Wednesday, April 6, 2016

THE BLUE BIRD STORY

BlueBird Story
The Magic of Sharing Economy.

Tahun lalu total pendapatan Bluebird (BB) group tembus 4,75 triliun. Net profit 735 milyar. Jadi margin sekitar 16%. Angka yang rasional.
Net profit BB 735 Milyar tahun lalu. Jumlah driver 36 ribu. Jadi setahun 1 driver sumbang 20 juta profit ke owner BB. Masuk akal.
Kapitalisme memang seperti itu. Profit 735M hanya terkonsentrasi pada keluarga pemilik BB. 36 ribu supir jadi sekrup. Ya sekrup
Dengan sistem sharing seperti Uber, laba 735M itu bisa terdistribusi lebih merata ke ribuan mitranya. Tidak hanya dinikmati 2 - 3 owner seperti kasus BB.
Kalo Uber jadi berbentuk koperasi, model pembagian laba-nya jadi lebih adil. Lebih bergaya sosialisme. Laba lebih merata. Tidak seperti kapitalisme.
Jika Uber berbentuk koperasi, ribuan driver BB sebenarnya bisa pindah ke Uber. Jadi anggota. Pendapatan bisa lebih tinggi. BB bisa kolaps.
Milih mana? 735 milyar laba dinikmati bu Noni Purnomo dan keluarganya saja. Atau terdistribusi lebih merata dalam bentuk koperasi Uber?
Tantangannya, bagaimana supir ex BB itu sanggup kasi DP buat beli mobil untuk jadi mitra koperasi Uber? Gandeng lembaga keuangan. Buat skema yang pas.
Itulah esensi ekonomi yang diimpikan Bung Hatta. Ribuan supir ex BB punya mobil sndiri sebagai anggota koperasi Uber. Dan bisa dapat profit sharing.
Persis disitulah kejaiban aplikasi teknologi benar2 bisa mewujudkan ide indah sosialisme ala Bung Hatta jadi kenyataan. Via Koperasi Uber.
Karl Marx mungkin tertegun. Bagaimana bisa aplikasi Uber ciptaan negeri kapitalis, menjelma menjadi alat demokratisasi ekonomi rakyat.
Sinergi ribuan supir ex BB, koperasi Uber dan lembaga keuangan dalam skema yang win2; bisa benar2 memajukan ekonomi kelas bawah. Uber revolution.
Jika ribuan supirnya lari jadi mitra Uber karena dapat profit sharing yang lebih fair, bagaimana nasib BB? Ya bisa kolaps. Tapi itulah kemenangan sosialisme.
Supir BB mestinya jangan protes. Dekati koperasi Uber. Tinggalkan BB. Gandeng lembaga keuangan. Ciptakan kerjasama win win.
Laba 735M hanya untk satu keluarga adlh contoh kapitalisme ekstrem. Aliansi ribuan supir ex BB dengan koperasi Uber bisa merobohkan dominasi itu.
Kalau ribuan supir BB bergabung dengan koperasi Uber dalam skema yang lebih fair, pelan-pelan dominasi kapitalisme ekstrem BB bisa dipatahkan.
Aliansi ribuan supir ex BB dengann koperasi Uber mngkin akn dikenang dalam sejarah sebagai bentuk revolusi ekonomi rakyat. Bung Hatta bisa tersenyum.
Apakah aliansi ribuan supir taksi ex BB dkk dengan koperasi Uber bisa jadi realitas? Bisa kalau ada lembaga keuangan yang cerdik dan kreatif.
Paparan tadi mendedahkan sebuah fakta magis : betapa aplikasi teknologi benar-benar menjelma menjadi agen revolusi ekonomi kerakyatan.
Tapi itulah memang kekuatan magis teknologi : membuat sistem kapitalisme yang rakus dan tidak efisien menjadi kolaps.
Dalam buku-buku filsafat ekonomi, skema sharing economy ala Uber itulah yang diimpikan oleh sosok seperti Bung Hatta. Sistem ekonomi yang lebh fair.
Esensi ekonomi sharing ala Uber itulah yang dulu pernah diangankan oleh Bung Hatta. Karena lebih fair, efisien dan terdistribusi dengan adil.
Tidak terkonsentasi seperti dalam kapitalisme ekstrem. Seperti kasus laba 735M yang dinikmati hanya oleh segelintir keluarga pemilik BB.
Sementara 36 ribu drivernya termehek-mehek dalam nestapa. Padahal setahun masing-masing dari mereka sudah sumbang 20 juta ke owner BB.
Sinergi Koperasi Uber, ribuan supir ex BB dan lembaga keuangan yang cerdik, akan membuat penghasilan mereka bisa naik signifikan.
Agak tertegun, ide dasar ekonomi sharing yang dulu diimpikan Bung Hatta, bisa jadi realitas karena aplikasi teknologi buatan silicon valley.
Tapi itulah memang visi esensial pendiri Uber : bagaimana agar aplikasi teknologi bisa wujudkan ide ekonomi sosialisme seperti yang dicitakan bung Hata.
Lembaga keuangan yang cerdik harus segera cari pentolan-pentolan driver BB. Dialog dan rintis skema win win dan bikin aliansi dengan koperasi Uber.
Apakah ide aliansi ribuan supir eks BB dengan koperasi Uber adalah ide utopia (fantasi)? Why not. Nothing is Impossible
Negrei utopia itulah yang dulu juga ditulis Karl Marx dalam adikaryanya Das Kapital. Negeri saat ribuan kaum proletar bersatu, robohkan kapitalisme.
Ide negeri utopia ekonomi sosialis itu berkali-kali gagal jadi realitas. Ajaibnya, aplikasi Uber dengan koperasi Uber, yang bisa wujudkan ide itu.
Itulah Paradoks Teknologi: bagaimana aplikasi buatan negeri kapitalis yang justru akan jadi senjata maut untk membunuh kapitalisme yang rakus.
Karl Marx dan Bung Hatta mngkn tidak pernah mnyangka bahwa ide-ide besarnya tentang sharing economy yang lebih fair, diwujudkan oleh Silicon Valley Guys.
Perjumpaan ide Karl Marx, Impian Bung Hatta dengan kekuatan aplikasi Uber + aliansi supir ex BB, mungkn bisa jadi judul skripsi yang menarik.
Tapi mungkin itulah sejatinya kekuatan indah dari teknologi: sebuah narasi gemilang tentang “The Rise of Smart Apps” dalam mengubah peradaban.
Energi kemarahan ribuan supir BB mungkin akan lebih cantik jika disenyawakan dengan energi sharing economy ala Uber.
Sebab persenyawaan ribuan ex supir taksi BB dengan koperasi Uber-lah yang hanya bisa membuat nasib mereka berubah.
Dan persis pada titik itulah, mungkin mendiang Bung Hatta bisa tersenyum bangga di alam peristirahatannya.

No comments:

Post a Comment