Friday, July 8, 2016

BERBAGI CAHAYA

Berbagi Cahaya
Seorang sahabat dokter di Barat memberi judul bukunya dengan judul “The extrodinary healing power of the ordinary things” (daya sembuh luar biasa dari hal-hal yang biasa). Intinya, banyak hal-hal kecil yang kelihatannya sepele, kecil, sederhana ternyata memiliki efek kesembuhan yang luar biasa.
Ia bisa berupa doa, puja, nyanyian, senyuman, berjalan di alam terbuka, bernyanyi bersama anak-anak, bergandengan tangan bersama orang tua, menikmati matahari terbit, tersenyum penuh rasa terimakasih pada matahari tenggelam, merawat taman, mencakupkan tangan kepada bunga-bunga yang sedang mekar, merasakan kegembiraan lumba-lumba yang sedang berlompatan atau kelinci yang senang berlari-lari, menyayangi binatang serta masih banyak lagi yang lain.
Apa saja yang dilakukan dengan penuh senyuman, penuh kasih sayang, penuh rasa syukur yang mendalam, ia memberikan efek kesembuhan yang sangat mendalam. Runtutan logikanya sederhana. Setiap manusia yang sering berbuat baik pada siapa saja, di dalam dirinya akan tumbuh perasaan bahwa hidupnya bermakna serta berguna.
Perasaan berguna dan bermakna ini membuat seseorang bangun pagi lebih bersemangat, membuat seseorang menjalani keseharian dengan lebih banyak tenaga, serta berangkat tidur di malam hari bersama rasa syukur yang mendalam. Secara totalitas, semua ini meningkatkan daya tahan tubuh (immune system), yang membuat tubuh bisa menyembuhkan dirinya.
Lebih-lebih di zaman di mana hadir kegelapan pekat di sana-sini. Dari rumah sakit jiwa yang penuh, angka perceraian yang meningkat, sampai dengan jumlah bunuh diri yang meninggi. Dunia seperti memanggil-manggil agar sebanyak mungkin manusia berbagi cahaya.
Dengan kata lain, melakukan hal-hal kecil sekaligus sepele sebagaimana dikemukakan di atas, tidak saja menyembuhkan ke dalam, tapi juga berbagi cahaya ke luar. Tidak sembarang cahaya, melainkan cahaya-cahaya kelembutan dan kesejukan yang sangat diperlukan oleh bumi yang memanas di sana-sini.
Dalam bahasa sederhana namun mendalam, dunia sudah berisi terlalu banyak kepintaran, dunia memerlukan jauh lebih banyak kebaikan. Jika kepintaran suka membangun tembok pemisah kami-kamu, kebaikan membangun jembatan penghubung di sana-sini.
Itu sebabnya zaman ini mengagumi Nelson Mandela, Bunda Teresa, Mahatma Gandhi, YM Dalai Lama. Mereka memang bertumbuh di tradisi dan negara yang berbeda, tapi yang sama diantara mereka adalah ketekunan untuk selalu membangun jembatan yang menghubungkan semuanya.
Siapa saja yang tekun membangun jembatan dalam keseharian, ia tidak saja sedang menyembuhkan jiwanya di dalam, tapi juga sedang berbagi cahaya ke dunia. Di kelas-kelas meditasi sering dibagikan pesan seperti ini: “tangan yang melayani membagikan lebih banyak cahaya dibandingkan dengan bibir yang berbicara”.
Sayangnya, ini hanya bisa dimengerti oleh mereka-mereka yang melaksanakannya dengan tekun dan tulus. Tidak mungkin ini bisa dimengerti oleh ia yang hanya mengerti di tataran logika dan kepala. Sebagai catatan penutup, sudah cukup mengejar cahaya ke mana-mana, sudah saatnya memancarkan dan berbagi cahaya.
Penulis: Gede Prama.

No comments:

Post a Comment