Saturday, June 19, 2021

HARDWIRING HAPPINESS

Sahabat pembelajar yang berbahagia, apakah Anda pernah memperhatikan bahwa, pada berita yang ditayangkan TV kita lebih banyak berisi kabar negative, bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada informasi positif yang disajikan? Apakah benar demikian? Sebenarnya sih tidak juga, masih banyak informasi bermanfaat yang tersaji, namun pikiran kita memang lebih  suka mendengar kabar buruk. 

Menurut Dr. Rick Hanson dalam bukunya Hardwiring Happiness (Penginstalan Kebahagiaan),  kita memiliki apa yang disebut bias negatif. Sejak awal terlahirnya peradaban umat manusia di muka bumi ini, kita selalu tertarik pada informasi negative, dibandingkan dengan yang positif.  

Tapi jangan khawatir, pilihan tetap berada di tangan kita. Kita bisa mengatasi bias ini dan belajar bahagia.

Untuk membantu Anda memahami hal tersebut, berikut ini saya sajikan resume dari buku Dr. Hanson tersebut. Dalam ringkasan buku ini, kita akan belajar tentang kecenderungan bawaan kita untuk memperhatikan segala sesuatu yang mengganggu diri kita dan mengabaikan segala sesuatu yang membuat kita tersenyum. 

Kita akan mempelajari bagaimana struktur otak dapat menciptakan pikiran bahagia atau sedih, dan bagaimana menerapkan beberapa teknik sederhana dapat mendorong pemikiran positif dan memperkuat kebahagiaan.

Buku Hardwiring Happiness ini juga mengajarkan tentang:

• mengapa umpan balik positif sulit melekat dalam pikiran Anda;

• bahwa otak kita berfungsi seolah-olah sedang dikejar oleh pemangsa yang ganas; dan

• bagaimana mengingat rasa cokelat dapat membuat Anda bersemangat saat sedang sedih.

Dr. Hanson membagi buku ini menjadi 8 bagian yang dia sebut sebagai ide-ide.

Ide#1: Memiliki pikiran bahagia atau sedih bergantung pada struktur otak Anda, tetapi orang cenderung berfokus pada pikiran "buruk".

Ketika Anda tumbuh dewasa, apakah Anda bergaul dengan semua orang dan mudah menyesuaikan diri? Atau apakah Anda terus-menerus berada di pinggir lapangan, diejek dan mundur lebih jauh ke pinggir? Bahkan jika Anda populer di halaman sekolah, Anda mungkin memiliki beberapa kesamaan dengan mereka yang merasa diri mereka pecundang.

Hal ini terjadi karena pengalaman buruk memicu emosi yang lebih kuat dan lebih berkesan daripada pengalaman baik.

Misalnya, coba Anda ingat evaluasi pekerjaan terakhir yang Anda terima: Evaluasi itu mungkin dipenuhi dengan pujian dan umpan balik positif. Tetapi terdapat satu kritik kecil saja, anehnya Anda mungkin akhirnya justru terpaku pada kritik tersebut, alih-alih semua pujian yang ada.

Begitulah kenyataan yang terjadi pada kebanyakan orang, karena manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk berfokus pada hal negatif daripada hal positif.

Seperti yang sudah dikatakan pada awal tulisan ini, kecenderungan Anda untuk berfokus pada pikiran bahagia atau sedih bergantung pada bagian tertentu dari otak Anda. Beberapa orang memiliki apa yang oleh para ilmuwan disebut sebagai "amigdala bahagia". Amigdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas respons emosional kita.

Penelitian menunjukkan bahwa amigdala yang bahagia akan merangsang nukleus accumbens - bagian otak yang mendorong kita untuk mencapai tujuan kita. Orang dengan amigdala bahagia cenderung optimis, fokus pada peluang daripada kesulitan. Pada akhirnya, pikiran positif ini dapat memperkuat keinginan kita untuk mengambil tindakan dan mencapai tujuan kita.

Sayangnya, sebagian besar orang memilih mengalami "amigdala sedih". Respon ini mengarah pada reaksi berbasis rasa takut yang melepaskan kortisol dan adrenalin dalam aliran darah dan membuat kita merasa cemas dan gelisah. Pada bagian berikutnya, kita akan melihat lebih dekat pada tipe otak yang lebih suram ini dan mempelajari apa yang bisa mengubah wajah cemberut menjadi wajah tersenyum.

Ide#2: Otak manusia terus berkembang dan dapat berubah menjadi lebih baik - atau menjadi lebih buruk.

Kemungkinan Anda pernah melihat gambar otak manusia: Organ spons di kepala kita yang menyerupai kembang kol yang aneh itu. Seperti yang pasti Anda ketahui, benda yang tampak aneh ini sangat kompleks, terus belajar dan berkembang. Jauh dari entitas statis, otak berubah sepanjang waktu. Faktanya, otak kita berubah sesuai dengan setiap pengalaman yang kita miliki.

Hasil studi tahun 2000 oleh ahli saraf Eleanor Maguire menemukan bahwa pengemudi taksi London memiliki benjolan yang sangat besar di hipokampus mereka. Hipokampus adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk memori dan orientasi visual dan spasial.

Benjolan itu bukanlah tumor otak. Benjolan tersebut tumbuh sebagai pertanda bagian tersebut berkembang pesat karena mereka harus menghafal jalan-jalan di London. Waktu itu armada taksi belum dilengkapi dengan perangkat GPS seperti sekarang. 

Jadi mau mau tidak mau para pengemudi ini  terus-menerus melatih neuron tertentu di area otak ini dan, seperti otot, akhirnya neuron tersebut menjadi lebih besar dan lebih kuat.

Latihan seperti ini memungkinkan otak kita bertumbuh dan berkembang, dan dengan cara yang sama kita juga bisa melatih otak kita untuk bahagia.

Pada tahun 2013, psikolog Wil Cunningham menemukan fakta bahwa anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang gagal menyediakan lingkungan yang hangat dan penuh kasih dapat memicu munculnya “amigdala sedih”. Kabar baiknya adalah,  otak kita memiliki kemampuan untuk kembali mempelajari kebahagiaan.

Psikolog yang bernama Stanley Schachter membimbing kliennya melalui latihan mental di mana mereka membayangkan dikelilingi oleh keluarga yang penuh kasih dan menerima penguatan positif dari imajinasi tersebut.

Latihan berulang seperti ini secara bertahap dapat mengubah struktur otak klien, dengan memperkuat kemampuannya untuk merasakan kebahagiaan dan mengubah amigdala yang sedih menjadi amigdala yang bahagia!

Jadi, jika otak kita dapat diatur ulang untuk kebahagiaan, mengapa masyarakat modern dipenuhi dengan begitu banyak orang yang sedih? Mari kita cari tahu jawabannya pada bagian berikutnya.

Ide#3: Evolusi telah menciptakan otak yang memperbesar semua pemicu stres kecil dalam kehidupan modern.

Coba ingat masa-masa Anda sekolah dulu, jika saat itu Anda menjadi orang terakhir yang dipilih untuk bermain sepak bola selama jam istirahat sekolah, Anda mungkin akan merasa kesal dan kecewa. Aliran darah dibanjiri oleh hormon stres, jantung berdebar kencang, dan itu terasa seperti masalah hidup atau mati, bukan sekedar adu  popularitas antar teman.

Reaksi manusia yang berlebihan seperti itu sebenarnya muncul secara alamiah karena dalam proses evolusi manusia, terbukti perasaan panik sering menyelamatkan nyawa. Selama perjalanan sejarah manusia, ancaman kematian dan bahaya menyebabkan manusia memberi perhatian khusus pada segala sesuatu yang tidak menguntungkan (sebagai tindakan pencegahan).

Pada zaman prasejarah, manusia selalu berada di bawah ancaman serangan kekerasan, baik oleh orang lain atau oleh pemangsa liar. Pada masa itu kelangsungan hidup manusia memang selalu terancam. Saat ini, otak kita masih menyimpan jejak dari masa-masa menakutkan tersebut, dan telah berevolusi untuk menemukan penyebab kecemasan yang berpotensi muncul di sekitar kita.

Fenomena ini menjelaskan mengapa wajah yang tidak ramah, suara keras, atau mobil yang melaju kencang dapat membuat kita Kaget. Ternyata kita tetap memberikan perhatian khusus pada hal-hal yang berpotensi berdampak negatif.

Tapi itu belum semuanya. Stres permanen dalam kehidupan modern terus-menerus mengaktifkan ketakutan manusiawi kita akan kematian.

Apakah itu berupa ketakutan menghadapi perampok bersenjata atau sekedar tenggat waktu pekerjaan yang menegangkan, koneksi saraf yang sama telah diaktifkan. Ujung-ujungnya adalah munculnya stress yang mengungkung hidup kita. Kita khawatir tentang uang, tentang pekerjaan, tentang politik, tentang hubungan dengan pasangan atau tetangga, tentang  covid, tentang apa pun!

Bagi otak kita, hal ini terasa seolah kita menghabiskan sepanjang hari dikejar oleh harimau bertaring tajam berusia 10.000 tahun. Pada dasarnya, otak kita berfungsi seolah-olah hidup kita terus-menerus berada dalam bahaya, dan sekali lagi, hal  ini membuat kita berfokus pada semua hal negatif.

Ide#4: Manusia memiliki bias negatif yang sangat memengaruhi mereka, tetapi relaksasi dapat membawa kebahagiaan

Sejauh ini kita telah belajar banyak tentang bagaimana dan mengapa otak kita berfokus pada aspek negatif kehidupan. Tetapi kecenderungan ini sebenarnya sangat umum sehingga disebut bias negatif. Kita bisa melihat bias ini di berita malam, sore atau bahkan berita pagi. Setiap episode dimulai dengan berita buruk yang menarik perhatian. Kita hanya terpesona oleh cerita gempa bumi yang tragis atau tindakan kriminal yang kejam. Runyamnya berita buruk semacam itu sangat mempengaruhi kebahagiaan kita.

Setiap kali kita dihadapkan dengan input negatif, sistem saraf kita terus waspada. Faktanya, tubuh kita akan bereaksi seolah-olah kejahatan dan tragedi yang kita lihat benar-benar terjadi pada diri kita.

Masukan negatif ini mengaktifkan respons figh or flight, hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dilepaskan ke aliran darah sehingga sumber energi kita terkuras untuk mempersiapkan diri bereaksi cepat terhadap ancaman yang dirasakan. Secara alami, pikiran kita jatuh ke dalam kondisi cemas.

Akibatnya, kita cenderung bereaksi terhadap masukan negatif - berita buruk, lalu lintas jalan raya, tantangan di tempat kerja - dengan ketakutan atau perilaku yang agresif.

Itulah kenapa kita marah-marah di jalan raya ketika jaaln kita dipotong pengemudi lain, kemudian dengan panik kita membunyikan klakson mobil, bahkan berteriak.

Di sisi lain, kita dapat menggunakan masukan positif untuk membantu kita menjadi lebih sehat dan lebih rileks. Dr. Hanson menceritkan kisah salah satu kliennya yang berhasil memerangi serangan panik dengan pergi ke kebunnya. Kapanpun dia merasa panik, dia akan keluar beberapa menit untuk menenangkan dirinya dan ditenangkan secara alami.

Pengalaman menenangkan ini membantu mengendurkan sistem saraf dengan memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah, dan bahkan mendorong pencernaan yang baik. Semua ini membantu mengurangi stress dan pola pikir agresif.

Ide#5: Ada cara untuk secara sadar mencari aspek-aspek positif dari kehidupan.

Pernahkah Anda menyadari diri Anda menikmati momen kebahagiaan yang langka dan memperhatikan hal-hal yang tidak Anda miliki sebelumnya? Anda mungkin tiba-tiba memperhatikan bahwa burung-burung berkicau, bunga-bunga bermekaran, dan kehidupan tampak baik-baik saja. Nah, momen menyenangkan seperti itu bisa diusahakan agar menjadi tidak terlalu langka.

Membawa masukan positif ke dalam keseharian Anda sebenarnya bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Misalnya, saat Anda menyelesaikan tugas, bahkan tugas kecil seperti menjawab email, jangan langsung beralih ke tugas berikutnya. Berhentilah sejenak dan sadari bahwa Anda telah mencapai tujuan dan biarkan diri Anda merasa senang karenanya.

Anda juga bisa meluangkan waktu di pagi hari untuk membuka jendela dan menghirup udara segar. Biarkan masukan positif meresap ke dalam diri Anda, kemudian secara sadar memulai hari dengan kebahagiaan itu dan biarkan diri Anda mempertahankan kerangka berpikir itu sepanjang hari.

Pada awalnya, Anda mungkin memerlukan beberapa penanda khusus untuk membantu Anda mengenali masukan positif semacam itu. Salah satu caraya adalah dengan membuat “Good Year Box.”. Idenya sangat sederhana, di penghujung hari luangkan waktu untuk memikirkan setidaknya satu hal positif yang telah terjadi, kemudian tuliskan di selembar kertas dan letakkan ke dalam kotak tersebut.

Cara sederhana ini akan melatih otak Anda untuk mengenali alasan Anda merasa bahagia. Dan, di akhir tahun, Anda dapat membuka kotak itu, membaca catatan Anda dan dengan senang hati merenungkan semua pengalaman baik yang pernah Anda miliki.

Praktik bermanfaat lainnya adalah memulai setiap pagi Anda dengan meluangkan waktu untuk berfokus pada sesuatu yang positif. Gagasan ini mungkin sesederhana mengakui fakta bahwa Anda bangun dalam keadaan sehat, atau bahwa Anda bangun di tempat yang tenang dan aman.

Latihan-latihan ini akan membantu Anda melepaskan segala hal negatif yang mungkin Anda rasakan dan melatih pikiran Anda untuk fokus pada hal-hal yang dapat Anda syukuri.

Ide#6: Kita dapat melawan bias negatif kita dengan memperkuat pengalaman positif kita.

Pernahkah Anda melihat pemandangan indah atau mengagumi matahari terbenam yang menakjubkan dan merasakan keinginan untuk menghentikan waktu, agar bisa mempertahankan momen itu selamanya? Nah, kita bisa melakukan hal semacam itu! 

Sungguh, kita bisa melakukan ini persis dengan semua pengalaman positif kita, bahkan yang terkecil sekalipun. Meskipun berpikir positif bukanlah ide baru, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kita dapat mengubah bias negatif otak kita menjadi bias positif dengan memperkuat pengalaman positif kita. Dan Anda dapat memperkuat pengalaman positif apa pun hanya dengan meluangkan waktu untuk menghidupkannya kembali dan menikmatinya.

Coba latihan ini: munculkan ingatan ketika Anda sedang menikmati makanan favorit Anda. Memori ini mungkin semewahnya makan malam di restoran besar atau sesederhana es krim vanila favorit Anda. Sekarang, coba bayangkan kenikmatan yang diberikan makanan itu kepada Anda.

Saat Anda melakukan latihan ini, pertahankan pengalaman mental ini selama Anda bisa. Pertahankan perasaan nikmat dan bahagia itu; jika Anda teralihkan, coba bawa diri Anda kembali. Anda dapat melakukan latihan ini untuk memperkuat pengalaman positif apa pun dan membantu mengarahkan diri Anda ke bias positif.

Kita telah melihat bagaimana pikiran kita memprioritaskan masukan negatif, jadi kita harus secara sadar berusaha untuk tetap berpikir positif.

Untuk lebih memperkuat pengalaman positif Anda, ubah sikap Anda dan luangkan waktu untuk hal-hal yang baik.

Misalnya, Anda kesulitan membangunkan anak dari tempat tidur dan menyiapkan mereka untuk sekolah. Alih-alih menjadi frustrasi dan memarahi mereka, cobalah pendekatan yang positif. Berbaringlah bersama mereka dan bujuklah mereka untuk bangun dari tempat tidur dan menikmati indahnya hari itu.

Ide#7: Kebahagiaan dapat menyembuhkan trauma masa lalu dan memperbaiki perasaan sakit dan duka.

Mari kita hadapi kenyataan ini: hidup bisa menjadi keras. Masa kecil yang sulit atau traumatis kehilangan orang yang dicintai adalah pengalaman menyakitkan yang mesti dijalani. Tapi akan selalu ada harapan. Bahkan momen kecil yang dihabiskan dengan hewan kesayangan dapat membantu menyembuhkan luka lama.

Mungkin ini pendapat klise, bahwa pengalaman positif baru membantu kita mengatasi trauma lama - bahkan yang telah menghantui kita sejak masa kanak-kanak.

Bahkan dalam situasi terburuk dalam hidup, kebahagiaan dapat menyembuhkan rasa sakit dan kesedihan.

Dalam buku ini dikisahkan tentang seorang wanita yang kehilangan kucing kesayangannya. Pada awalnya dia merasa sangat terpukul, dan menghabiskan hari-hari dengan penuh kesakitan dan kesedihan. Tapi kemudian dia mulai mencari cara untuk menjadi positif.

Dia mengemukakan ingatannya tentang semua pengalaman positif yang dia alami dengan kucingnya dan menikmatinya, kemudian membiarkan perasaan positif ini meresap setidaknya selama 30 detik. Dia mengulangi cara ini, dan hal ini secara bertahap menyembuhkan luka yang disebabkan oleh kehilangan kucing tersebut.

Ide#8: Dengan menciptakan pengalaman positif baru, hidup Anda akan lebih bahagia dan jauh lebih menyenangkan.

Bertentangan dengan pendapat beberapa orang, kebahagiaan tidaklah terbatas. Sebenarnya, tidak ada batasan jumlah pengalaman positif yang dapat kita ciptakan untuk diri kita sendiri agar membantu mengubah pikiran kita menuju kebahagiaan hakiki.

Jika Anda membutuhkan pengalaman positif untuk diperkuat, Anda dapat membuatnya dengan membayangkan diri Anda berada di tempat yang selalu ingin Anda kunjungi atau berselancar di ombak laut yang sempurna. Atau Anda dapat meningkatkan peluang untuk mendapatkan pengalaman baru dengan sekedar mengambil rute baru antara rumah dan kantor, yang belum pernah Anda ambil sebelumnya guna memperhatikan hal-hal baru.

Faktanya, menemukan kesenangan dalam detail yang tidak pernah Anda sadari adalah cara yang bagus untuk menciptakan kepositifan.

Pengalaman seperti ini juga dapat membantu kita mengatasi ketakutan kita. Bahkan Dr, Hanson menceritakan pengalamannya ketika merasa sulit masuk perguruan tinggi: Dia pemalu dan dibebani dengan pengalaman bullying masa lalu. Jadi, ketika teman sekamarnya mengundangnya untuk berkumpul dengan sekelompok gadis, dia tidak terlalu bersemangat.

Tetapi dia memaksakan diri dan malam itu menjadi luar biasa, dia menciptakan pengalaman positif baru yang membantunya mengatasi ketakutannya terhadap situasi sosial. Di hari-hari berikutnya dia bisa mengulang acara tersebut untuk memperkuatnya dan membantunya tetap bahagia.

Terkadang pengalaman kebahagiaan ini bisa  berasal dari niat baik. Ahli saraf Jorge Moll menemukan bahwa orang yang memberi uang untuk tujuan baik akhirnya lebih bahagia. Studi tahun 2006 menunjukkan bahwa pusat penghargaan di otak bekerja lebih tinggi pada orang-orang altruistik dibandingkan mereka yang  pelit dengan uang mereka.

Ternyata, bersikap altruistik itu banyak manfaatnya. Dengan merasa bahagia untuk seorang teman yang memiliki pengalaman positif, daripada merasa cemburu atau terancam, Anda akan melipatgandakan kebahagiaan Anda sendiri. Lagi pula, berbagi kebahagiaan jauh lebih menyenangkan daripada mencoba menimbunnya.

Dr. Hanson memberikan sebuah kesimpulan menarik, menurutnya otak kita bersifat seperti teflon ketika mengalami peristiwa positif dan bersifat seperti velcro ketika mengalami peristiwa negative. Untuk mengatasinya maka, setiap kali merasakan pikiran atau mengalami peristiwa negatif, segera ingat minimal 5 peristiwa yang memberikan pikiran positif.

Semoga bermanfaat

Tabik

-haridewa-

Professional Hypnotherapist

Happy Counsellor

 

#thecafetherapy

#mindfultherapy

#ihtc

No comments:

Post a Comment