Monday, April 6, 2020

COVID-19 REKAYASA AMERIKA?

COVID-19 REKAYASA AMERIKA?

Mengapa pejabat Cina seperti Zhao Lijian mendorong narasi bahwa COVID-19 direkayasa oleh Amerika untuk menyakiti Tiongkok?

Oleh David Widihandojo, mantan Pengamat Politik Pembangunan

Diperbarui April 6, 2020 ·

Benarkah virus Corona berasal dari AS?

Twitter Zhao jelas menunjuk AS lah asal virus ini. Kita mungkin bisa mengetahui apa bukti yang berada di tangan Zhao. Namun sebagai pihak luar, kita bisa mencari dari sumber-sumber lain.

Namun ada satu hal yang pasti adalah makin banyak bukti yang berdasarkan penelitian para saintis menunjuk bahwa virus tsb berasal dari AS. Dengan demikian faktor AS tidak bisa diabaikan, dengan alasan:

Pertama. Dalam artikel di Jurnal Science ini,

Jon Cohen menyatakan bahwa virus Corona di Wuhan adalah virus generasi ke tiga. Oleh karena virus generasi sebelumnya yaitu generasi 1 dan 2 tidak ditemukan di China. Jadi dapat dipastikan virus tsb tidak berasal dari Wuhan. Selanjutnya Jon Cohen menunjuk bahwa hanya di AS dapat ditemukan virus Corona secara lengkap yaitu generasi 1 s/d 5.

Kedua. Sekitar pertengahan Februari yang lalu muncul publikasi temuan para saintis dari Nankai University yang mengejutkan, bahwa virus Corona ini berbeda dengan bapak & ibunya yaitu virus Sars. Ditemukan perbedaan genetik yang membuat virus lebih menyukai dan efektif menyerang sel-sel tubuh manusia dan bermutasi secara cepat seperti yang terjadi pada HIV atau Ebola. Hasil penelitian Nankai University mencatat bahwa,

Terjadi perubahan pada virus tsb dimana 1,000 kali lebih efisien dalam menempel di tubuh manusia daripada induknya. Perubahan semacam ini hanya mungkin dilakukan melalui rekayasa laborarium karena tidak mungkin terjadi melalui proses mutasi virus secara alamiah/natural.

Satu hal yang pasti disini bahwa teknik perubahan genetik semacam ini biasa digunakan dalam pembuatan senjata biologi yang dilarang oleh PBB.

Hasil penelitian tim Nankai University ini menjadi head-lines di banyak media non AS di dunia ini seperti di SCMP, tgl 27 Feb '20 yl.

Ketiga. Jurnalis sibuk menggali informasi tentang senjata biologi AS. Mereka menemukan informasi yang dipublikasikan di The Independent UK, 6 Agustus 2019 tentang kebocoran yang terjadi pada laboratorium senjata biologi AS,

Dalam artikel ini Tim Wyatt melaporkan bahwa CDC AS memerintahkan penutupan laboratorium senjata biologi AS di Fort Detrick. Oleh karena sistem pengamanan dan prosedur di laboratorium tsb sangat buruk sehingga dikhawatirkan terjadi kebocoran. Tim Wyatt melaporkan juga bahwa laboratorium tsb memproduksi misalnya virus anthrax, ebola dan small pox yang digunakan untuk perang biologi.

Keempat. Diawal Februari 2020 yaitu tanggal 3 kemudian updated tanggal 4 Februari. CNBC Health & Science mempublikasikan epidemi flu AS yang jauh lebih parah dari apa yang terjadi di Wuhan.

Berdasarkan laporan CNBC tsb sejak Oktober 2019 s/d Januari 2020 telah 19 juta warga AS jatuh sakit flu dengan korban mati mencapai 10 ribu orang. Walaupun pihak medis AS menyatakan itu adalah wabah flu biasa tapi ditemukan berbagai kasus dimana pasien terinfeksi Corona virus.

Sekalipun CNBC menyebutkan hanya "a dozen cases" kemungkinan angka ini terlalu kecil. Oleh karena AS tidak siap dan tidak melakukan testing deteksi Corona virus yang memadai/efektif. Tulisan Aylin Woodward & Skye Gould di Business Insider, 11 Maret 2020 ini menunjuk hal ini,

Kelima. Kesaksian Paramedik AS. Katie Smith, seorang paramedis AS, menulis di Facebooknya sebagai berikut,

Facebook Katie Smith ini menunjuk kegelisahan dia sebagai paramedis bahwa berdasarkan pengamatan dia cukup banyak orang yang memiliki tanda-tanda Covid 19 namun karena tidak efektifnya testing dilakukan pemerintah AS. Mereka dilewati begitu saja dan dikatakan flu biasa.

Kesaksian Katie Smith menunjuk indikasi bahwa kemungkinan besar penderita Covid 19 di AS sejak Oktober 2019 jauh lebih tinggi.

Keenam. Bukti-bukti baru terus ditemukan oleh para saintis dan semuanya menunjuk bahwa asal virus tsb adalah AS.

Sebagai contoh tulisan Larry Romanof di Global Research, 11 Maret 2020. Dalam artikel ini Larry Romanof menunjuk pada diagnosa yang ditulis oleh seorang dokter Taiwan yang bekerja di AS pada akhir Agustus dan awal September 2019.

Dokter tsb mencatat bahwa menemukan banyak pasien yang menderita penyakit mirip pneumonia yang ekstrim parah dan mematikan. Temuan ini dilaporkan ke CDC dan Depatermen Kesehatan AS tapi diabaikan.

Selanjutnya, di bulan September 2019 di Hawaii ditemukan catatan diagnosa dari dokter-dokter yang menyatakan merebaknya pneumonia yang parah dan mematikan di Hawaii. Laporan ini juga diabaikan. Seluruh kejadian diatas ini terjadi setelah laboratorium Fort Detrick ditutup di bulan Agustus 2019 karena dicurigai CDC terjadi kebocoran virus.

Ketujuh. Bagaimana caranya virus tsb tiba di Wuhan? Zhao dengan jelas menunjuk peristiwa ini,

Dengan bukti tidak terbantahkan bahwa sejak Agustus 2019 flu dengan pneumonia yang parah telah merebak di AS. Bukan tidak mungkin bahwa tentara AS yang ikut Military World Games Oktober 2019 di Wuhan ada yang terinfeksi dan menyebar di Wuhan.

Atas dasar itu pemerintah China telah mengajukan permintaan kepada pemerintah AS untuk melakukan testing COVID 19 kepada semua peserta dari AS. Namun ditolak dan direspons AS dengan upaya penggantian nama tsb. Semua respons Washington tsb dibaca Beijing bahwa ada yang tidak beres dan disembunyikan. Itulah yang dinantikan Zhao.

Jika saja AS lebih positif thinking dan terbuka mengijinkan testing kepada semua peserta AS di World Military Games Wuhan. Upaya global mengatasi wabah COVID - 19 global akan jauh lebih efektif.

Kesimpulan

Apa yang pasti dari semua rangkaian data ini bahwa virus ini berasal dari AS. Selain itu kemungkinan adanya rekayasa genetik tidak dapat diabaikan.

Apakah dengan sengaja ditujukan ke China? Ini tidak jelas dan belum ditemukan buktinya. Namun kemungkinan besar tersebar akibat buruknya sistem pengamanan.

Saat ini epicentre wabah COVID-19 telah beralih ke AS dan menyebar ke seluruh dunia. Umat manusia mengalami krisis, wabah ini jika tidak segera tertangani akan memakan korban sangat besar. Inilah saatnya kita mengembangkan solidaritas kemanusiaan bagi sesama untuk mengatasi wabah ini bagi kepentingan masa depan kita sendiri.

Jikapun pada suatu saat nanti ditemukan bukti baru yang sepenuhnya definitif bahwa virus ini mengalami rekayasa genetik untuk penciptaan mutant-virus. Mereka yang merekayasa wajib mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Bukan demi seorang Zhao Lijian atau bagi kemenangan China, bukan demi kalah atau menang. Namun untuk kepentingan dirinya sendiri. Untuk membuktikan kepada dunia ini bahwa dirinya adalah warga global yang terhormat, yang bisa jatuh dalam kesalahan namun sebagai warga yang terhormat, bermoral dan elegan berani mempertanggungjawabkan perbuatannya.


No comments:

Post a Comment