Tuesday, August 26, 2014

PENYAKIT VIRUS EBOLA (EVD)

PENYAKIT VIRUS EBOLA (EVD)



FAKTA KUNCI

  • Penyakit Virus Ebola (EVD), sebelumnya dikenal sebagai penyakit demam berdarah Ebola (Ebola Haemorrhagic Fever), satu penyakit yang parah, sering berakibat fatal pada manusia.
  • Serangan wabah memiliki tingkat kematian kasus hingga 90%.
  • Serangan wabah terjadi terutama di desa-desa terpencil di Afrika Tengah dan Barat, di dekat hutan hujan tropis.
  • Virus ini ditularkan kepada manusia dari binatang liar kemudian menyebar pada populasi manusia melalui transmisi manusia-ke-manusia.
  • Kelelawar buah (fruit bats) dari keluarga Pteropodidae dianggap sebagai host alami virus Ebola.
  • Pasien yang sakit parah memerlukan perawatan suportif intensif. Tidak ada pengobatan khusus berlisensi atau vaksin yang tersedia untuk digunakan pada manusia atau hewan.

Ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 secara serentak di 2 wilayah serangan wabah, di Nzara, Sudan, dan di Yambuku, Republik Demokratik Kongo. Yang terakhir disebutkan adalah di sebuah desa yang terletak di dekat Sungai Ebola, dari mana penyakit ini mengambil namanya.

Genus Ebolavirus adalah 1 dari 3 anggota keluarga Filoviridae (filovirus), bersama dengan genus Marburgvirus dan genus Cuevavirus. Genus Ebolavirus terdiri dari 5 spesies yang berbeda:

1. Bundibugyo ebolavirus (BDBV)
2. Zaire ebolavirus (EBOV)
3. Reston ebolavirus (RESTV)
4. Sudan ebolavirus (SUDV)
5. Ta hutan ebolavirus (TAFV).

BDBV, EBOV, dan SUDV telah dikaitkan dengan serangan wabah besar EVD di Afrika, sedangkan RESTV dan TAFV belum mewabah. Spesies RESTV, ditemukan di Filipina dan Republik Cina, dapat menginfeksi manusia, tetapi tidak ada penyakit atau kematian pada manusia yang disebabkan spesies ini yang telah dilaporkan sampai saat ini.

PENULARAN

Ebola menyebar dalam populasi manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang terinfeksi. Di Afrika, infeksi telah didokumentasikan melalui penanganan simpanse, gorila, kelelawar buah, monyet yang terinfeksi virus ini, kijang hutan dan landak yang sakit atau mati di hutan hujan tropis.

Ebola kemudian menyebar di masyarakat melalui penularan manusia-ke-manusia, dengan infeksi yang diakibatkan oleh kontak langsung (melalui kulit rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi, dan kontak tidak langsung dengan lingkungan yang terkontaminasi dengan cairan tersebut. Upacara pemakaman di mana pelayat dan pengurus jenazah memiliki kontak langsung dengan jasad orang yang meninggal juga dapat memainkan peran dalam penularan Ebola. Laki-laki yang sudah pulih dari penyakit masih dapat menularkan virus melalui air mani mereka hingga 7 minggu setelah sembuh dari penyakit.

Pekerja kesehatan sering telah terinfeksi selagi menangani pasien yang diduga atau dikonfirmasi menderita EVD. Hal ini terjadi melalui kontak langsung dengan pasien di mana tindakan kehati-hatian atas pengendalian infeksi tidak benar-benar dipraktekkan.

Diantara pekerja yang ada kontak dengan monyet atau babi yang terinfeksi dengan Reston ebolavirus (RESTV), beberapa infeksi telah dicatat untuk orang-orang yang secara klinis tanpa gejala. Jadi, RESTV tampaknya kurang mampu menyebabkan penyakit pada manusia disbanding dengan spesies Ebola lainnya.

Namun, bukti satu-satunya yang tersedia berasal dari laki-laki dewasa yang sehat. Maka terlalu dini untuk memperkirakan dampak kesehatan dari virus pada semua kelompok populasi, seperti penderita immuno-compromised, orang-orang yang memiliki kondisi medis mendasar tertentu, wanita hamil dan anak-anak. Studi lebih lanjut tentang RESTV masih diperlukan sebelum dapat menarik kesimpulan definitif tentang pathogenitas dan virulensi virus ini pada manusia.


TANDA-TANDA DAN GEJALA-GEJALA

EVD adalah penyakit virus akut yang parah, sering ditandai dengan serangan demam mendadak, kelemahan yang amat sangat, nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Ini diikuti dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal & hati, dan dalam beberapa kasus, baik internal maupun eksternal terjadi pendarahan. Hasil pemeriksaan laboratorium meliputi hitung sel darah putih dan trombosit rendah dan peningkatan kadar enzim-enzim hati.

Seseorang bisa menjad sumber penularan selama darah dan sekresinya mengandung virus. Virus Ebola telah berhasil diisolasikan dari air mani 61 hari setelah serangan dari orang yang terinfeksi penyakit dalam laboratorium. Periode inkubasi, yaitu interval waktu dari infeksi virus sampai dengan timbulnya gejala, adalah 2 sampai 21 hari.

DIAGNOSIS

Penyakit lain yang harus dikesampingkan sebelum diagnosis EVD dapat ditegakkan meliputi: malaria, demam tipus, shigellosis, kolera, leptospirosis, wabah pes, rickettsiosis, demam kambuh, meningitis, hepatitis, dan penyakit demam virus lainnya.

Infeksi virus Ebola dapat didiagnosis secara pasti di laboratorium melalui beberapa jenis tes:

·         Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
·         Tes deteksi antigen
·         Tes netralisasi serum
·         Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
·         Mikroskopi elektron
·         Isolasi virus dengan kultur sel.

Sampel dari pasien merupakan risiko biohazard yang ekstrim. Jadi, pengujian harus dilakukan di bawah kondisi perlindungan biologis secara maksimum.

VAKSIN DAN PENGOBATAN

Belum ada vaksin berlisensi untuk EVD yang tersedia. Beberapa vaksin sedang diuji, tetapi tidak ada di antaranya yang siap untuk penggunaan klinis.

Pasien yang sakit parah memerlukan perawatan suportif yang intensif. Pasien sering mengalami dehidrasi dan memerlukan rehidrasi oral dengan cairan yang mengandung elektrolit atau dengan cairan infus.

Belum ada pengobatan khusus juga tersedia. Belum ada pengobatan baru yang sedang dievaluasi.

HOST ALAMI VIRUS EBOLA

di Afrika, kelelawar buah, khususnya spesies dari genus Hypsignathus monstrosus, Epomops franqueti dan Myonycteris torquata, dianggap sebagai host alami untuk virus Ebola. Akibatnya, distribusi geografis Ebolaviruses dapat tumpang tindih dengan adanya berbagai genera kelelawar buah di atas.

VIRUS EBOLA PADA HEWAN

Meskipun primata non-manusia telah menjadi sumber infeksi untuk manusia, mereka tidak dianggap sebagai reservoir tapi host sementara. Sejak tahun 1994, wabah Ebola dari spesies EBOV dan TAFV telah diobservasi pada simpanse dan gorila.

RESTV telah menyebabkan serangan wabah EVD yang parah pada monyet monyet (Macaca fascicularis) yang dipelihara di peternakan Filipina dan terdeteksi pada monyet-monyet yang diimpor ke Amerika Serikat pada tahun 1989, 1990 dan 1996, dan monyet-monyet yang diimpor ke Italia dari Filipina pada tahun 1992.
Sejak 2008, virus RESTV telah terdeteksi selama beberapa serangan wabah penyakit mematikan pada babi di Republik Rakyat Cina dan Filipina. Infeksi asimtomatik (tanpa gejala) pada babi telah dilaporkan dan percobaan inokulasi telah menunjukkan bahwa RESTV tidak dapat menyebabkan penyakit pada babi.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN VIRUS EBOLA

Pengendalian Ebolavirus Reston pada hewan domestik

Tidak ada vaksin hewan terhadap RESTV yang tersedia. Pembersihan rutin dan disinfeksi peternakan babi atau monyet (dengan Natrium hipoklorit atau deterjen lain) cukup efektif dalam menon-aktifkan virus.

Jika dicurigai adanya serangan wabah, tempat lokasi peternakan harus segera dikarantina. Eliminasi hewan yang terinfeksi dengan pengawasan yang ketat atas proses penguburan atau pembakaran bangkai binatang, mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko penularan hewan-ke-manusia. Membatasi atau menghentikan gerakan hewan dari peternakan yang terinfeksi ke daerah lain kiranya dapat mengurangi penyebaran penyakit.

Karena wabah RESTV pada babi dan monyet telah mendahului infeksi pada manusia, pembentukan sistem pengawasan kesehatan hewan yang aktif untuk mendeteksi kasus baru penting untuk memberikan peringatan dini bagi otoritas kesehatan hewan dan kedokteran kesehatan masyarakat umum.

MENGURANGI RISIKO INFEKSI EBOLA PADA MANUSIA

Tidak adanya pengobatan yang efektif dan vaksin manusia, maka peningkatan kesadaran akan faktor risiko untuk infeksi Ebola dan langkah perlindungan individu yang sudah tersedia merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi infeksi manusia dan kematian.

Di Afrika, selama serangan wabah EVD, pesan-pesan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengurangi risiko harus terfokus pada beberapa faktor:

  • Mengurangi risiko penularan satwa liar-ke-manusia dari kontak dengan kelelawar buah atau monyet kera yang terinfeksi dan konsumsi daging mentah mereka. Hewan harus ditangani dengan sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai. Produk-produk hewani (darah dan daging) harus dimasak secara benar sebelum dikonsumsi.
  • Mengurangi risiko penularan manusia-ke-manusia dalam masyarakat yang timbul dari kontak langsung atau dekat dengan pasien terinfeksi, terutama dengan cairan tubuh mereka. Kontak fisik langsung dengan pasien Ebola harus dihindari. Sarung tangan dan peralatan pelindung diri yang sesuai harus dipakai ketika merawat pasien di rumah sakit. Selalu mencuci tangan diperlukan setelah mengunjungi pasien di rumah sakit, dan juga setelah melakukan perawatan pasien di rumah.   
  • Kelompok masyarakat yang terkena Ebola harus menginformasikan penduduknya tentang sifat penyakit dan langkah-langkah pencegahan penularan wabah, termasuk penguburan orang mati. Orang-orang yang telah meninggal dari Ebola harus segera dimakamkan dengan aman.

Peternakan babi di Afrika dapat memainkan peran dalam penyebaran infeksi karena adanya kelelawar buah dalam pertanian ini. Tindakan pengamanan biologis yang tepat harus di tempat untuk membatasi penularan. Untuk RESTV, topik-topik pendidikan kesehatan masyarakat harus fokus pada mengurangi risiko penularan babi-ke-manusia sebagai akibat dari cara peternakan dan praktek-praktek pemotongan hewan yang tidak aman, dan konsumsi darah segar, susu mentah atau jaringan/organ binatang yang tidak aman. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya yang sesuai harus dipakai ketika menangani hewan yang sakit atau jaringan/organ mereka dan saat menyembelih hewan. Di daerah di mana RESTV telah dilaporkan pada babi, semua produk hewani (darah, daging dan susu) harus dimasak benar-benar secara menyeluruh sebelum dimakan.

PENGENDALIAN INFEKSI DALAM ATURAN KESEHATAN

Penularan Ebola virus dari manusia-ke-manusia ini terutama terkait dengan kontak langsung atau tidak langsung dengan darah dan cairan tubuh. Penularan kepada pekerja kesehatan telah dilaporkan sewaktu langkah-langkah kontrol infeksi yang tepat belum pernah diobservasi.

Tidak selalu memungkinkan untuk mengidentifikasi pasien dengan EBV secara dini karena gejala awalnya mungkin non-spesifik. Untuk alasan ini, sangat penting bahwa petugas kesehatan menerapkan tindakan standar kehati-hatian secara konsisten pada semua pasien – tanpa memperdulikan apa diagnosis mereka – di semua tempat praktek setiap saat.

Ini meliputi kebersihan tangan dasar, kebersihan pernapasan, penggunaan peralatan perlindungan diri (karena ada risiko terjadinya percikan atau kontak lainnya dengan bahan-bahan yang terinfeksi), aman injeksi praktek dan praktek penguburan yang aman.

Selain standar kehati-hatian, para petugas kesehatan yang merawat pasien yang diduga dengan atau dikonfirmasi terjangkit virus Ebola harus menerapkan tindakan pengendalian infeksi lain, guna menghindari paparan darah dan cairan tubuh setiap pasien dan kontak langsung tanpa perlindungan dengan lingkungan yang mungkin terkontaminasi. Jika berada dalam kontak dekat (dalam jarak 1 meter) pasien dengan EBV, petugas perawatan kesehatan harus memakai pelindung wajah (face shield atau masker medis dan kacamata), bersih, gaun lengan panjang non-steril, dan sarung tangan (untuk beberapa prosedur diwajibkan menggunakan sarung tangan steril).

Petugas laboratorium juga beresiko. Sampel yang diambil untuk diagnosis dari manusia dan hewan yang dicurigai terkena Ebola harus ditangani oleh staf yang terlatih dan diproses dalam laboratorium dengan perlengkapan

RESPONS WHO

WHO menyediakan keahlian dan mengadakan dokumentasi untuk mendukung penyidikan dan pengendalian penyakit.

Rekomendasi untuk pengendalian infeksi sambil menyediakan perawatan bagi pasien yang diduga atau dikonfirmasi dengan penyakit demam berdarah Ebola disediakan dalam dokumen : Interim infection control recommendations for care of patients with suspected or confirmed Filovirus (Ebola, Marburg) haemorrhagic fever, March 2008.  (Rekomendasi kontrol infeksi interim untuk perawatan pasien yang diduga atau dikonfirmasi terkena penyakit demam berdarah Filovirus (Ebola, Marburg), Maret 2008). Dokumen ini saat ini sedang diperbarui.

WHO telah membuat catatan tambahan pada standar kehati-hatian dalam perawatan kesehatan (saat ini sedang diperbarui). Tindakan kehati-hatian baku dimaksudkan untuk mengurangi risiko penularan melalui darah dan zat patogen lainnya. Jika diterapkan secara universal, tindakan kehati-hatian ini akan membantu mencegah sebagian penularan melalui paparan terhadap darah dan cairan tubuh.

Kehati-hatian baku yang direkomendasikan untuk perawatan dan pengobatan dari semua pasien terlepas dari status infeksi yang mereka rasakan atau dikonfirmasi. Catatan tambahan ini termasuk tingkat dasar pengendalian infeksi – kebersihan tangan, penggunaan peralatan perlindungan diri untuk menghindari kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh, pencegahan jarum suntik dan cedera dari peralatan tajam lainnya, serta satu perangkat pengendalian lingkungan.

Semoga bermanfaat

Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Jakarta, 24 Agustus 2014

Sumber: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs103/en/

No comments:

Post a Comment