agustus 2020. Beberapa negara seperti UAE, India, Venezuela, Mesir and Brazil akan berpartisipasi dalam uji klinis Sputnik-V di negaranya masing-masing. Vaksin Covid-19 yang digunakan telah menerima sertifikat pendaftaran dari Kementrian Kesehatan Rusia pada tangga 11 Agustus dan di bawah undang-undang kedaruratan yang diterapkan dalam masa pandemi Covid-19 dapat digunakan untuk melakukan vaksinasi warga Rusia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi vaksin ini di Rusia maupun secara global

Bahan unik dalam Sputnik-V dan metoda penggunaannya memiliki perlindungan hak paten di Rusia yang diberikan kepada Institut Riset  Epidemiologi dan Mikrobiolgi Nasional Gamaleya


No comments:

Post a Comment